Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tradisi Perdukunan Sangat Menyesatkan


Topswara.com -- Saat ini di era teknologi yang semakin canggih, kehidupan manusia semakin berkembang seiring berbagai macam kemajuan yang ada. Sangat memudahkan manusia untuk mempelajari bahkan mengetahui perkembangan yang terjadi dibelahan dunia lain, tanpa harus bersusah-susah mengeluarkan biaya untuk berkeliling dunia.

Di tengah gemerlapnya kehidupan saat ini, ternyata masih membuka peluang bagi orang-orang yang penasaran dengan ‘dunia tak kasat mata’. Maraknya peminat dunia ghaib, memunculkan ‘pendopo-pendopo’ sebagai bentuk markas bagi orang-orang untuk mempelajari ajian-ajiannya. 

Hal ini menjadi bentuk keterbelakangan di era modern saat ini. Sebab kepercayaan kepada perkara ghaib adalah bentuk kepercayaan yang di masa lalu menjadi sebuah kebudayaan dan tradisi yang sangat kental. 

Akhir-akhir ini kabar terkait seorang dukun yang ingin membalas dendamnya kepada ‘si pesulap' telah menjadi buah bibir yang sangat viral di tengah warga net. Alih-alih menunjukkan kesaktiannya, dukun tersebut malah menunjukkan bukti sertifikat nya menjadi seorang dukun ke media TikTok nya. 

Peristiwa viral tersebut di unggah ulang oleh akun @fakta.indo. Admin dari akun tersebut menerangkan kronologi peristiwa tersebut sampai akhirnya dukun itu meminta bantuan kekuatan ghaib. 
“Dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib untuk melawan Marsel Radhival alias Pesulap Merah karena pernyataannya dinilai menghina dukun,” terangnya, dikutip Minggu (7/8/2022).

Dari video yang diunggah terlihat adanya sertifikat Majelis Brajamusti dengan bentuk pengijazahan. Melihat peristiwa viral seperti ini warga net tak tinggal diam. Banyak dari mereka justru mencemooh dan menghina perbuatan yang dilakukan si dukun tersebut. 

Mereka melihatnya sebagai sebuah kebohongan dan kebodohan. Seperti biasa di Indonesia, setiap perkara viral tak akan pernah lepas dari sahutan para warga net. 

Pertikaian perihal perdukunan ini tak kunjung usai. Justru semakin memanas di setiap waktunya. Melihat hal ini, sama sekali tak ada pergerakan dari pemerintah untuk menuntaskan keributan yang tengah berlangsung. Pemerintah mencukupkan menindaklanjuti dukun dan praktek syiriknya. Semakin menjadi jadi perbuatan para dukun tersebut.

Akankah tindak diam pemerintah cukup sebagai bentuk penanganan yang pas terkait peristiwa ini ?

Pemerintah memiliki wewenang untuk mengatur, mengontrol dan menetapkan kebijakan ditengah tengah rakyatnya. Sudah menjadi kewajiban negara memberikan aturan preventif sebagai bentuk pencegahan awal. Terlebih persoalan kesyirikan yang kini tengah menjadi perbincangan. 

Dalam Islam, perdukunan atau berbagai macam aktivitas kesyirikan adalah bentuk penyekutuan terhadap Allaah. Hal ini jelas sangat di larang dalam syari’at. Persoalan kesyirikan tak dapat dilepaskan dari pengaruhnya terhadap akidah kaum Muslim. 

Percaya akan adanya kekuatan yang lebih besar dibandingkan kekuatan Allaah SWT , merupakan suatu ancaman besar dalam aqidah seorang muslim. Hal ini jelas dapat menggoyahkan iman seseorang. Padahal Allaah sudah menegaskan dalam kitabnya Al-Qur'an terkait perkara ghaib. Sebagaimana dalam QS. An Naml : 65 , yang berbunyi : 

قُلْ لَّا يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الْغَيْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَمَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ
Yang artinya :

“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” 

Islam sangat menjaga akidah seseorang dari berbagai bentuk ancaman yang dapat menggoyahkannya. Maka negara dalam Islam tak sekedar penyandang kedudukan semata. Negara dalam Islam berkewajiban untuk menjaga akidah rakyatnya dari bentuk kesyirikan. 

Dengan cara penanaman akidah yang kuat dalam diri masyarakat akan menumbuhkan rasa tunduk pada Allah dan keimanan yang menancap kuat. Sehingga masyarakat tak lagi terpikirkan untuk mencari tempat bergantung yang lainnya. Negara wajib menutup rapat-rapat celah praktek kesyirikan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga tak lagi ditemukan adanya pendopo yang mengajarkan ilmu kesesatan. 

Tegas dalam menindak para oknum yang terlibat aktivitas kesyirikan juga dapat menghentikan pergerakan kesyirikan. Sebab persoalan akidah bukanlah perkara sepele, melainkan perkara krusial. 

Akidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, disampaing hubungan nya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan (Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, Nidzamul Islam, Bab Kepemimpinan Berfikir Dalam Islam, hal : 47). 

Akidah menjadi dasar keberlangsungan kehidupan manusia. Jika dalam persoalan akidah, manusia belum menuntaskan nya dengan baik, atau justru tercemari dengan berbagai pemikiran yang bertentangan, maka sudah pasti dalam proses perjalanan hidupnya akan terjadi kesalahan.

Maka dari itu Islam mewajibkan bagi seorang pemimpin untuk melindungi akidah rakyatnya. Menghilangkan segala macam bentuk yang dapat meracuninya. Salah satunya menghilangkan bentuk praktek kesyirikan dan penyebab adanya praktek tersebut meskipun tidak memberikan dampak negatif dari segi materi. 

Bisa jadi dengan sulitnya perekonomian di negri ini, menjadikan praktek perdukunan sebagai sebuah profesi. Kewajiban negara untuk mengatur perekonomian yang ada di negaranya, agar rakyatnya dapat mengais rezeki dengan pekerjaan yang halal dan tidak mengikis keimanan.

Negara dengan kepengurusan yang tepat dan sesuai dengan fitrah manusia, hanya akan didapati dalam dekapan sistem yang sumber asalnya dari Tuhan Sang Khaliq yang Maha Mengetahui kebaikan bagi hambanya. Allah SWT telah menurunkan sistem yang sudah pasti akan memberikan kesejahteraan. 

Sistem Islam terjamin mampu membongkar kedok kesyirikan yang terjadi dan menghilangkannya. Sebagaimana pada masa pengutusan Rasulullah Muhammad SAW, beliau menghilangkan bentuk kesyirikan, menghancurkan para berhala dan mengkategorikan kesyirikan kedalam dosa besar. Dalam sebuah hadits beliau bersabda : 

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ 
 
“Dari Abdurrahmân bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu , ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perhatikanlah (wahai para sahabat), maukah aku kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para sahabat berkata: “Tentu, wahai Raslullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Syirik kepada Allaah”.

Hanya dengan sistem Islamlah yang dijadikan sebagai dasar kepemimpinan, mampu menuntaskan bentuk kesyirikan sampai ke akarnya. Menjadi kewajiban bagi kita untuk bangkit menyadarkan orang lain akan pentingnya penerapan sistem Islam dalam institusi global guna mengurusi berbagai macam persoalan manusia di dunia ini. 

Hal ini termaksud dari menjalankan salah satu syari’at Allaah Rabb Semesta Alam yang juga telah diwahyukan melalui utusannya Muhammad SAW dan beliau menerapkan nya begitu pula para khalifah setelah beliau dalam proses kepemimpinannya. Wallaahua’alam.


Oleh: Priety Amalia
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar