Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tasqif Mengingatkan pada Jerbasuki Mawa Bea


Topswara.com -- Sebagai platform pembelajaran online yang baru seumur jagung, Tasqif.com terbilang istimewa. Baru setahun lebih usianya, pesantren digital ini sudah memiliki lebih dari 6500 member dengan lebih dari 40 kelas.

Bukan hanya dari sisi animo dan penerimaan masyarakat yang membuatnya spesial. Namun, platform e-learning yang didirikan 11 Februari 2021 ini juga punya latar belakang pendirian dan visi misi yang mulia. Tasqif.com bertekad menjadi pesantren digital pertama yang bervisi membangun peradaban mulia era digital dan menyebarkan Islam ke seantero dunia. Tasqif.com juga bercita-cita melahirkan generasi-generasi Rabbani.

Semangat menegakkan dakwah Islam era digital telah melatarbelakangi Pompy Syaiful Rizal, Supri dan Atma Budi Irawan untuk mendirikan Tasqif.com. Ketiganya juga merupakan orang-orang di balik layar channel dakwah Ngaji Subuh.TV.

Perjuangan untuk Ngaji Subuh
Ngaji Subuh TV menjadi kanal dakwah di YouTube yang semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat. Jumlah subscribernya semakin besar. Ngaji Subuh pun kian berhasil memberikan suguhan terbaiknya. Ia banyak berbenah, dari sisi materi, kualitas studio streaming dan studio house, pembicara-pembicara, dan sebagainya.

Namun, layaknya pepatah, ‘Jerbasuki mawa beya’, keberhasilan itu membutuhkan pengorbanan. Tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk keberhasilan dakwah Ngaji Subuh. “Semakin lama memang semakin besar juga pengeluaran setiap bulannya itu. Ya, sampai 2 digitlah,” ujar Pompy kepada Topswara.com, Sabtu (12/2/2022).

Sementara, sejak awal pendiriannya, Ngaji Subuh berkomitmen tidak melakukan monetisasi. Artinya, tidak diambil penghasilan dari akun YouTube tersebut. 

Di sisi lain, Ngaji Subuh terus berbenah demi cita-citanya selalu menjadi rujukan bagi masyarakat. Padahal, ada biaya besar yang diperlukan untuk mewujudkannya. Biaya itu pun tidak bisa dipenuhi dengan hanya mengharapkan donasi.

Akhirnya, Pompy berinisiatif membuat sebuah saluran yang bersifat komersial. Dia lantas mengusulkan kepada Supri, pendiri Ngaji Subuh untuk membuat semacam kelas premium sebagai penyokong Ngaji Subuh. 

Pompy pun segera merealisasikan niatnya. Dia buat sebuah platform. Kemudian, dia rancang kelas perdana sebagai uji coba, berupa Kelas Premium Intensif Sejarah yang membahas sejarah Daulah Utsmaniyah dari awal hingga keruntuhannya. 

Tak disangka, antusiasme peserta cukup tinggi. Peminatnya membludak. Karena itu, mereka sepakat melanjutkannya dengan membentuk sebuah e-learning. “Okelah, ya, kita membentuk sebuah syirkah untuk menopang Ngaji Subuh ini,” seru Pompy. 

Mereka bertiga mulai membagi tugas. Ada bagian marketing, desain, pengelola manajemen, dan sebagainya. Akhirnya, pada 11 Februari 2021, bertepatan 29 Jumadil Akhir 1442 H, Tasqif.com resmi didirikan dengan Pompy sebagai CEO-nya.

Chief executive officer (CEO) 37 tahun itu terus berinovasi mengembangkan Tasqif.com. Pengalamannya di dunia penerbitan buku islami juga studio membuatnya piawai mengembangkan e-learning tersebut. 

Berbagai kelas untuk pengembangan tsaqafah dan skill dakwah dibuka. Untuk mencapai target pengembangan tsqafah, ada kelas intensif yang mendalami satu tema tertentu, seperti ulumul Qur’an, fiqih, ushul fiqih, bisnis, dan sebagainya. Tiap kelas, berlangsung selama tiga bulan pembelajaran. Ada pula jenis kelas dauroh yang membahas sebuah kitab tertentu, seperti kitab-kitab fiqih Imam Syafi’i dan sebagainya dalam satu waktu pembelajaran.

Sementara, untuk pengembangan skill dakwah, dibuka kelas digital marketing, digital design, training retorika, public speaking, dakwah sosial media seperti Tik Tok, dan sebagainya. 

Tasqif.com pun mampu memenuhi biaya operasional Ngaji Subuh. Lebih dari itu, Tasqif.com juga membuat program internet for asatidz untuk memudahkan asatiz saat broadcasting dakwah di dunia internet. Selain itu juga membelikan kitab-kitab untuk para asatiz meskipun tidak murah. 

"Dari hasilnya di Tasqif.com itu kita belikan kitab-kitab yang kita berikan kepada para asatidz. Kita tahu bahwa kitab itu tidak murah, ya. Kitab itu mahal, ya. Dengan kualitas yang bagus itu lumayan lah harganya," ujar Pompy.

Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat Tasqif.com untuk menjadi pesantren digital yang memudahkan orang untuk belajar tsaqofah Islam dan meningkatkan kemampuan berdakwah. Tasqif.com tetap fokus mengedukasi dengan membuka kelas-kelas intensif. 

"Ada dua DNA yang kita bangun di Tasqif.com. Yang pertama memang tsaqofah, baik tsaqofah untuk Islam, untuk bisnis, untuk ulumul Qur'an, fiqih Ushul fiqih, dan sebagainya. Kedua, skill dakwah. Karena tsaqofah itu akan tidak berfungsi apa pun kalau tidak disebarkan, tidak didakwahkan, tidak diserukan. Makanya kita punya pas kelas, misalnya. (Itu) memoles para pengemban pengemban dakwah, da'i-da'i itu supaya lebih bagus lagi penampilan dan retorikanya," terang Pompy.

Meski terbilang mulus, namun bukan berarti perjalanan Tasqif.com tanpa kerikil. Komentar-komentar miring pun kerap diperoleh. "Belajar kok, bayar," komentar orang yang tidak setuju. Meski Tasqif.com juga menyediakan beasiswa yang kurang mampu, bahkan menggratiskannya, komentar tidak suka atau yang senada dengan itu kerap sampai di telinga Pompy.

Padahal, bagi Pompy, jerbasuki mawa bea itu pasti. Dewan pengajar (asatiz) dan para pengurus pun tidak memperoleh ilmu secara gratis. Ada biaya yang harus mereka keluarkan selama menuntut ilmu. 

"Karena, semuanya ilmu itu pasti jerbasuki mawa bea. Pasti ada biayanya," ujarnya.

Karena itu, Pompy menyayangkan bila umat Islam terkesan lebih perhitungan saat mengeluarkan dana untuk dakwah dibandingkan lainnya. Menurutnya, semestinya untuk dakwah yang lebih besar agar lebih berkah.

"Sekarang, sekolah mana yang enggak pakai uang? Tapi kalau kita menyebarkan Islam itu seolah-olah enggak boleh bayar. Padahal, harusnya kalau untuk dakwah itu kan bayarnya harus gede, supaya lebih barokah, gitu," pungkasnya.[] Saptaningtyas
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar