Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ramadhan Kami Sepi


Topswara.com -- Saat menunggu datangnya bulan Ramadhan adalah saat-saat penuh perasaan haru, sedih, dan gembira bercampur aduk. Suami yang sekarang tinggal dan menetap di kampung, anak sulung yang bekerja di seberang pulau, harus berjauhan untuk dapat merasakan awal puasa tanpa  kebersamaan.

Suami, setelah pensiun memang tinggal di desa kelahirannya, yaitu Kota Liwa di Lampung Barat dan beralih profesi untuk menjadi petani kopi dan sayuran, meneruskan kegiatan kakak sulung suami yang telah terlebih dulu menghadap Sang Pencipta.

Sedangkan anak nomor dua, yang harus tetap sekolah tatap muka, terkait dengan kegiatan praktik kerja sebagai tugas semester ke-6 di Perguruan Tinggi Negeri Sumatera Selatan yang mengambil jurusan Agri Bisnis sebagaimana saranku sebagai ibunya.

Aku menginginkan dan berharap kelak dia akan menjadi pengusaha sukses di bidang pertanian. Asumsinya bahwa dunia pertanian adalah bisnis mulia yang dapat mengantarkan pada kenyangnya dan tercukupinya asupan kebutuhan jasmani manusia. 

Latar belakangku hanyalah anak pedagang yang selalu berhubungan dengan para petani. Mungkin juga karena seringnya berteman akrab dengan anak petani dan anak pedagang.

“Barangkali juga ya... Entahlah. Sebagai ibu rasanya bahagia sekali saat ananda pun diterima di perguruan tinggi negeri, yang lulus justru pilihan ibunya. hehe.. senang rasanya,” batinku berkata.

Sulungku, sudah bekerja di perusahaan swasta bergerak di bidang jasa kontraktor alat berat pertambangan. Setelah dua tahun masa kerja merasa ingin sesuatu yang lain. Selain mulai merasakan ketidaknyamanan kerja di bawah perintah sang direktur langsung yang justru menjadi beban baginya sebagai fresh graduate yang minim pengalaman. 

Aku sendiri dengan aktivitas dakwah yang tadinya padat, akibat pandemi hanya ada satu majelis taklim yang masih bisa diajak untuk kajian online, selain kontakan rutin yang telah sampai pada fase pembinaan rutin. 

Alhamdulillah pada masa pandemi dengan sistem online ada empat anggota majelis taklim yang akhirnya bersedia dibina rutin. Kemudian kuserahkan urusan kepada yang lebih berhak untuk melaksanakannya. Itulah saat terasa sepi tanpa kegiatan rutin majelis taklim lagi. 

Saat menjelang puasa tahun ini, majelis taklim memang tak mengadakan kajian, karena padatnya waktu mengngaji di medsos. Walaupun sebelum Ramadhan sudah ada yang meminta untuk diisi tausiah Ramadhan di rumahnya, namun karna tugas ibu negara (ibu rumah tangga) harus Ramadhan bersama suami, membuat permintaan itu harus ditolak dahulu sampai kembali lagi setelah lebaran.  

Momen Ramadhan bersama suami adalah momen yang sangat bernilai, walau tanpa kehadiran anak-anak, yang biasanya menjadi penyemangat masak dan meriuhkan suasana saat berbuka bersama atau sahur bersama. 

Duh, Ramadhanku sepi tanpa ada riang tawa si bungu yang banyak maunya atau serbuan si sulung yang melahap makanan yang dipesannya hingga tuntas.[] Unaini
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar