Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Melindungi Dunia Pendidikan dari Pemahaman yang Keliru


Topswara.com -- Salah satu kualitas sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya, sebab dunia pendidikan memberikan peranan penting dalam melahirkan generasi unggulan. Karena mereka adalah penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet perjuangan untuk membangun negeri yang membawa perubahan bagi sebuah peradaban. 

Tentunya hal tersebut membutuhkan wawasan ilmu yang luas. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Namun pada faktanya tujuan dari semua itu belum tercapai. Masih begitu banyak persoalan yang terjadi di kalangan pelajar, seperti tawuran, pelecehan seksual, seks bebas, narkoba, bullying dan lain-lain. 

Kejadian itu terus meningkat di setiap tahunnya tanpa adanya solusi yang tepat. 
Menyaksikan fakta tersebut bukannya memperbaiki moral pelajar, justru negara sibuk mengkampanyekan isu radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme yang pasti tujuan semua itu agar masyarakat fobia terhadap ajaran Islam. 

Isu yang dikampanyekan selama ini sudah jelas untuk menyudutkan Islam dan orang-orang yang ingin belajar Islam secara totalitas. 

Seperti yang diberitakan bahwa dunia pendidikan khususnya tingkat perguruan tinggi, dihimbau agar terus berupaya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan intoleransi, radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. 

Karena merupakan gerakan yang keras dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. "Hal ini tidak sedikit yang telah terekrut dalam gerakan tersebut yang terdiri dari anak-anak, perempuan dan golongan usia renta. Hal tersebut menunjukkan bahwa terorisme adalah sebuah kejahatan bukan gerakan keagamaan", Ujar Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono." (Humas.polri.go.id 12/08/2022)

Menyikapi hal tersebut semestinya pemerintah lebih fokus pada persoalan pendidikan yang hingga kini belum terealisasi, bukan malah sebaliknya mengurusi kurikulum radikal radikul. 

Justru dengan pernyataan tersebut akan semakin membuka lebar jalan masuknya ide moderasi beragama ke tengah-tengah pelajar maupun perguruan tinggi. Akan tertanam di benak mereka, bahwa ajaran agama itu anti kekerasan, sehingga pada saat agama memerintahkan untuk senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, maka akan timbul rasa phobia dalam jiwa mereka.

Lalu bagaimana mungkin akan lahir generasi unggul dengan memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual dalam kurikulum tersebut? Sungguh ibarat "jauh panggang dari api".

Jika ditelisik lebih lanjut sesungguhnya akar persoalan yang terjadi dalam dunia pendidikan tidak lain karena diterapkannya sistem sekularisme, liberalisme. Dimana untuk urusan agama, dunia pendidikan hanya memberikan porsi sedikit untuk memahaminya. 

Sangat jarang tersampaikan kepada para pelajar untuk senantiasa taat secara totalitas terhadap ajaran-ajaran Islam, sehingga banyak di kalangan remaja melakukan hal-hal yang melanggar aturan Islam. 

Seharusnya negara hadir untuk memfasilitasi dunia pendidikan agar generasi bangsa terlindungi dari paham sekuler, liberalisme yang jelas-jelas kerusakannya. Inilah bukti nyata yang sedang terjadi, bahwa negara yang mayoritas Muslim namun masih mengadopsi pemikiran asing yang diemban oleh Barat. 

Lain halnya dalam sistem Islam, dimana dunia pendidikan dipandang sebagai pilar utama dalam melahirkan generasi peradaban. Dalam Islam dunia pendidikan diselenggarakan atas dasar akidah Islam yang tercermin pada penyelenggaraan arah pendidikan, penyusunan kurikulum. 

Tujuannya pun jelas yakni untuk membentuk kepribadian Islam dalam diri pelajar dan mahasiswa serta membina mereka agar menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan menguasai tsaqafah Islam. 

Di samping itu, penanaman akidah yang kokoh kepada setiap peserta didik agar mereka memiliki keimanan yang kuat terhadap Allah SWT. Dengan akidah yang sahih akan membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami pada diri mereka, sehingga dalam bertingkah laku pun akan disandarkan pada aturan Islam. Sehingga akan terjaga dari perbuatan buruk seperti tawuran, seks bebas, narkoba, dan lain-lain.

Tujuan dari kurikulum pendidikan Islam sangat terarah, sehingga setiap orangtua muslim tidak meninggalkan generasi yang lemah di tengah-tengah umat, dan hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT. "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar". (TQS. An-Nisa:9).

Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur seluruh kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu Islam memberikan solusi yang menyeluruh dalam setiap permasalahan yang ada. 

Berawal dari keluarga sebagai benteng utama, kemudian kontrol sosial dari masyarakat oleh negara sebagai pelaksana praktis. Dunia pendidikan yang berbasis akidah yang lurus, maka harus memfasilitasi dengan memberikan perlindungan dan penjagaan terhadap akidah umat secara total. Dengan begitu, generasi takwa dan mumpuni akan terwujud.

Sejarahpun telah mencatat keberhasilan sistem Islam, mampu melahirkan generasi cemerlang seperti, Imam Syafi'i di usia 7 tahun terbilang masih belia mampu menghafalkan 30 juz Al-Qur'an, kemudian sosok Muhammad Al-Fatih di usia 12 tahun sudah naik tahta, dan di usia 21 tahun mampu menaklukan konstantinopel. 

Inilah bukti bahwa hanya Islam yang dapat menyelamatkan generasi dari pemahaman yang keliru dan mencetak generasi rabbani secara gemilang. 

Bukankah ini menjadi cita-cita setiap orangtua, pendidik dan seluruh umat agar bisa mewujudkan generasi terbaik? Semua akan terwujud hanya dengan kembalinya sebuah sistem yang menerapkan aturan-aturan Allah secara totalitas. 
Wallahua'lam bish shawwab


Oleh: Khatimah
Pegiat Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar