Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Non Biner Eksis, Cerminan Akidah Kritis


Topswara.com -- Hebohnya mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, yang menyatakan dirinya "netral" (non biner) viral di jagat maya. Kejadiannya berawal saat seorang mahasiswa ditegur ketika mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) (detiknews.com, 20/8/2022). 

Gelagatnya yang aneh, memakai kipas angin dan jalan kaki. Hingga akhirnya ditegur dan ditanya di hadapan umum. Anehnya lagi, dia berani mengungkapkan bahwa dia netral (bukan keduanya), saat ditanya, dia berjenis kelamin, laki-laki atau perempuan. 

Tentu hal ini menuai kritikan publik. Dan fenomena ini menjadi bukti bahwa transisi gender atau bahkan mengaku "netral (tak bergender)" menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Inilah bukti bahwa masyarakat kita tengah sakit. 

Ketua Umum Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP LIDMI), Asrullah, yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, menyatakan bahwa gender netral adalah suatu bentuk penyimpangan (detiknews.com, 22/8/2022). 

Kebebasan berekspresi boleh-boleh saja asal tak melanggar norma sopan santun dan norma agama, termasuk di dalamnya kebebasan berekspresi menyatakan identitas gender. Demikian lanjutnya. 

Sistem sekuler menciptakan pemahaman-pemahaman keliru dan merusak norma di tengah masyarakat. Sistem sekuler, yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, benar-benar menjadikan umat terjebak dalam pola pikir dan pola sikap yang salah. 

Tak hanya itu, sistem sekulerisme ini pun menjadi jalan yang mudah bagi berkembangnya ide-ide liberalisme. Salah satunya ide kebebasan berekspresi dan berpendapat, mereka sajikan dalam aturan Hak Asasi Manusia (HAM) yang melahirkan pemahaman yang bebas dan salah kaprah dalam menyikapi masalah kehidupan. 

Wajar saja, segala paham yang salah ini melahirkan masyarakat yang sakit. Sakit pola pikir dan pola sikapnya. Fatalnya,  akidah yang terbentuk adalah akidah yang terdestruksi oleh nilai-nilai pemahaman Barat. Tentu, hal ini menjadi masalah khusus yang merusak tatanan masyarakat. Dan dapat berindikasi pada semakin berkembangnya komunitas yang menyimpang dalam tubuh umat. 

Segala masalah ini harus segera dihentikan. Dengan menghapuskan  sekulerisme dan liberalisme. Tentu ini tak mudah dilakukan di tengah sistem yang rusak seperti sistem hari ini. 

Upaya eliminasi sistem rusak dan merusak, hanya dapat diterapkan dalam sistem Islam. Sistem Islam, satu-satunya sistem yang mengutamakan edukasi generasi. 

Dan ini adalah kewajiban negara, dalam penyelenggaraan edukasi bagi kekuatan akidah generasi. Pembinaan yang intensif, guna terbentuknya akidah Islam yang sempurna di tengah umat. Menerima dengan ridha dan pasrah atas segala yang telah ditetapkan Sang Pencipta dan senantiasa optimal mencurahkan segala potensi yang dimiliki untuk kebangkitan umat dengan penerapan segala aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.

Sistem Islam-lah, satu-satunya sistem yang menerapkan pendidikan terintegrasi antara pendidikan dunia dan akhirat, agar terbentuk generasi cerdas penuh iman dan takwa hanya kepada Allah SWT. 

Hingga terbentuk generasi cemerlang pemegang tonggak peradaban. Dan hanya sistem Islam dalam wadah khilafah manhaj an nubuwwah, yang dapat mewujudkan kegemilangan. Sesuai metode yang Rasulullah SAW. telah contohkan. 

Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar