Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Carlo, Agen Misi yang Takluk dengan Islam


Topswara.com -- Shariffa Carlo, agen misi untuk menghancurkan Islam justru takluk oleh Islam.

"Ya, saya ingin menjadi seorang Muslim," ujar Carlo di kanal YouTube Hidayatullah TV, Sabtu (23/7/2022).

"Saya telah diajari berdebat, dan bahkan dihina, tetapi tidak pernah diajak. Jadi ketika dia mengundang saya, itu cocok. Saya menyadari inilah saatnya saya tahu itu kebenaran, dan saya harus membuat keputusan. Alhamdulillah Allah membuka hati saya," tegas Carlo.

Kali ini ia mempertanyakan umat Islam tentang keyakinan mereka. Salah satu individu yang ditanyai adalah seorang saudara Muslim.

Alhamdulilah, dia mulai tertarik pada Islam dan menjadikannya sebagai upaya pribadi untuk mendidiknya tentang Islam. 

Temannya itu siap menemuinya untuk memberikan pemahaman tentang Islam di setiap kesempatan.

"Suatu hari, dia menghubungi saya dan bercerita tentang sekelompok Muslim yang sedang berkunjung ke kota. Dia ingin saya bertemu dengan mereka. Saya setuju. Saya pergi menemui mereka setelah salat Isya'," tutur Carlo.

Kemudian ia dibawa ke sebuah ruangan dengan setidaknya dua puluh pria di dalamnya.

Mereka semua memberi ruang untuk duduk dan ditempatkan berada pada pandangan seorang pria tua Pakistan.

Dia sangat berpengetahuan tentang agama Kristen. Dia dan Carlo berdiskusi dan berdebat tentang bagian-bagian berbeda dari Alkitab dan Al-Qur'an sampai subuh.

Pada titik ini, setelah mendengarkan orang bijak ini memberikan tahu apa yang sudah
dia ketahui berdasarkan kelas yang dia ambil dalam agama Kristen, dia melakukan apa yang tidak pernah dilakukan orang lain. Dia mengajak Carlo untuk menjadi seorang Muslim.

Selama tiga tahun Carlo mencari dan meneliti, tidak ada yang pernah mengundangnya.

Remaja

Saat remaja, Carlo merupakan gadis yang cukup aktif berbicara di publik. Potensinya itu mendapat perhatian salah satu kelompok yang mempunyai agenda menghancurkan Islam. Banyak di antara mereka yang mencoba di posisi pemerintahan.

"Mereka menggunakan posisinya di pemerintahan Amerika Serikat untuk kepentingan kelompok sendiri," ujar dia.

Salah satu anggota kelompok ini mendekati Carlo. Carlo dianggap pandai berbicara, termotivasi, dan sangat mendukung hak-hak perempuan.

Dia memberitahu, jika Carlo mau belajar hubungan internasional dengan penekanan di Timur tengah, dia akan menjamin pekerjaannya di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Mesir.

"Dia ingin saya pergi ke Mesir untuk menggunakan posisi saya di negara itu, berbicara dengan wanita Muslimah dan mendorong gerakan hak-hak wanita yang masih muda," ujar Carlo.

Gayung pun bersahut. Carlo pun berpikir itu ide yang bagus karena sebelumnya dia melihat wanita Muslim di televisi merupakan kelompok tertindas yang miskin dan dia ingin memimpin mereka menuju kebebasan.

Dengan niat itu, karena kemudian masuk perguruan tinggi dan memulai pendidikannya. Dia belajar Al-Qur'an, hadis, dan sejarah Islam. Dia juga mempelajari cara memelintir kata apa yang ingin mereka katakan.

Namun begitu mulai belajar, dia mulai tertarik dengan pesan Islam karena cukup logis. Justru dia merasa khawatir akan terpengaruh. Oleh karena itu, untuk melawan efek ini dia mulai mengambil kelas agama Kristen.

Dia memilih mengambil kelas di kampus di mana sang profesor memiliki reputasi yang baik dan bergelar PhD dalam teologi dari Universitas Harvard. Harvard dikenal sebagai universitas terbaik di dunia.

"Saya merasa di tangan yang baik. Iya, tapi bukan karena alasan yang saya pikirkan. Ternyata browser ini seorang Kristen Unitarian," katanya.

Unitarian adalah aliran di dalam agama Kristen yang tidak percaya pada trinitas atau keilahian Yesus. "Dia percaya Yesus adalah seorang Nabi," ujar Carlo.

Untuk membuktikan itu, profesor mengambil Alkitab dari sumbernya dalam bahasa Yunani, Ibrani, dan Aram. Profesor menunjukkan di mana letak Alkitab telah diubah. Saat Profesor melakukan itu dia menunjukkan peristiwa yang membentuk perubahan dan mengikuti perubahan tersebut.

Pada saat Carlo menyelesaikan kelasnya Profesor, pandangannya tentang Islam berubah. Tetapi dia masih belum siap menerima Islam. Seiring berjalannya waktu, dan terus belajar untuk diri sendiri dan untuk karir masa depan. Itu memakan waktu sekitar tiga tahun.

Dengan itu, pria itu membimbingnya bersyahadat dalam bahasa Arab. dia bersumpah, demi Allah bahwa saat bersyahadat dia merasakan sesuatu yang paling aneh. Karena merasa seolah-olah beban fisik yang sangat besar baru saja diangkat dari dadanya.

"Aku teringat seolah-olah aku bernafas untuk pertama kali dalam hidupku. Alhamdulillah, Allah telah memberi saya lembaran yang bersih, kesempatan masuk surga. Saya berdoa agar saya menjalani hari-hari saya dan mati sebagai seorang Muslim," pungkasnya. [] Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar