Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hasil Pendidikan Sekuler Memicu Demam Citayam Fashion Week


Topswara.com -- Demam Citayam Fashion Week mulai merambah Jalan Tunjungan Surabaya. Beberapa konten kreator sengaja datang ke sana untuk membuat konten fashion show ala model. Zebra cross di sini juga menjelma jadi arena catwalk.

Hal ini pun menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Surabaya. Ada beberapa warga yang setuju jika Jalan Tunjungan dibuat seperti Citayam Fashion Week dengan alasan bahwa aksi fashion show bisa meramaikan kembali Jalan Tunjungan. Selain itu, bisa menjadi wadah ekspresi dan unjuk kreativitas masyarakat Surabaya.

Tetapi ada pula yang tidak setuju dengan alasan karena pasti bakal nambah kemacetan dan kerumunan. Karakter dan kredibilitas Kota Surabaya jangan dirusak dengan sebuah eksistensi alay yang hanya sesaat.(detik.com, 22/7/2022)

Pantauan detik.com, (25/7/2022) terdapat 2 titik yang dijadikan ajang fashion show di sepanjang Jalan Tunjungan. Yakni zebra cross depan sebuah bank swasta Jalan Tunjungan dan zebra cross depan Gang Ketandan hingga Jalan Genteng.

Saat akan memamerkan busana, tombol pelican crossing pada lampu lalu lintas ditekan untuk menghentikan kendaraan. Barulah para model berjalan di zebra cross.

Para model yang akan memamerkan busananya pun terlihat banyak. Hingga, pelican crossing ditekan berkali-kali. Hal itu menyebabkan lalu lintas di Jalan Tunjungan padat merayap hampir 500 meter. Terang saja hal tersebut membuat para pengendara menjadi kesal dan dibunyikanlah klakson mereka sebagai tanda peringatan karena saat lampu hijau menyala, para model dadakan masih saja bergaya di zebra cross.

Selain membahayakan diri sendiri pasti hal tersebut juga bisa membahayakan pengguna jalan lain. Apalagi saat lalu lintas sedang padat. Kalau ketabrak bisa  menambah kemacetan dan yang menabrak harus bertanggung jawab.

Tapi ya, beginilah model generasi zaman now. Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seringkali generasi zaman now tidak berfikir panjang yang penting bisa terpenuhi keinginannya untuk bisa eksis dengan cara apa pun termasuk demam fashion week Citayam ini.

Generasi yang seperti ini adalah generasi yang belum tercerahkan dengan Islam. Mindsetnya masih kapitalis, yaitu Memandang dunia sebagai tempat untuk mendapatkan kepuasan materi sebanyak-banyaknya. Termasuk kepuasan itu adalah mempunyai sesuatu yang wow yang bisa dipamerkan, semisal foto anti mainstream.

Kapitalis berhasil membuat manusia tidak memikirkan halal haram. Digas saja hawa nafsunya demi kepuasan diri. Makanya tidak heran jika akhirnya terjadi demam fashion week Citayam.

Gagalnya Sistem Pendidikan Sekuler

Sistem pendidikan sekarang memang tidak mampu membuat generasi menjadi seseorang yang bermindset dan berperilaku Islami. Karena sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan sekuler. Dimana kurikulumnya memisahkan agama dari kehidupan dan bisa ditebak hasilnya, yaitu subur melahirkan generasi yang jauh dari kepribadian Islam dan teracuni pemikiran sekuler.

Maka tidak heran sama sekali, kalau akhirnya generasi pada percaya diri  menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.

Agar bisa memiliki pola pikir dan pola sikap yang benar memang tidak ada pilihan lain. Kita harus mengkaji Islam secara kaffah. Cara mengkajinya tidaklah sendirian, tapi harus ada guru yang bisa membina. Sehingga berhasil membentuk pola pikir dan pola sikap Islami.

Dengan begitu, maka para generasi akan bisa mengerem hawa nafsunya. Meskipun punya keinginan untuk menjadi keren, tapi tidak akan membuat para generasi menghalalkan segala cara.

Para generasi akan menggunakan cara yang halal saja. Bahkan mereka sangat paham bahwa tujuan hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk mencari eksistensi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 56, 

ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ ٱلْجِÙ†َّ ÙˆَٱلْØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Dengan benar-benar memahami hal tersebut, maka generasi akan paham di mana seharusnya mereka memfokuskan diri. Tentu saja mereka akan fokus pada aktivitas-aktivitas yang bernilai amal salih.

Standar kebahagiaan bukan pada penilaian manusia, akan tetapi yang menjadi standar kebahagiaan  adalah ridha Allah SWT. Sehingga standar perbuatan bukanlah sesuai hawa nafsu, tapi syariat Islam.

Jika syariat Islam mewajibkan, maka kita akan melaksanakannya. Jika syariat Islam mengharamkan, maka kita akan meninggalkannya. Kalau mubah, kita akan berusaha meminimalisirnya dan akan diganti dengan yang sunnah. Agar memiliki banyak bekal untuk ke surga.

Tidak akan pernah ada ide kurang kerjaan, menambah dosa pula karena berlenggak lenggok, campur baur laki-laki dan perempuan dan foto-foto di zebra cross.

Dengan begitu, kita akan menjadi pemuda yang produktif, bukan yang pekerjaannya hanya mencari eksistensi saja. Bisa-bisa, kita akan menjadi seperti pemuda di masa peradaban Islam dulu, semisal Imam Syafi'i, Al Khawarizmi, Ibnu Haitam dan yang lainnya.

Sayangnya hal tersebut mustahil diwujudkan, jika sistem sekuler masih menggiring kita untuk menjadi generasi yang haus eksistensi dan lupa jati diri, makanya kita butuh sistem yang mendukung, yaitu sistem Islam secara kaffah yang hanya bisa diterapkan oleh khilafah.

Khilafah akan mensuasanakan generasi, supaya menjadi generasi berkepribadian Islam. Salah satu caranya adalah menerapkan sistem pendidikan Islam. 

Tujuannya, selain untuk membentuk generasi yang cerdas IPTEK, juga mantap kepribadian Islamnya.  Khilafah juga akan mengkondisikan media supaya tidak membuat masyarakat berlomba-lomba memamerkan eksistensinya.

Konten yang mengandung ide kapitalis dilarang tayang. Kalau sampai ada yang tayang, maka khilafah akan secepat kilat menghentikannya.Jadinya masyarakat tidak akan keracunan mindset-mindset kapitalis. Penerapan sistem Islam adalah sesuatu yang harus diwujudkan, jika kita ingin generasi selamat.

Rasulullah SAW telah memberi kita teladan untuk menerapkan sistem Islam di Madinah dulu. Rasulullah SAW mengkaji Islam secara kaffah dan mendakwahkannya bersama para sahabat. Dan tentunya kewajiban mengkaji Islam dan mendakwahkan Islam itu juga diwariskan untuk umat beliau, yaitu untuk kita umat Islam.


Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar