Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ajengan YRT: Perbandingan Perkataan dengan Amal, Ada Porsi Taklif Berbeda

Topswara.com -- Mudir Ma'had Khadimus Sunnah Bandung,  Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) mengatakan, perbandingan perkataan dengan amal ada porsi taklif yang berbeda.

“Perbandingan antara perkataan dengan amal keduanya ada porsi taklif yang berbeda,” ujarnya dalam Kajian Dhuha Ep. 9, Kajian Kitab Syarh Al-Arbain: Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat, Selasa (21/6/2022), di YouTube Ngaji Shubuh.

Menurutnya, apabila individu Muslim diminta untuk berkata-kata baik, itu nasihat atau dakwah yang diajarkan, itu adalah taklif khusus.

Ia mencontohkan, seorang pengajar ya harus mengajar, misal mengajarkan tentang shalat tahajud, diajarkan saja bahwa hukum shalat tahajud itu adalah sunnah. Serta dijelaskan juga tentang tata cara, apa yang dibaca, apa doanya jelaskan saja. “Karena itu taklifnya adalah taklif mengajar,” tambahnya.

“Atau ulama yang berfatwa, ya berfatwa saja, atau da’i berdakwah ya berdakwah saja. Misal ulama diminta memberi nasihat, ya sudah nasihat saja. Jadi itu taklif yang berkaitan dengan kalam (berbicara),” lanjutnya.

Selain itu ia menjelaskan, ada kewajiban bagi orang yang telah mengetahui ilmu tentang sesuatu untuk mengamalkan apa yang diketahuinya agar ilmu itu berbuah. “Kita tahu shalat jamaah itu pahalanya besar 27°, bahkan para ulama ada yang mengatakan wajib kifayah, ada juga yang mengatakan sunnah mu’akad,” terang Ajengan itu.

“Karena kita tahu maka kita harus beramal sebanyak-banyaknya, seperti apa yang menjadi pengetahuan atau pemahaman kita. Itulah yang disebut dengan ilmu yang bermanfaat,” tuturnya.

Kalau pengetahuan ada di dalam benak, kata dia, tidak diamalkan berarti termasuk orang tersebut belum mendapatkan buah dari apa yang diketahuinya.

Perkataan Beramal Dakwah

Seseorang yang berdakwah, menurut dia, harus memiliki satu aspek yang menjadi modal keteladanan. “Kita itukan berdakwah maka perlu keteladanan yaitu yang mampu mengamalkan,” terangnya.

“Lalu bagaimana jika kita belum bisa mengamalkan tapi kita mendakwah, bisa enggak? Bisa saja tapi atsarnya itu kurang,” jabarnya.

Ia mengajak untuk berjamaah danmengumpamakan andaikan penyeru tersebut ketahuan tidak pernah berjamaah, bahwa yang disampaikannya itu suatu kebaikan termasuk bagian dari amal shalih. “Tapi ketika penerima tahu dia enggak pernah berjamaah bagaimana coba atsar dampaknya,” tuturnya.

“Itu kepada siapa pun kepada orang lain atau anak sendiri _nak ayo shalat jamaah,_ tapi kita masih berselimut di waktu subuh misal, jadi keteladanannya enggak ada,” lanjutnya.

Ia menyimpulkan, ayat-ayat atau hadis-hadis yang memerintahkan untuk beramal sesuai dengan apa yang dikatakan itu dalam rangka melakukan celaan dalam bentuk sindiran.

“Agar kita juga beramal sebagaimana yang kita katakan atau sebagai apa yang kita ketahui. Karena nasihat itu akan meleset kalau kita tidak menunjukkan keteladanan,” pungkasnya. [] Mariyam Sundari
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar