Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Surat Qadhi Kaum Muslim Singapura untuk Khalifah Abdul Hamid II

Topswara.com -- Menanggapi perlakuan negara Singapura yang telah mendeportasi Ustaz Abdul Shomad beberapa hari lalu, Director Film Jejak Khilafah di Nusantara II (JKdN II) Nicko Pandawa membeberkan fakta sejarah tentang isi surat Qadhi kaum Muslim di Singapura yang dikirim melalui telegram kepada Khalifah Sultan Abdülhamid II.

"Kapten kapal ertuğrul yang bernama Osman Paşa mendapat surat dari para tokoh dan haji di negeri Singapura dan sekitarnya yang diwakili oleh seseorang dengan gelar Qadhi Kaum Muslim Singapura. Surat ini kemudian difoto oleh Osman Paşa dan dikirim melalui Telegram ke İstambul," ungkapnya kepada Topswara.com, Ahad (22/05/2022).

Secarik surat yang sejarawan sampaikan bertanggal 11 Jumadil Awal 1307, al-muwaffiq 3 Januari 1890 atau 130 tahun yang lalu, dalam peristiwa singgahnya kapal perang Ertuğrul di Singapura yang hendak menuju ke Jepang. Misi kapal tersebut ke Jepang sebagai kunjungan balasan karena sebelumnya Kaisar Mutsuhito yang terkenal dengan sebutan Meiji sudah mengirim utusan ke İstambul untuk menjalin persahabatan dengan kaum Muslim di bawah pimpinan Khalifah Sultan Abdülhamid II.

Disebutkan olehnya bahwa sampai sekarang foto surat tersebut masih ada di Başbakanlık Osmanlı Arşıvı (Kantor Arsip Utsmani), tersimpan dalam dua lembar dengan kode İ.DH. 1170/91449/3-5.

Selanjutnya Bung Nicko sapaan akrabnya membeberkan apa saja isi pesan atau kata-kata orang Singapura yang diwakili Qadhinya di dalam surat tersebut.

"Pertama, mereka membuka suratnya dengan basmalah dan mukaddimah surat sebagaimana lazimnya. Kemudian dilanjutkan dengan puji-pujian kepada sang Kapten kapal Ertuğrul, Osman Paşa yang disebut sebagai 'Petarung di jalan Allah (سبيل الله الغازي في)," cetusnya.

Direktur JKdN II melanjutkan bahwa tujuan surat tersebut bukan ditujukan untuk sang kapten yaitu Osman Paşa melainkan untuk petinggi sang Kapten sekaligus petinggi seluruh kaum Muslim sedunia yaitu Khalifah Abdülhamid II.

"Bagi Qadhi Singapura, beliau adalah sultannya para sultan di seluruh negeri Arab dan non-Arab. Seseorang yang telah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan dan kehormatan kaum Muslim, melalui pedang dan pena sang Khalifah Sultan Abdülhamid II telah menolong kebenaran dan agama. Menguatkan syariat Rasulullah SAW," terang dia.

Bung Nicko juga menerangkan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah di dalam surat tersebut mengindikasikan ekspresi cinta Qadhi Singapura kepada Khalifah Utsmaniyyah saat itu. "Saya hitung ada lima doa, dari lima doa tersebut setidaknya ada dua doa yang kalau diukur dengan konteks hari ini begitu luar biasa. Karena dua doa tersebut mengandung makna-makna dan istilah yang hari ini begitu ditakuti, dimonsterisasi, dilebayisasi dan dicaci maki," ujarnya.

Ia mengurai kedua doa yang diucapkan oleh pemimpin Islam di Singapura tersebut.

اعز اللهم سرير الملك و الخلافة بوجوده

Ya Allah, kuatkanlah ranjang (singgasana) kerajaan dan khilafah dengan kehadiran Sultan Abdülhamid.

اللهم انصر جيو ش المسلمين و عساكر المو حدين واهلك الكفرة والرافضة والمشركين

Ya Allah, tolonglah pasukan-pasukan Muslim dan tentara-tentara para ahli Tauhid. Dan hancurkanlah, wahai Allah, (kekuatan) orang-orang kafir, rafidh dan Musyrikin.

Menurut pemaparannya, kedua doa tersebut masih di paragraf pertama. Masih ada doa di pokok dari surat Qadhi Singapura di paragraf kedua.

Qadhi Singapura juga menceritakan penderitaan orang-orang Jawi (Indonesia) di bawah penjajahan Pemerintah Hindia Belanda.

"Walaupun saat itu Singapura di bawah penjajahan Inggris atas nama Governor of the Straits Settlements (Gubernur atas koloni Inggris di Selat Malaka), tetapi Qadhi Singapura tidak melupakan kondisi jiran-jiran seimannya yang tercinta," kata Bung Nicko.

Dituliskan di dalam surat tersebut

اننا من أهل الجاوى كلهم مظلومين من النصارى هلندا الذي حكموا علينا بظلمهم و من بعض ظلمهم علينا اننا اذا اجتمعون فب درس العلم والصلاة ولقراءه الموالد النبوية وغيرها من الطاعة لله و لرسوله جاؤ إلينا و منعو نا بالإجتماع في درس العلم و غيره

Sesungguhnya kami penduduk Jawa, yang semuanya telah terzalimi oleh kaum Nasrani Belanda, dimana mereka telah memerintah kami dengan begitu zalim. Diantara kezalimannya kepada kami ialah apabila kami berkumpul untuk mengkaji ilmu, bershalawat, membaca maulid Nabi dan lain-lain yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Belanda akan mendatangi kami dan melarang kami berkumpul untuk mengkaji ilmu dan sebagainya.

"Ini adalah surat aduan kepada junnah (perisai) kaum Muslim mengenai sikap rezim penjajah represif antiIslam yang melarang kajian ilmu, majelis shalawat, dan pembacaan Maulid Nabi SAW," pungkasnya. [] Heni Trinawati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar