Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islamofobia Mengganas, Adakah Solusi Tuntas?



Topswara.com --Istilah “ Islamofobia” tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita sebagai kaum muslimin. Sejak tragedi 11 September 2001, yang mana terjadi empat rangkaian serangan bunuh diri yang melanda kota New York dan Washington D.C, istilah kontroversial itu menjadi marak dan digaungkan di penjuru negara Barat dan Eropa.

 Dugaan aksi terorisme oleh oknum Muslim lah yang mengawali istilah itu muncul di masyarakat. Tatkala mendengar istilah ‘Islamofobia’, tentu yang kita bayangkan adalah prasangka, diskriminasi, ketakutan, kebencian, dan intoleransi dari masyarakat Barat dan Eropa kepada Islam dan warga Muslim.
 
Mereka kerap kali membuat tuduhan-tuduhan tak berdasar dan melakukan diskriminasi serta


penganiyaan secara terang-terangan. Termasuk pula bagaimana mereka memisahkan kaum Muslim dari kehidupan ekonomi, sosial, masyarakat, dan kebangsaan. Menebarkan persepsi bahwa norma sosial yang dibawa Islam tidak sesuai dengan budaya lain, bahkan lebih rendah dari budaya Barat. Menegaskan bahwa Islam lebih seperti sebuah ideologi bengis ketimbang suatu agama. 

Mengingat tanggapan kaum Barat dan Eropa terhadap Islam dan kaum Muslim memang kerap kali membuat kita mengelus dada. Namun betapa sedihnya bila islamofobia rupanya mulai marak pula di Indonesia. Negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ini. Tak disangka-sangka memang, tetapi begitulah faktanya. Padahal kita selalu melihat bagaimana gigihnya pembelaan masyarakat Muslim di Indonesia tiap kali terjadi penistaan agama, dimana mereka bersatu untuk membela Islam. 

Tentunya masih teringat di benak bukan, bagaimana dahsyatnya momentum aksi 4 November dan 2 Desember? Betapa besar cinta kaum Muslim Indonesia terhadap Islam.
Lalu mengapa islamofobia bisa melebarkan sayapnya sampai Indonesia dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang notabene mayoritas Muslim? Bagaimana bisa muncul serangan kelompok islamofobia di negeri yang telah memperlihatkan betapa hebatnya Islam dalam menggerakkan hati-hati kaum Muslim? Sungguh tragis rasanya.

Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fahmi Salim, menyebutkan bahwa arus informasi yang serampangan di media sosial menjadi salah satu penyebab besar mengapa islamofobia bisa tersebar sampai Indonesia. Banyak akun anonim yang menyajikan konten-konten yang mendikreditkan agama Islam dan lolos ke ruang publik sehingga sebagian masyarakat umum menjadi terpengaruh oleh sebab hal itu.

Akhirnya, narasi miring tentang Islam yang terus digaungkan Barat sejak tragedi 11 September itu membuat Islam dan kaum Muslim kian terpojok. Perkembangan teknologi media massa dan kemudahan menyebarkan informasi tentunya menjadi sarana yang mereka andalkan dalam membangun narasi kebencian yang sengaja mereka bangun terhadap Islam dan kaum Muslim, yakni stigma buruk akan ajaran Islam dan fanatisme kaum Muslim terhadap syari’at Islam. Memandang bahwa sikap terlalu berpegang teguh terhadap ajaran dan syari’at Islam menghambat kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa.

Munculnya istilah islamofobia yang semakin merebak belakangan ini merupakan design buruk Barat yang mereka hadirkan untuk menjauhkan umat Islam dari kemuliaan hakiki, yang tidak akan dapat tercapai melalui sistem kapitalisme, sistem rusak dan merusak. Islamofobia sengaja di design oleh Barat dengan target menghancurkan Islam dan kaum Muslim, serta mencegah kebangkitan Islam dengan diterapkannya sistem Islam secara kaffah melalui institusi khilafah yang dulu pernah berjaya belasan abad lamanya. 

Padahal dengan institusi inilah, Islam dan kaum Muslim akan terlindungi dari berbagai macam terror dan kebencian musuh-musuh Islam. Kaum Muslim pun akan mampu melawan setiap pihak yang berusaha merusak kehormatan Islam dan kaum Muslim. 

Dalam sistem Islam, negara wajib bertanggung jawab atas rakyatnya, sehingga pastinya agama dan jiwa setiap rakyat akan terjamin, baik yang muslim maupun nonmuslim. Negara akan memerangi siapapun yang menistakan agama Islam dan menggencarkan dakwah ke seluruh penjuru untuk membuat suasana yang kondusif bagi keberlangsungan Islam, agar umat tetap terpelihara fitrahnya sebagai Muslim yang tunduk pada Penciptanya.

Wallahu a’lam bishawwab

Oleh: Amiratul Adilah 
(Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)




Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar