Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tikus Berdasi


Topswara.com -- [Buronan koruptor sejak 2021 tahun lalu akhirnya tertangkap. Dia ditangkap sekitar pukul 14.00 WIB di rumahnya setelah tim memastikan dia berada di rumah. Mantan Bupati ini jelas akan menjalani proses sidang yang semakin berat karena sempat melarikan diri dari jerat hukum.]

Aqila mendengus melihat seorang presenter berkacamata mengabarkan kasus yang sangat ia benci. Tombol berangka tujuh di remot TV-nya ia pencet.

[Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan bakal mengejar aset yang dibeli dari hasil rasuah untuk dikembalikan ke negara secepat mungkin. Pencarian aset koruptor dipastikan tidak terbatas jarak hingga ke luar negeri.]

["Untuk itu pencarian aset para tersangka dilakukan di manapun berada, termasuk tentu di luar negeri jika memang ada data dan informasi dugaan keberadaan kepemilikan para pelaku di maksud."]

Bergantian suara presenter berita dan seorang laki-laki berbaju batik yang di running teks ditulis nama dan jabatannya dalam KPK mendengung di telinga Aqila. Ia memicingkan matanya dan jemari lentiknya kembali memencet tombol lain.

[Dalam operasi senyap itu, KPK mengamankan uang total Rp 5 miliar dalam bentuk tunai dan buku tabungan. Lembaga antirasuah itu kemudian menetapkan sembilan sebagai tersangka korupsi, termasuk Bang Gepeng dari 14 orang yang berhasil disergap tim satuan tugas tersebut.]

"Astaghfirullah, beneran ini nggak ada berita lain selain korupsi?" Aqila bersuara lantang dan berdiri mendadak hingga remot TV terlempar dari tangan kanannya.

Seorang laki-laki berbaju koko warna krem memungut remot, "Yang korupsi para pejabat kok kamu marahnya sama remot sih, Qil?"

Aqila kaget. Ia sontak menoleh pada sumber suara.

"Eh, Mas Hamzah. Kapan datang? Kok nggak salam?" 

"Udah Dedek," Hamzah memencet hidung Aqila, "kamu aja yang nggak dengar. Terlalu seru ya lihat TV-nya sampai nggak dengar suara salam Mas?" 

"Seru apanya? Korupsi doang isi beritanya. Bikin nyesek tahu?"

"Yeeeeeiiiiiii, siapa juga suruh kamu nonton berita? Berita saat ini tak jauh-jauh dari dunia kriminal isinya."

Hamzah duduk di sofa. Ia mengambil koran yang tertata rapi di bawah meja. 

"Di kos nggak ada TV, Mas. Pulang kan ingin nonton yang seger-seger gitu. Eh, ketemu yang malah bikin enek." 

Aqila kembali duduk. Lalu, berdiri kembali saat ingat bahwa kakaknya belum ada yang membuatkan minuman sore. Bunda mereka sedang ada acara kampung. 

"Mas, mau dibuatkan minum apa? Kopi, teh, susu jahe, atau?" 

"Yang sama dengan kamu aja deh! Nggak pakai lama ya!" 

Wajah Hamzah menyembul sebentar dari balik koran. Ia kembali tenggelam dengan berbagai berita yang tertata apik  di hadapannya. Sayangnya, berita yang didapatkannya sama persis dengan yang ditonton adiknya. 

Dua cangkir teh dan sepiring pisang molen Aqila letakkan di atas meja. Ia menoleh pada kakaknya yang tiduran dengan koran yang menutupi wajahnya. 

"Kok cepet banget bacanya? Sudah selesai?"

"Sama seperti kamu, Mas muak dengan isi beritanya." 

"Terus, kapan ya Mas negeri ini terbebas dari koruptor?"

"Mungkin kalau semua koruptor sudah dipotong tangannya. Mereka bakal berhenti mencuri uang rakyat."

Hamzah menyeruput teh lalu memasukkan satu molen pisang ke mulutnya.

"Maksudnya Mas?" 

"Jika negara ini mau mengamalkan ayat 38 surat Al-Maidah yang berisi perintah untuk memotong tangan pencuri laki-laki dan perempuan tentu koruptor di negeri ini bakal berkurang, bahkan mungkin hilang."

"Ih, itu mah kejam banget Mas! Masak dipotong tangannya sih?" 

Aqila begidik ngeri. Ia tak bisa membayangkan seseorang yang raganya segar bugar harus dipotong tangannya karena mencuri. 

"Kejam mana dengan saat ini ketika para tikus berdasi, julukan bagi para koruptor ini menghabiskan uang rakyat? Berapa banyak rakyat yang tak terurus atau bisa jadi mati karena keburukan perilaku mereka?"

Aqila merenung. Ia membiarkan bibirnya bertemu dengan bibir cangkir tanpa seteguk teh pun yang masuk kerongkongan. Ia jelas-jelas memproses informasi yang disampaikan kakaknya.

"Dulu pada zaman Rasulullah ada seorang wanita dari suku terkemuka Bani Makhzum mencuri. Mereka ingin si wanita itu dibebaskan karena akan membuat malu suku mereka. Namun, kamu tahu apa yang dilakukan Rasulullah?" 

Aqila menggeleng. Dia belum membaca kisah yang diceritakan kakaknya. 

"Rasulullah berdiri. Beliau berucap lantang, 'sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!'"

"Maasyaallah. Luar biasa memang Rasulullah ya Mas? Pemimpin yang adil." 

Hamzah mengangguk. Mulutnya terbungkam molen pisang. Ia kemudian meneguk habis sisa setengah cangkir teh. 

"Begitulah Islam Dek. Dalam sistem pemerintahan Islam semua dipandang sama. Tak peduli ia pejabat atau rakyat jelata."

"Berarti nggak ada istilah hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah ya Mas?" 

Hamzah menggeleng. Ia mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja TV. 

"Lain kali kita diskusi lagi ya! Mas mau berangkat dulu. Ada jadwal kajian. Banyak baca aja kamu itu biar makin pinter!" 

Hamzah berlalu. Aqila masih sibuk dengan angannya. Pasti sangat nikmat berada di sebuah negara dengan pemimpin yang mengikuti Rasulullah sebagai teladan utama.


Oleh: Choirin Fitri
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar