Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jeritan Rakyat, Dampak Harga Kedelai Naik


Topswara.com -- Kedelai merupan salah satu makanan yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Karena harganya murah dan mudah didapat. Kedelai dapat diolah menjadi makanan yang bergizi seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lainnya. 

Kedelai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Baru-baru ini  ramai diberitakan terkait kenaikan kedelai di berbagai media baik media cetak dan elektronik. 

Faktor yang membuat harga kedelai tinggi, dikarenakan petani dalam negeri tidak terlalu tertarik untuk menanam kedelai karena harga jual yang murah. Petani kurang mendapat dukungan dari negara dalam memproduksi kedelai. Mulai dari lahan yang berkurang, dimana 
banyak alih fungsi lahan. Misalnya seharusnya lahan tersebut untuk menanam kedelai dialihkan menjadi pabrik, ruko maupun vila. 

Selain faktor lahan, SDM mulai berkurang. Pemuda saat ini enggan untuk bertani, mereka beranggapan bertani itu tidak memberikan keuntungan, malah merugi. 

Pemuda lebih memilih menjadi buruh pabrik yang jelas-jelas bisa memberikan gaji tetap tiap bulan dibandingkan harus mengelola pertanian khususnya kedelai. Kurangnya pengetahuan petani dalam pengelolaan,  kurangnya dukungan alat produksi dari pemerintah. 

Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pihaknya kesulitan menggenjot produksi kedelai dalam negeri karena anggaran yang dipangkas imbas akibat kebijakan refocusing karena pandemi Covid-19. 

Sebelumnya pemerintah telah berjanji untuk swasembada kedelai. Rakyat kembali menerima janji yang tidak akan pernah terwujud, janji tinggal janji. Rakyat mendapat janji palsu belaka. Tidak ada tindakan yang benar-benar mendengarkan jeritan rakyat akibat tingginya harga kedelai dunia melonjak. 

Lalu bagaimana cara Islam dalam pengelolaan swasembada kedelai?

Negara yang menerapkan sistem Islam akan melakukan penghentian aktivitas impor dan memperdayakan pertanian. Semua bidang petanian mendapat perhatian khusus oleh negara untuk mencukupi kebutuhan produksinya. 

Mulai dari ketersediaan tanah/ lahan yang digunakan untuk bertani. SDM yang memadai, memberikan teknologi sesuai kebutuhan, memberikan benih unggul, pupuk serta sarana produksi yang lainnya. 

Negara tidak diperbolehkan untuk mengekspor pangan dari negara lain sebelum kebutuhan setiap individu  terpenuhi dan tercukupi. 

Negara memberikan dukungan penuh kepada petani, memberikan modal bagi petani yang membutuhkan bantuan. Pemberian modal pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab dengan menberikan harta dari baitul maal (kas negara) kepada petani di Irak, tanpa meminta imbalan. 

Negara memberikan kemudahan akses air (untuk irigasi pertanian) secara gratis. Air merupakan salah satu kepemilikan umum yang boleh dimanfaatkan oleh siapapun tetap dalam pengawasan negara. Mengfungsikan tanah mati untuk dimanfaatkan kembali, dan memerintahkan kepada siapapun yang memiliki tanah untuk mengoptimalkan tanahnya. 

Negara membuat kebijakan distribusi pangan secara adil dan merata. Islam memiliki aturan pelarangan penimbunan barang dan permainan harga pasar kerena merugikan rakyat. 

Pelarangan ini bertujuan untuk menstabilkan harga pangan. Abu Umamah Al Bahili berkata : “Rasulullah SAW melarang penimbunan makanan," ( HR Al Hakim dan Al Baihaqi). 

Serta memastikan tidak adanya kelangkaan pangan akibat penimbunan pangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Siapapun yang melakukan penimbunan barang akan mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku. Adanya sanksi yang diberikan untuk semua rakyat tidak terkecuali pemimpin. Jika pemimpin melakukan penyelewengan maka akan diberi sangsi juga. Karena hukum yang diberlalkuan adalah hukum islam, hukumnya Allah, bukan buatan manusia. 

Kenaikan harga kedelai akibat tidak adanya sistem Islam yang diterapkan dalam masyarakat. Sehingga masyarakat saat ini mengemban sistem kapitalis, dimana salah satunya aturan yang diterapkan bukan lagi aturan Allah, namun aturan manusia yang memiliki keterbatasan dalam segala hal.

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh : Siti Muksodah 
(Pemerhati Media)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar