Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jalan Dakwah


Topswara.com --  "Saya memilih jalan dakwah." Kalimat itu banyak ditemukan. Saya mengernyitkan dahi. Jalan dakwah?

Dakwah itu bukan jalan, bukan pula pilihan, tapi kewajiban. Jalan atau pilihan itu menyangkut selera, pekerjaan, jodoh dan lain-lain, yang bisa tidak dipilih atau tidak dipilih tidak apa-apa, karena masih ada yang lain. Dakwah tidak begitu. 

Dakwah itu kewajiban setiap individu Muslim (fardhu 'ain) yang bila tidak dilaksanakan, akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat sebagai Muslim:

"Kebenaran apa dari ajaran-Ku yang pernah kamu sampaikan kepada orang lain waktu hidup di dunia? Bukankah Rasul-Ku Muhammad sudah memerintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang dariku walaupun satu ayat?"

"Mengambil jalan dakwah," selain kalimat itu tidak benar, juga tak perlu dikatakan dan diumumkan. Buat apa melaksanakan kewajiban diumumkan? Shalat, makan, tidur, puasa, haji, diumumkan? 

Melaksanakan kewajiban bukanlah kehebatan, bukan pula prestasi tapi menunaikan tugas dasar. Mengumumkannya dekat kepada riya bahwa saya sudah berdakwah ini itu yang bawah sadarnya untuk mendapat pujian manusia sementara dakwahmya belum tentu benar, belum tentu mempengaruhi, dan belum tentu diterima di sisi Allah SWT apalagi niatnya salah.

Berdakwahlah sebagai kewajiban: Setahunya, sebisanya, semampunya, sesempatnya, tidak perlu orang lain tahu dan diumumkan. Target utamanya orang-orang dan lingkungan terdekat. Tujuan utamanya, ada orang terpengaruh kebaikan,  tersadarkan tentang kebenaran, ingin lebih dekat kepada agama dan Tuhan, serta ada yang terdorong melakukan perubahan dan perbaikan diri. Itu saja.


Oleh: Moeflich H. Hart 
(Sejarawan)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar