Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Krisis Kazakhstan, Waspadai Intervensi Asing


Topswara.com -- Perdamaian dan kesejahteraan merupakan keinginan semua orang, termasuk dalam institusi negara, hal ini adalah suatu keharusan. Namun, bagaimana jika hal yang terjadi justru sebaliknya? Inilah yang sedang terjadi di Kazakhtan hari ini. Kericuhan antar warga dan pemerintah tak terelakkan.

Krisis di Kazakhstan dipicu oleh kenaikan harga gas. KBRI Nur-Sultan melaporkan pemerintah Kazakhstan menerapkan keadaan darurat nasional dan jam malam akibat kerusuhan ini. 

Demo memanas pada pekan ini di dua kota utama Kazakhstan: Nur-Sultan dan Almati. Akibatnya, perdana Menteri Askar Mamin akhirnya mundur dan kabinet bubar.

Awalnya, demo dimulai di kota Zhanaozen akibat penolakan kenaikan harga LPG. Kenaikan harga cukup signifikan. Harga naik hingga 120 tenge per liter (Rp3.952). Masyarakat lantas menuntut agar ada price cap jadi 50 tenge (Rp1.646). 

Akan tetapi, unjuk rasa menjalar ke kota-kota lain, termasuk ibu kota Nur-Sultan dan Almaty yang merupakan kota terbesar. Massa berhasil menerobos masuk gedung pemerintah di Almaty. (m.liputan6.com, 6/1/22).

Kesenjangan sosial yang dirasakan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat. Gas LPG sebagai bahan bakar kendaraan yang naik menambah deretan beban ekonomi pada masyarakat. Hingga masyarakat menyuarakan keadilan dan memperhuangkan hak mereka sebagai warga negara, tetapi  justru dipandang sebagai ancaman. 

Tokayev mengatakan teroris terus merusak properti negara dan pribadi serta menggunakan senjata untuk melawan warga negara. Ia mengklaim kerusuhan itu dikobarkan oleh musuh yang terorganisir dengan baik, dipersenjatai dengan sel-sel tidur yang melakukan serangan teroris, dan spesialis terlatih dalam sabotase ideologis. 

Presiden juga menolak seruan internasional untuk mencapai resolusi damai dengan alasan mustahil bernegosiasi dengan bandit bersenjata dan terlatih, baik lokal maupun asing. Tokayev juga mengizinkan pasukan keamanan untuk menembak tanpa peringatan atau menembak mati dengan dalih meredam pemberontakan di seluruh negeri.

Di sisi lain, para demonstran yang berbicara kepada media internasional menolak karakterisasi ini. Mereka memastikan bukan preman atau teroris, tetapi warga yang memprotes korupsi. Tokayev meminta intervensi dari Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO), aliansi yang terdiri atas Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan, pada 5 Januari. Ia meminta CSTO membantunya merebut kembali kendali negaranya. Pasukan yang dipimpin Rusia pun tiba keesokan harinya. (akurat.co, 11/1/22).

Adanya oligarki kapital yang otoriter hanya mementingkan diri sendiri dengan tetap mengokohkan kekuasaannya serta intervensi asing menambah buruk keadaan. Bagaimana pun asing justru ingin mempertahankan sumber jajahan mereka dan eksploitasi besar-besaran di Kazakhstan. 

Mengingat Kazakhstan adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Menyadur Britannica, ekspor utama negara tersebut meliputi produk pertanian, bahan mentah, produk kimia, dan barang manufaktur.

Kekayaan alam Kazakhstan tersebar di berbagai wilayah dan beranekaragam, mulai dari tembaga, timbal, seng, perak, tungsten, timah, kromit, nikel, kobalt, titanium, mangan, antimon, vanadium dan emas. Namun sayangnya, kekayaan alam yang berlimpah ruah tidak dirasakan masyarakat karena jeratan kapitalisme. 

Padahal dalam Islam memberikan solusi yang tuntas. Dalam hadis Rasulullah bersabda, "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad). 

Hadis tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Maka, untuk mengakhiri krisis Kazakhtan kembali kepada aturan illahi. Yang membawa Rahmat bagi seluruh alam. Memberikan kesejahteraan dan keadilan. 

Wallahualam bissawab.


Oleh: Monica Silviana
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar