Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Skin Care vs Iman Care


Topswara.com -- Cantik. Awet muda. Glowing.  Itulah kata-kata yang sering terdengar dalam semua iklan produk kecantikan wanita atau yang sekarang akrab dikenal dengan istilah skin care. Hampir semua kaum hawa saat ini sudah pasti mengenalnya dan bahkan sudah memakainya. Ironisnya, gadis-gadis belia usia pra baligh pun mengenal benda-benda ini. Wajar, karena ibu mereka kerap memakai skin care dihadapannya atau bahkan melibatkannya untuk memperkenalkan istilah cantik dengan polesan fisik yang serba make up dan skin care. 

Sekilas memang tidak terlihat ada masalah besar dalam penggunaan skin care yang semakin marak dan menggilai para kaum hawa khususnya kalangan ibu-ibu. Untuk sekedar tampil cantik depan suami, apa salahnya? Mungkin begitulah kalimat yang terlontar jika ditanya tentang kegunaan mengkonsumsi skin care. Namun, benarkah hanya sekedar untuk cantik di depan suami? 

Lalu, bagaiaman jika dikaitkan dengan konsep keimanan sebagai Muslimah? Seperlu apa sih menggunakan skin care? Jika ditanya, lebih utama mana bagi seorang Muslimah dalam membenahi dirinya, skin care atau iman yang care? 

Seperti dilansir dari Media Indonesia.com, terdapat data pada tahun 2019, Indonesia dikatakan sebagai pasar potensial untuk produk indutri kecantikan (skin care). Berdasarkan data Euromonitor International  bertajuk The Future of Skin Care, Indonesia dianggap akan menjadi penyumbang terbesar kedua untuk pertumbuhan perwatan kulit di dunia. Dari data Euromonitor tersebut, total pasar skin care Indonesia akan mencapai lebih dari US $2miliar pada tahun 2019 atau sekitar 33 persen dari total pendapatan pasar kecantikan disumbang dari industri perawatan kulit. (mediaindonesia.com, 05/10/2019) 

Ketua Persatuan Kosmetik Indonesia (perkosmi) Sancoyo mengatakan bahwa produk skin care dan make up masih menjadi kategori industri dengan pertumbuhan tercepat. Menurutnya, kenaikan ini didorong kebutuhan perempuan untuk bisa memiliki penampilan yang lebih baik semakin meningkat. Selain itu menurutnya juga karena mudahnya akses masyarakat dari luar negeri melaui e-commerce, serta maraknya beauty blogger influencer yang turut memberi pengaruh dalam menarik masyarakat. (kontan.co.id, 14/08/2019) 

Jika melihat sedikit ke belakang, sebelum zaman skin care, para kaum wanita khususnya para ibu, biasanya percaya diri tampil seadanya tanpa polesan apapun. Sekedar menabur bedak di wajah sudah terlihat bersih dan segar. Apalagi jika dikaitkan dengan suami, biasanya menjawab" ah sudah laku juga. kalau suami cinta kita pasti terima apa adanya". Dulunya begitu. 

Tetapi sekarang berbeda. Faktor pergaulan yang semakin bebas tanpa batas memunculkan lagi faktor istilah pelakor yang menjadi perusak rumah tangga. Konon, mereka yang disebut pelakor berpenampilan glowing dan lebih menarik kaum Adam. Sehingga membuat ibu-ibu sadar bahwa penampilan itu perlu dijaga. Maka salah satu caranya dengan memakai skin care. 

Perlunya melakukan pernak-pernik terhadap penampilan dipandang sebagai sebuah kebutuhan oleh kaum kapitalis. Atau sebaliknya, kapitalisme lah yang menciptakan suasana di tengah-tengah masyarakat agar butuh produk kosmetik yang mereka sudah investasi besar-besaran di dalamnya. Maraknya pergaulan bebas dan kerusakan rumah tangga seperti mengisyaratkan adanya angin segar bagi pelaku industri skin care. 

Tetapi apakah salah memakai skin care? Tentu jawabannya bukan salah atau benar. Melainkan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh keyakinan masing-masing. Bagi kaum Muslimah, memakai skin care untuk menjaga penampilan tetap rapi, bersih dan tidak mengundang perbincangan, tentu mubah saja. Mematuhi rambu-rambu yang ada, seperti tidak tabarruj saat memoles penampilan fisik ke luar rumah dengan warna-warni bibir, blush on, dan sejenisnya. 

Hanya saja faktanya, justru ironis. Kini kaum ibu berlomba untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan ragam skin care tanpa memahami penggunaannya secara benar dalam syariat. Bahkan, skin care lebih utama darimana iman care. Jutaan uang keluar untuk tampil cantil secara fisik rasanya mudah saja. Namun mengeluarkan sedikit uang untuk ongkos ke pengajian menuntut ilmu, atau sekedar mengikuti kajian online rutin, atau berpartisipasi dalam menegakkan kalimat Allah. Sungguh jauh dari pikiran kaum ibu yang sudah terdoktrin cantik dengan skin care. 

Walhasil, masa depan industri skin care terlihat lebih menjanjikan dibandingkan masa depan keimanan umat karena terkungkung hedonisme kapitalis. Materi seperti fisik menjadi ukuran segalanya. Cantik fisik menjadi tujuan kaum ibu hari ini dengan mengabaikan kecantikan imannya. 

Padahal, cantik fisik pun juga bukan jaminan suami tidak selingkuh. Sebab, secantik apapun fisik seseorang, jika imannya lemah, kepribadiannya akan bermasalah dan pastinya menyusahkan suaminya. Belum lagi bicara urusan hati manusia. Jika hati suaminya berpaling, cantik fisik tentu tidak jaminan. 

Andai setiap wanita sadar, bahwa mereka sudah terlahir dengan kondisi fisik yang secantik-cantiknya. Andaikan kecantikan fisik itu disyukuri dengan cara terus meningkatkan keimanan atau mengutamakan iman care, tentu kaum ibu tidak akan berlomba mengenakan skin care tanpa memahami aturan penggunanya. 

Namun begitulah kapitalisme telah membentuk pola hidup masyarakat. Khususnya kaum ibu dan wanita yang kini berlomba memenuhi kebutuhan cantik fisik namun abai terhadap iman. 

Dalam Islam, seorang ibu atau istri tidak salah mempercantik diri untuk suaminya. Agar tetap terlihat awet muda dan glowing. Namun, sejalan dengan itu, ia paham bahwa ia melakukannya semata-mata karena perintah Allah SWT membahagiakan suami karena bagian dari pahala. Tentu tidak akan memakai skin care atau make up untuk diumbar agar dipuji orang lain atau menarik perhatian lelaki lain. 

Semoga kaum ibu mulai menyadari bahwa kapitalisme telah memperdaya mereka dengen mengeluarkan ratusan bahkan ribuan produk kecantikan yang sebenarnya tidak dibutuhkan sebanyak itu. Namun demi hasrat kapitalisme, kaum ibu dibujuk dan dirayu agar menggunakan produk-produk mereka. 

Bahkan tidak jarang, banyak kasus skin care yang berujung pada kecelakaan, kerusakan bahkan menimbulkan penyakit lainnya. Naudzubillah min dzalik. Karena tidak semua produk kecantikan tersebut dijamin keamanannya. Sebab yang utama ingin diraih adalah keuntungan. Maka, waspadalah! 

Wallahu a'lam bissawab

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam
(Dosen dan Pengamat Publik)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar