Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Agar Anak Cinta Bahasa Arab


Topswara.com -- Al-Qur'an turun dengan bahasa Arab, karena hanya bahasa Arab yang mampu mengungkapkan apa makna yang ingin disampaikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Setiap pilihan diksi kata dalam Al-Qur'an memiliki hakikat makna yang tidak akan bisa diwakili bahasa pengganti lainnya. Tanpa memahami bahasa Arab, mustahil manusia mampu memahami isi Al-Qur'an kecuali hanya sedikit sekali.

Alhamdulillah sudah banyak orang tua yang memahami pentingnya anak-anak menghafal Al-Qur'an, berlomba-lomba menyekolahkan anaknya agar bisa menjadi seorang hafidz/hafidzah. Anak-anak pun menyambut dengan suka-cita dan kebanggaan harapan orang tuanya. Keadaan yang harus disyukuri, dimana kesadaran dan kecintaan umat terhadap agamanya terus tumbuh. 

Sayang ada sisi lain yang belum banyak menjadi perhatian orang tua, bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk hidup maka memahami bahasanya sama pentingnya dengan menghafalnya. Jika diumpamakan jamuan maka Al-Qur'an harus didatangi, diambil, dikunyah, dilahap, dinikmati, dan dirasakan kelezatannya.

“Sesungguhnya kitab Al-Qur'an ini adalah jamuan Allah, maka terimalah jamuan-Nya dengan sekuat kemampuanmu.” (HR Hakim) Itulah sebabnya ulama meletakkan hukum memahami bahasa Arab sebagai salah satu kewajiban di antara berbagai kewajiban.

Hukum Belajar Bahasa Arab

Orang tua perlu memahami hukum mempelajari bahasa Arab. Syeikhul Islam Taqiyuddin Abdul Abbas Ahmad Bin Abdul Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An- Numairy Al Harani Adimasqi Al Hambali (w. 728 H) berkata,

“Bahasa Arab itu bagian dari agama. Mempelajarinya adalah sangat diwajibkan, karena memahami al-Kitab dan Sunnah adalah wajib, dan keduanya tidak bisa dipahami kecuali dengan bahasa Arab. Kewajiban yang tidak bisa sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Kemudian, di antara bahasa Arab itu ada yang fardu ain dan ada yang fardu kifayah.” 

Fardu ain yang dimaksud wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bagian tertentu dari bahasa Arab adalah sekadar membantu pelaksanakan ibadah-ibadah yang Allah wajibkan kepadanya, sehingga terhindar dari kekeliruan. Adapun fardu kifayah, jika telah ada sekelompok kaum muslimin yang mempelajarinya maka telah mencukupi. 

Hukum ini ditekankan bagi penuntut ilmu, ahli ilmu, dai, dan pengajar. Para ulama telah sepakat bahwa di antara syarat yang harus dipenuhi bagi seorang mujtahid atau mufti adalah memahami bahasa Arab dan ilmu-ilmu yang terkait dengannya seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan lain-lain. 

Huruf-huruf Penarik Perhatian Buah Hati 

Huruf hijaiah pada bahasa Arab cukup unik bagi anak-anak, bulat-bulat dan bervariasi, namun beberapa bentuk serupa. Anak-anak alaminya akan lebih tertarik dan berikutnya menjadi mudah mengingatnya. Allah SWT sendiri telah memudahkan Al-Qur'an untuk dipelajari:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al-Qamar: 17) 

Allah SWT mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali semuanya dalam surah al-Qamar. Subhanallah. Namun, terkadang belajar membaca tulisan Arab menjadi perkara yang kurang diminati anak, berawal dari kebingungan, sering tertukar, sulit melafazkan. Bingung tertukar titiknya bisa membuat anak jengkel dan putus asa apalagi jika guru pengajar memarahi anak yang tertukar melafazkan. 

Maka, memilih metode yang tepat bagi anak untuk belajar mengaji (mendaras, ed.) menjadi tugas orang tua. Rekomendasi bagi orang tua, hendaklah memilih metode yang memudahkan, menyenangkan, dan visual. Bagi orang tua dengan beberapa anak, metode yang dipilih bisa cocok bagi anak pertama, namun belum tentu cocok bagi anak kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap anak punya karakter yang unik.

“Bergaul” dengan Bahasa Arab

Anak merupakan gambaran siapa diri orang tua. Meski tak berlaku pasti, namun umumnya demikian. Bacaan sehari-hari orang tua akan mengarahkan kecintaan anak. Anak yang sejak kecil melihat dan bersama ayah-ibunya hidup dengan kitab-kitab berbahasa arab lebih cenderung menyukai bahasa Arab. Demikian orang tua yang gemar dengan berbagai buku berbahasa Jerman. Anak balita yang sering diajak berforum halqah kadang tertarik dengan kitab ibunya ditunjukkan dengan membuat corat-coret sampul dan halaman depan atau belakang. Bila diganti dengan mainan terkadang anak menolaknya.

Ibu yang memahami ini sebagai proses awal bagi anak untuk tertarik bahasa Arab, akan mengganti dengan kitab lain yang serupa, bukan begitu saja mengambil kitab dari tangan anaknya. Jadi ibu harus lebih prepare, tak sekadar menyiapkan susu, camilan, baju, atau mainan sebelum beraktivitas. Menukil kitab bahasa Arab dan membacanya dengan suara yang dikeraskan juga akan menarik perhatian anak terhadap bahasa Arab. Sambil sesekali mengajak anak terlibat dalam proses belajar ibunya. Memutar video berbahasa Arab, bantuan audio-visual juga bisa dilakukan untuk menstimulus anak tertarik dengan bahasa Arab. Hari ini sudah banyak video animasi berbahasa Arab. 

Padanya nilai-nilai akidah dan akhlak juga akan didapatkan oleh anak. Bahkan buku-buku edukasi (edubook) telah banyak diproduksi khusus untuk pembelajaran bahasa Arab bagi anak. Dari yang harganya puluhan ribu sampai jutaan. Semua bisa disesuaikan kemampuan finansial orang tua. Masih banyak cara dan pendekatan lain yang bisa dilakukan orang tua untuk menanamkan kecintaan anak kepada bahasa Al-Qur'an, bahasa Shahibul Jannah, yakni bahasa Arab. Semoga bisa menginspirasi. [MNews/Gz]  

Oleh: Ummu Fairuzah (Aktivis Muslimah)

Sumber: muslimahnews.com, 15 Oktober 2020
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar