Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rahasia Produktivitas Al-Qur'an


Topswara.com -- "Rahasia Produktifitas Al Qur'an dalam kehidupan, adalah terletak pada kemampuan Memahami Realitas Pemikiran Al Qur'an itu (Fahmu waqi' Al Afkar Al-Qur'an)"

Mungkin banyak diantara kita yang bertanya-tanya dan mungkin bahkan bingung, ada seseorang yang katanya Hafal Al-Qur'an, namun melakukan kegiatan-kegiatan, transaksi ekonomi yang jauh dari nilai-nilai Al-Qur'an. Bahkan ditengarai melakukan penipuan yang nilainya milyaran. 

Apakah ada yang salah dengan hafalan Al-Qur'an nya? Tentu tidak. Menghafal Al-Qur'an adalah amalan yang sangat mulia. 

Tidak salah sama sekali. Namun menghafal Al-Qur'an ini adalah satu langkah dari (setidaknya) empat langkah yang harus dilalui seseorang, agar Al-Qur'an yang dihafalkan, produktif diamalkan oleh penghafal nya. 

Saat seseorang menghafal Al-Qur'an, sungguh dia baru menapaki langkah yang pertama, yakni yang bersangkutan memindahkan lafadz-lafadz yang ada pada mushaf, ke dalam benaknya. Jangan berhenti pada langkah pertama ini saja. 

Langkah kedua, adalah dia dituntut untuk mengetahui makna dari lafadz ayat-ayat tersebut. Langkah ini mengharuskan seseorang untuk mempelajari dan mengerti Bahasa Arab. 

Namun saat seseorang mengerti Bahasa Arab, tahu arti dari lafadz-lafadz yang dia lantunkan dari Al-Qur'an, belum otomatis berpengaruh pada perilakunya. Belum menjamin Al-Qur'an yang dia ketahui artinya menjadi otomatis penuntun sikap perilakunya.

Karena langkah yang kedua ini, baru pada tahap mengetahui dan memahami lafadz, bukan dan belum sampai memahami realitas pemikiran (Fahmu Waqi'Al Afkar) yang dimaksud oleh ayat. 

Langkah yang ketiga, ia harus berupaya dengan serius dan sungguh-sungguh, bermodal keikhlasan yang benar, untuk memahami realitas pemikiran yang dimaksudkan oleh lafadz Al-Qur'an itu. Inilah yang dimaksud dengan memahami waqi' Al afkar dari Al Qur'an. Ia berupaya menghadirkan makna Al Qur'an yang ditujukan oleh lafadz-lafadz nya. 

Langkah ke tiga ini memerlukan pemahaman yang baik atas kitab-kitab Ulama pendukung yang bisa menghadirkan "realitas pemikiran" dari lafadz-lafadz Al-Qur'an tersebut. 

Dengan langkah demikian lah, seseorang insya Allah akan sampai pada langkah yang ke empat, yakni selarasnya nilai-nilai yang dikandung Al-Qur'an dengan perilaku dia. 

Dan untuk lebih sempurna lagi menjadikan Hafalan Al-Qur'an produktif dalam kehidupan,  diperlukan juga perangkat kemampuan Bahasa Arab bukan sekedar Kamus. Perlu  Ilmu Nahwu dan Sharaf serta Balaghah, bahkan diperlukan Ilmu "wasail" lain seperti Ilmu Ushul, Ilmu Hadits, Ilmu Al-Qur'an, Faham berbagai Tafsir Al-Qur'an, dan sebagainya. 

Imam As Suyuthi sendiri menyebut terdapat lebih dari 80 cabang Ilmu Al-Qur'an, yang telah disusun para Ulama. Agar kesimpulan hukum atau pemikiran yang dikandung Al-Qur'an bisa kita fahami dengan baik dan benar.

Semua hal demikian, agar Al-Qur'an kian produktif untuk menjawab beragam persoalan dalam perkembangan kehidupan.Yakni untuk menghasilkan ijtihad baru dalam berbagai sisi kehidupan. 

Untuk hal ini,  sangat wajar ulama terdahulu mengabiskan waktu yang tidak sedikit untuk melakukan riset Bahasa Arab (saja) demi memahami realitas pemikiran dari lafadz Al-Qur'an (fahmu waqi' al Fikri Al Qur'an). 

Contohnya Imam Syafi'i, beliau telah melakukan pendalaman Bahasa Arab, lebih dari 20 tahun. Padahal beliau adalah orang Arab. 
Demi untuk memahami realitas pemikiran yang dikandung Al-Qur'an.

Memang demikianlah seharusnya. Kita lengkapi hafalan Al-Qur'an kita selama ini. Agar paling tidak, selaras antara Al Qur'an dengan perilaku kita, dan kiranya memiliki kemampuan menggali hukum dari Al-Qur'an (dan Sunnah Rasulullah Saw) untuk menjawab berbagai problematika kehidupan. Insya Allah []

Oleh: Guru Luthfi Hidayat
(Pengasuh Majelis Baitul Qur'an Tapin)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar