Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sit Khatun: Perempuan dan Ibu Hebat Pembebas Baitul Maqdis


Topswara.com -- Bunda cantik dan Shalihah, izin bertanya... Apakah bunda mengenal Sit Khatun? Bila belum, mari kita berkenalan sejenak dengan sosok perempuan dan ibu yang hebat ini ya. Menurut yang saya dengar dan baca, Sit Khatun adalah sosok perempuan yang cerdas, tinggal di Tikrit, kota kecil Irak. Walau terpisah jarak yang sangat jauh, hati dan pikirannya senantiasa terpaut dengan Baitul Maqdis. 

Ia memiliki cita-cita mulia, yaitu menikah dengan seorang pemuda yang dapat menggandeng tangannya ke surga. Sit Khatun juga bercita-cita melahirkan anak yang akan menjadi ksatria, yang dapat mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum Muslimin dan mengembalikan kedamaian di wilayah tersebut.

Ia pernah dilamar oleh seorang pemuda yang baik hati, berwajah tampan dan memiliki kedudukan. Tapi dengan halus Sit Khatun menolak lamaran pemuda tersebut. Alasannya karena merasa tidak cocok. Tidak cocok dalam hal apa? Tak cocok dengan cita-citanya membebaskan Baitul Maqdis. 

Sebagai perempuan, apa yang akan kita lakukan bila kejadian ini terjadi pada kita hari ini, ya? Bisa jadi kita menyayangkan penolakan lamaran dari orang yang berwajah tampan dan mapan seperti itu. Secara hari ini segala sesuatu serba diukur dengan keindahan fisik dan keberhasilan materi. Dengan masyghul kita berpikir, belum tentu akan datang lagi yang lebih baik dari itu!

Tapi bagi seorang wanita dan calon ibu yang memiliki cita-cita tinggi nan mulia, Sit Khatun tidak menyesal akan keputusannya. Mengapa tidak menyesal? Hal ini tidak lain karena ia hidup di masa para perempuan mendedikasikan diri untuk Tuhannya, agamanya dan umatnya. 

Ketika hidup sudah berorientasi pada Allah SWT, maka cita-cita pun akan disesuaikan dengan hadiah tertinggi di sisi Allah, yakni surga. Ketika hidup sudah dirancang untuk kemuliaan agama Allah, maka mengkaji Islam dan menyebarkan agama Islam menjadi perhatian utamanya. Ketika hidup sudah diazzamkan untuk umat, maka akan selalu berupaya terdepan untuk menyelesaikan permasalahan umat.

Di masa Sit Khatun hidup, permasalahan umat yang menjadi fokus perhatian kaum Muslimin adalah pembebasan Baitul Maqdis dan bagaimana upaya untuk mengembalikan kedamaian dan ketentraman tempat ibadah tiga agama, seperti di bawah masa kekhilafahan Islam sebelum penyerangan pasukan salib.

Baitul Maqdis tidak hanya menjadi masalah bagi umat Muslim di Yerusalem, tapi juga menjadi masalah dan pemikiran bagi kaum Muslimin di belahan dunia lain, hingga sampai ke kota kecil Tikrit, Irak, menyentuh relung hati dan pikiran seorang Sit Khatun.

Sebagai sosok yang cerdas, Sit Khatun berpikir sangat strategis. Ia dengan sungguh-sungguh mengambil perannya sebagai perempuan untuk melahirkan generasi pembebas dan penakluk. Ia siap menjadi ibu yang akan memperdengarkan telinga anak-anaknya akan sebuah kewajiban besar. Kewajiban mulia yang diemban oleh ayah dari anak-anaknya, yaitu melaksanakan kewajiban jihad melawan tentara salib untuk membebaskan tanah suci Baitul Maqdis.

Qodarullah wa masyaAllah.. berkat kesabaran dan keistiqamahannya, akhirnya Allah SWT mempertemukan Sit Khatun dengan belahan jiwanya. Berjodoh dengan sesosok pemuda yang memiliki cita-cita yang sama persis seperti dirinya, yaitu memiliki anak keturunan pembebas Baitul Maqdis. 

Dengan kesungguhan keduanya, lahirlah Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi. Sosok anak yang atas izin Allah berhasil mewujudkan cita-cita mulia kedua orang tuanya dan menyandang gelar Salahuddin Al-Ayyubi.

Wahai Bunda, semoga kita mengadopsi cita-cita tinggi dan mulia yang dimiliki Sit Khatun, ibu dari panglima besar dalam sejarah Islam. Melahirkan dan menyiapkan generasi pembebas, menjadi ibu dengan mentalitas baja. Karena ketinggian visi membutuhkan mental yang kuat.[]

Oleh: Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M., 
(Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok) 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar