Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Spirit Hijrah Menuju Islam Kaffah


Topswara.com -- Merefleksi peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabat yang mulia, maka kita akan melihat bahwa peristiwa tersebut bukan sekadar adanya perpindahan sekelompok rombongan dari Makkah menuju Madinah. Bukan juga ingin meninggalkan pedihnya siksaan dakwah akibat penentangan kaum kafir Quraisy menuju tempat yang aman. Bukan alasan ingin menghindar dari segala rintangan yang menghadang dakwah Islam kala itu. Namun alasan kuat hijrah adalah karena wahyu Allah memerintahkan Rasulullah SAW melakukan hal yang demikian, setelah 13 tahun mendakwahkan Islam di tengah berhala kemusyrikan.

Berbekal iman yang kuat, para sahabatpun menyambut panggilan agung ini. Tanah kelahiran yang sangat dicintaipun siap ditinggalkan merelakan rumah yang sudah dibangun, sebagian harta lainnya beserta kerabat dan keluarga terpaksa harus berpisah. Sebab iman dan takwa telah menjadi jaminan keselamatan. Para sahabat merasa tenang, tanpa keberatan membersamai prosesi hijrah menuju Yatsrib, Madinah al Munawarah. Mereka inilah orang-orang muhajiriin, setia bersama Rasul demi menuju cahaya agama yang lebih terang lagi. Cahaya yang memancarkan sinar ke seluruh penjuru dunia.

Kehadiran hijrahnya para sahabat yang datang secara bergelombang disambut baik oleh para kaum Anshar. Iman Islam telah merekatkan ukhuwah diantara mereka. Rasulullah dengan bijaksana saling mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dengan Anshar agar bisa menata kehidupan di tempat yang baru. Padahal sebelum mereka beriman dua kaum ini memiliki perseteruan yang sengit. Namun kekuatan iman telah mampu merobohkan keangkuhan dan arogansi pada diri mereka.

Dalam prosesi hijrahnya Rasulullah, ada hal yang yang sangat luar biasa. Rasulullah mendapat sambutan tulus dari penduduk Madinah yang telah beriman dan siap dipimpin lahir batin oleh Rasulullah dan Islam. Bernaung dengan syariat Allah yang sempurna dalam ikatan iman yang sempurna.

Secara ringkas momentum bersejarah hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah berpindahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah dalam rangka meninggalkan sistem kehidupan kufur (Darrul Kufur) menuju sistem kehidupan yang Islam (Darrul Islam).

Sesampainya Rasulullah di Madinah di bangun lah tonggak peradaban Islam, penerapan Islam secara utuh. Madinah tepatnya di Quba adalah sebagai hari Islam mendapat kemuliaan. Nabi menunaikan ibadah kepada Rabb-nya dengan aman dan tenang. Pada 1 Muharam sebagai hari kemenangan sekaligus awal penanggalan hari pertama tahun baru Islam. Kemenangan yang diperoleh sebelumnya saat Bai'at Aqabah II. Bai'at penyerahan kekuasaan (isti'lam al-hukm) dari kaum Anshar kepada Nabi. Bai'at Nushrah wa Man'ah, yaitu sumpah setia untuk memberikan pertolongan dan perlindungan kepada Nabi dan agamanya (Islam). 

Inilah makna hijrah Rasulullah yang sesungguhnya, awal penancapan tonggak kekuasaan Islam dengan tegaknya sebuah negara. Negara yang berbeda dengan yang lainnya, negara yang menjadikan kedaulatan (as-siyadah) hanya bagi Allah semata, as Syari' yang menentukan hukum bukan manusia. Sejarah membuktikan umat Islam menjadi umat yang 'aliyah, azizah dengan "Daulatul Qubra" sebuah negara besar memimpin dunia dalam kurun 13 abad. Hingga runtuh melalui tangan-tangan kaum kuffar sejak satu abad lalu.

Kini, umat Islam berada dalam kondisi lemah, tercerai berai, sekat negara bangsa menjadi tembok penghalang untuk saling memberi pertolongan dan perlindungan. Perisai dan junnah telah hilang. Hukum-hukum Islam ditinggalkan, sebagai pangkal kemaksiatan dan tindak kezaliman.

Geliat hijrah selalu ada di setiap moment berganti tahun. Hijrah menjadi target perubahan dikalangan umat Islam. Walau dengan makna yang beragam, dimulai dari makna hijrah secara harfiyah berpindah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain, menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mesti ada peningkatan secara aplikatif dalam memaknai dan mengupayakan hijrah dalam meneladani Rasulullah.

Hijrah dalam makna hakiki, meninggalkan perkara yang dilarang Allah menuju seluruh hukum syariat yang perintahkan. Hijrah bukan hanya untuk diri sendiri, namun hijrah yang kembali mampu membangun peradaban Islam. Hijrah yang membawa pengaruh bagi syi'ar Islam kembali tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Transformasi pemikiran hijrah hakiki telah mulai menampakan hasil, dorongan hijrah menuju perjuangan kembali tegaknya peradaban Islam yang telah Allah janjikan. Hijrah bersama-sama, menguatkan satu dengan yang lain. Membawa pengaruh yang luas dalam upaya mengembalikan cahaya Islam. 

Dalam sebuah acara kolosal dan sangat menginspirasi, Rabu, 11 Agustus 2021 beberapa hari lau, sebuah perhelatan virtual dalam momentum menyambut tahun baru Islam 1443H, "Hijrah Bareng" tema besar yang diangkat.

Menghadirkan tokoh-tokoh muda yang sangat komitmen dalam proses hijrahnya, hijrah totalitas. Berazam dalam merealisasikan Islam sebagai agama yang sempurna bukan sekadar diimani namun mesti diperjuangkan. 

Dua orang muallaf yang luar biasa telah mampu membuktikan proses hijrah, bukan hanya berubahnya agama dan penampilan, namun mampu merubah pemikiran dan sudut pandang yang khas. Ustadz muda Felix Siauw, perjalanan panjang melalui proses berfikir yang benar sejak di bangku sekolah menengah hingga kuliah telah menemukan titik balik pilihan jatuh pada Islam. Hanya Islam agama yang memiliki pedoman dan panduan kehidupan. Sejak itu hijrahnya seorang Ustadz Felix dimaknai tidak hanya berubah untuk diri sendiri tapi lakukan sesuatu yang bisa memberi pengaruh. Memilih arah yang jelas, pastinya tak tahan lama jika hanya dilakukan sendiri, tapi wajib berjamaah. Ustadz Felix telah mampu membuktikannya.

Begitupun dengan drg. Carissa Grani, Pandemi membawa hikmah dan berkah menjembatani proses hijrah sang dokter. Menemukan banyak kecocokan ajaran Islam dengan prokes yang mesti dijalankan saat pandemi. Semakin memotivasi untuk mendalami Islam. Dalam waktu singkat, sekalipun baru bersyahadat drg. Carissa menemukan makna hijrah yang  sesungguhnya bahwa pertimbangan untung rugi untuk Islam semata, bukan untuk diri sendiri. Bahkan ungkapan yang sangat membuat hati berkaca bahwa Islam itu harus dengan Islam kaffah, kalau tidak pasti mengikuti langkah setan. Sebuah makna yang sangat mendalam.

Dari kalangan intelektual dan pakar dibidang Biologi Molekuler Ahmad Rusydan Utomo, Ph.D, yang telah dipersiapkan oleh kedua orangtuanya untuk menjadi seorang ilmuwan. Pilihan menimba ilmu di negeri Paman Sam, Amerika Serikat selama 17 tahun bukan tanpa alasan. Sebuah komitmen menghantarkan pada kesuksesan menjadi seorang ilmuwan sekaligus intelektual muslim yang memiliki cakrawala berfikir menyeluruh dalam bingkai ilmu dengan agama. 

Sebuah buku pengantar Materi Dasar Islam pemberian sahabat semasa sekolah ternyata menghantarkan seorang Doktor Ahmad bertahan dalam iman dan taiwa sekalipun berada di jantungnya liberalisasi. Negara sekuler, representatif sistem kapitalis. Dengan sebuah keyakinan tertancap dalam hati bahwa ilmu itu memilah dan memilih, dimanapun  tempat yang dipilih untuk ruang berkembang. Pegang prinsip, ilmu tidak boleh kontradiksi dengan agama, ilmu dan agama dikombinasi menjadi bagian tidak terpisahkan.

Keberanian seorang pengusaha muda Dewa Eka Prayoga, titik balik kebangkrutan dalam usaha. Melakukan hijrah total dalam mengelola bisnis dengan muamalah sesuai syariah. Dengan mempelajari hukum-hukum seputar syariah. Jika telah menemui solusi, maka jangan lagi masuk ke jurang yang sama. Dalam qoutesnya berbunyi :"Tutup saja bisnismu, jika bisnismu mementingkan laba daripada syurga". Inilah sebuah keberanian dalam mengambil sebuah resiko, dan meyakini dibalik resiko tersebut ada rejeki yang berjalan sesuai qadhanya. Sebab mindset yang dibangun sudah tepat, bukan hanya berbicara tentang hak milik dalam usaha, namun berbicara tentang ketetapan Allah.

Perjalanan hijrah tokoh-tokoh muda ini tentunya tidak berjalan mulus, butuh pengorbanan besar bahkan berat dari berbagai sisi, bagaimana berhadapan dengan keluarga, lingkungan, menghadapi diri sendiri, bahkan harta. Namun semua mampu dilalui karena tekad istikamah dalam hijrah telah menemukan jalan yang tepat, dan sangat terasa disaat hijrahnya bersama. Bahkan hijrah menyatu dalam mengembalikan kemuliaan agama ini menuju penerapan Islam kaffah. Semoga masih banyak di belakang mereka umat yang hijrah dengan tekad yang sama. 

Dalam acara yang dihadiri tidak kurang dari 148 ribu peserta dari seluruh nusantara, makna hijrah yang sesungguhnya ditegaskan oleh Ustadz Yuana Ryan Tresna, Ulama Hadis beliau menuturkan :  “Tidak ada pilihan selain memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Apabila Rasul menyeru kepada sesuatu yang memberi kehidupan yaitu kehidupan yang lebih baik. Sehingga perlu hijrah total karena hidup kita tidak akan lama. Seperti perkataan Imam Hasan al-Bashri, ‘Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi’.” 

“Dalam Al-Qur'an digambarkan bagaimana sesalnya orang-orang di neraka. Andai dulu kami mau mendengar dan berpikir maka tidak akan ada di neraka ini. Namun ibarat kita tidak perlu tenggelam untuk tahu laut itu dalam, maka Allah sudah mengabarkan hal itu (neraka),".

Maka seruan dan imbauan untuk bersegera lakukan hijrah menuju penerapan Islam saat ini menjadi target utama umat Islam. Agar keluar dari gelapnya dunia dalam genggaman sistem kapitalis yang telah menggurita sejak awal kelemahan umat ini hingga keruntuhannya. Ustadz Ismail Yusanto, sebagai Cendekiawan Muslim memompa semangat seluruh peserta virtual untuk melakukan hijrah secara kolektif dalam membangun tatanan kehidupan, sebab kita tidak punya waktu banyak. Renungkan kalimat penuh makna ini : "Kalau ingin berlari cepat maka bisa sendirian. Tapi kalau ingin berlari jauh, maka lakukan bersama-sama.

Islam adalah agama jamaah, bermasyarakat, sampai bernegara. Hijrah harus berangkai untuk menjadi kekuatan. Menjadi kebersamaan tekad untuk mewujudkan sistem Islam dalam daulah islamiyyah. Maka hijrah bareng-bareng ini memiliki makna yang sangat dalam. Meraih kemenangan atau binasa karenanya.”

Tunggu apalagi? peluang terbentang dihadapan. Peluang umat ini untuk kembali memegang estafet kepempinan dunia, dalam sebuah institusi negara khilafah, negara yang akan menerapkan Islam kaffah dan menebar dakwah ke seluruh penjuru dunia. Tidak ada hukum yang lebih baik selain aturan Sang Pencipta, Allah adalah sebaik-baik pelindung.

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ 

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. al-Maidah[5] : 50)

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ 

"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya"(QS.al-Baqarah [2] : 257)

Wallahu a'lam bishawwab

Oleh: Yeni Marlina, A.Ma
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar