Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memetik Hikmah di Balik Makna Hijrah


Topswara.com -- Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah adalah peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam. Selama 13 tahun Rasulullah dan para pengikutnya berjuang melakukan aktivitas dakwah agar Islam bisa diterima. Alih-alih mereka mengambil Islam sebagai tuntunan, Rasulullah dan para pengikutnya justru mendapati berbagai ancaman, fitnah hingga serangan fisik.

Rasulullah SAW tidak pernah tau bahwa dari kota Yastrib itulah pertolongan dakwah datang, yaitu setelah Rasul mengutus mush’ab bin Umair untuk berdakwah ke Madinah selama kurang dari satu tahun. Usaha itupun  menampakkan titik terang, dimana masyarakat Yatsrib berdondong-bondong menerima Islam. 

Keberhasilan dakwah Rasul ditandai dengan datangnya 75 orang tokoh Yatsrib ke Makkah menemui Rasul untuk melakukan Baiat Aqabah II. Pada Baiat Aqabah kedua inilah perwakilan dari kaum Aus dan Khazraj menyerahkan tampu kekuasaannya kepada Rasulullah yang sekaligus menjadi tonggak berdirinya negara Islam pertama di Madinah. Setelah itu berhijrahlah kaum muslimin ke Madinah secara bertahap.

Makna Hijrah

Secara bahasa hijrah berasal dari kata ‘hajara’ yang artinya berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari suatu keadaan pada keadaan yang lain. 

Syaikh Taqiyuddin An-nabhani dalam kitabnya Asy-syakhsiyah Al-Islamiyah II, menuliskan bahwa para fuqaha mendefinisikan hijrah secara syar’i, yaitu keluar dari Darul Kufur menuju Darul Islam. Makna tersebut diambil dari realitas peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, dimana Mekkah pada saat itu adalah negara yang tidak menerapkan syariah Islam (darul kufur), dan Madinah adalah tempat berdirinya negara Islam yang akan menerapkan syariah Islam (Darul Islam).

Masyarakat Arab sebelum Rasulullah berhijrah dikenal sebagai masyarakat jahiliah. Dari mereka ada yang menyembah berhala, menyembah, jin dan ruh-ruh nenek moyang. Kehidupan sosialnya pun sangat bobrok, meminum khamr adalah kebiasaannya bahkan pelacuran dan perzinahan menjadi hal yang lumrah.

Belum lagi perampokan dan pembunuhan yang merajalela hingga adanya kepercayaan untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru dilahirkan. Transaksi ribawi menjadi tradisi dalam aktivitas perekonomiannya dan tidak ada satupun orang yang bisa menghindarinya.

Kondisi yang sangat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat Arab pasca Rasulullah hijrah ke Madinah dan mendirikan negara Islam disana. Negara Islam Madinah telah berhasil mengubah tatanan kehidupan masyarakat Arab dari jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang beradab. 

Kehidupan masyarakat dipenuhi dengan kedamaian dan kesejahteraan, segala bentuk kemaksiatan seperti yang terjadi pada masyarakat jahiliyah diberantas. Syariah Islam menjadi asas bagi negara dan masyarakat.

Mayoritas penduduknya adalah muslim, sekalipun terdapat kaum Yahudi dan Nasrani namun mereka bisa hidup berdampingan dan diatur dengan aturan Islam. Dalam aktivitas ekonominya, riba dan segala bentuk kecurangan dalam proses jual beli diberantas. Jihad sebagai aktivitas pokok negara Islam, memposisikan negara Islam Madinah menjadi negara adidaya yang disegani oleh bangsa-bangsa lain.

“Madinah itu seperti tungku yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (HR Bukhari)

Seperti itulah Rasulullah menggambarkan negara Islam Madinah yang mampu mengubah tatanan kehidupan dari jahiliyah menjadi beradab secara totalitas.

Kondisi masyarakat saat ini sangatlah mirip dengan kondisi masyarakat Arab jahiliyah. Tatanan kehidupan yang karut marut, tidak sedikit orang yang beragama Islam namun pemikirannya sekular (memisahkan agama dari kehidupan), bahkan banyak bermunculan ajaran-ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan agama Baha’i yang justru diakui negara. 

Kehidupan sosial pun tak kalah rusaknya, perzinahan, tingginya kasus kriminalitas, massifnya LGBT, perampokkan, narkoba, dan segala bentuk kemaksiatan kian merajalela. Belum lagi riba yang menjadi asas dalam transaksi ekonomi.

Semua kebobrokan yang terjadi pada masyarakar saat ini tak lain adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalis. Sistem inilah yang telah membawa masyarakat kembali jahiliyah bahkan lebih jahiliyah. Sistem yang lahir dari akal manusia dan membawa malapetaka bagi kehidupan masyarakat.

Tahun baru 1 Muharram 1443 H ini, haruslah dijadikan sebagai momentum untuk memetik hikmah dibalik makna hijrahnya Rasulullah SAW yaitu berhijrah dari sistem kufur menuju  sistem Islam. Dengan mewujudkan spirit hijrah, saatnya kaum Muslim meninggalkan sistem kapitalis dan menerapkan Syariah Islam secara menyeluruh agar rahmat Allah terlimpah curahkan pada kehidupan kita.

Wallaahu a’lam bishawwab

Oleh: Nurul Rachmah 
(Aktivis Muslimah Bekasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar