Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bagaimana Menyikapi Kematian? Berikut Penjelasan UFK


Topswara.com -- Founder Cinta Qur’an Ustaz Fatih Karim (UFK) menjelaskan cara menyikapi kematian.

“Kematian bukan ditakutkan. Jadi yang dibangun itu bukan spirit takut mati, tapi takutlah kehidupan setelah mati. Kenapa kehidupan setelah mati? Karena kehidupan setelah mati itu abadi,” ujarnya dalam acara Kata UFK QnA: Cara Menghadapi Pikiran  Buruk tentang Kematian di Saat Sakit, di kanal YouTube Cinta Qur'an TV (1/8/2021).

Menurut Ustaz Fatih, rasa takut terhadap kematian itu wajar dan manusiawi karena manusia memiliki gharizatun baqa (naluri mempertahankan diri). Tidak mau rugi, tidak mau kalah, tidak mau mati, tidak mau disakiti dan takut kehilangan anak dan istri.

“Sesungguhnya hidup ini ada siang ada malam. Bagaimana bisa kita takut malam, dia pasti datang. Bagaimana bisa takut siang, dia pasti datang. Kita lari datang siang, kita pergi malam pasti datang,” ujarnya.

Ia pun mengutip Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 2:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

 Allahlah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

“Jadi kalau kita pahami, memang mati pasti datang. Jadi kita takut dia datang, kita berani pun dia datang. Kita lari dia datang, kita sehat dia datang, kita sakit dia datang, jadi tidak pernah ada yang namanya bisa lari dari kematian,” tegasnya.

Menurutnya, ketakutan menjadi motivasi beramal, itu yang disebut dengan iman produktif. Menurutnya, ketakutan kepada kematian mendorong seseorang shalat, sedekah, wakaf, sayang sama istri. Suami yang ingat mati sayang sama istri. 

“Itulah yang dilalui oleh para sahabat. Ketakutan mereka kepada mati membuat mereka lari ke medan jihad. Imannya jadi produktif bukan iman kaleng-kaleng. Takut kepada kematian akhirnya di kamar, tidak mau ngapa-ngapain itu justru salah,” ujarnya.

Menurutnya, para sultan Utsmaniyah pada waktu itu memakai mahkota kain kafan, agar mereka mengingat kematian.

“Itu mendorong mereka menaklukan wilayah-wilayah baru. Kematian itu yang membuat  mereka mencetak generasi-generasi baru yang hebat-hebat. Kematian itu yang mendorong mereka menghafal Al-Qur'an di usia tujuh tahun,” tegasnya.

Menurutnya, jangan takut mati, yang ditakutkan kehidupan setelah mati. Mati itu adalah fase transit antara hidup dunia dengan kehidupan akhirat. "Kalau takut mati, maka segera cetak anak jadi penghafal Al-Qur'an, cetak istri jadi aktif berdakwah, sayangi orang tua, muliakan kedua orang tua, jangan tunda sedekah," terangnya. 

Ia pun menambahkan, "Rasa takut itu bagus justru perlu dipelihara supaya dorongan beramal, karena kalau orang takut mati dia akan terus beramal shalih." pungkasnya [] Aslan La Asamu
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar