Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ahmad Hassan, Penentang Demokrasi dan Sekularisme


Topswara.com -- Ahmad Hassan atau orang lebih mengenal Ahmad Hassan Bandung, atau guru bagi Persatuan Islam (PERSIS) adalah sosok  ‘pencerah umat’. Apa yang beliau lakukan ternyata mampu memberikan warna dan pemahaman tersendiri kepada masyarakat tentang Islam dan segala aturan di dalamnya. Dengan kata lain, sebenarnya dakwah Islam yang beliau lakukan baik melalui tablig, debat dan menulis kitab-kitab, sejatinya adalah untuk menjelaskan Islam dan syariahnya kepada seluruh masyarakat. Ahmad Hassan bersama aktivis organisasi ini semuanya berupaya membandingkan kesadaran beragama dan menumbuhkan bersyariah Islam.

Dalam pandangan Ahmad Hassan, Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur sendi-sendi kehidupan manusia mulai dari karuhanian sampai masalah politik kenegaraan. Demi mewujudkan suatu negara Islam yang sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan, kaum Muslim harus melaksanakan seluruh ajaran agama Islam di setiap kehidupan. Ahmad Hassan berkeyakinan bahwa hanya Islam yang memberikan dasar dan moral bagi negara, agama telah memberikan ajaran yang lengkap bagi kehidupan manusia.

Dari sini bisa dipahami bahwa Islam akan memberikan rahmatan lil 'alamin, jika diterapkan secara menyeluruh di segala aspek kahidupan.

Ahmad Hassan bukan sekadar menyerukan pemahaman bahwa Islam mempunyai seperangkat aturan lengkap untuk mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan, namun juga menyerukan bahwa undang-undang dan peraturan-peraturannya yang sesuai dengan Al-Qur'an harus dilaksanakan. Pemerintah Islam baginya adalah pilihan lain dari paham kebangsaan yang dianggapnya sebagai tidak memberikan tempat bagi agama. Beliau menginginkan Islam memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, sesuai dengan keyakinan bahwa kebenaran ajaran Islam adalah mutlak. Islam dipandang sebagai sesuatu yang tertinggi dan terluas menerjang batas-batas kebangsaan dan ketanahairan.

Ahmad Hassan secara tegas menolak demokrasi dan sekularisme. Beliau pernah ditanya tentang apa beda pemerintahan Islam dan demokrasi. “Tuan tadi mengatakan bahwa pemerintahan Islam itu berdasarkan Al-Qur'an, hadis dan musyawarah. Sedangkan pemerintahan demokrasi tulen, hanya dengan rembukan rakyat. Di antara dua ini, manakah yang lebih baik?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Ahmad Hassan menjawab, “Pemerintahan secara demokrasi atau kedaulatan rakyat semata-mata berdasarkan kemauan rakyat. Kalau rakyat mau halalkan zina, mengizinkan produksi minuman beralkohol dan seterusnya, niscaya boleh. Sedangkan menurut Islam, yang haram tetaplah haram, yang makruh tetaplah makruh, dan yang sunah tetaplah sunah. Kedaulatan rakyat berlaku di urusan-urusan luar dari yang tersebut. Dalam pemerintahan dengan cara Islam, maksiat tidak dapat menjadi perkara biasa. Sedangkan dalam sistem pemerintahan demokrasi tulen, yang haram bisa jadi halal, yang wajib bisa jadi haram, asal dikehendaki oleh rakyat. Dari sini tuan bisa tahu mana yang lebih baik,” jawab Ahmad Hassan.

Ketegasan ide Ahmad Hassan dalam memperjuangkan syariah Islam agar menjadi pondasi pemerintahan juga tampak dalam pergulatan ide dengan Soekarno. Soekarno menghendaki pemisahan agama dari struktur pemerintahan serta bercermin pada undang-undang Swiss dan sekularisme Turki. Namun, pandangan ini, dibantah keras oleh sejumlah tokoh Islam, termasuk diantaranya A. Hassan dan M. Natsir yang sama-sama tidak menghendaki adanya upaya memisahkan agama dari urusan pemerintahan. Sebab menurutnya, Islam memiliki nilai universal yang sempurna yang tidak dimiliki oleh sejumlah agama lain.

Dari pergulatan ini, Ahmad Hassan juga memberikan penjelasan tentang syarat-syarat dalam memilih pemimpin negara antara lain:
Pertama, seorang pemimpin harus Muslim dan dari kalangan Muslim itu sendiri, sebagaimana yang tercantum dalam  QS. Ali-Imran [3]: 118-119, QS. At Taubah [9]: 8, QS. Al-Maidah [5]: 57.
Kedua, seorang pemimpin/kepala negara hendaknya dari kaum laki-laki berdasarkan pada keterangan QS. An-Nisa [4]: 34, QS. An-Nahl [16]: 43 serta HR al-Bukhari yang berisi, “Tidak akan jaya suatu negeri yang menyerahkan urusan (kepemimpinannya) kepada kaum wanita.”
Ketiga, memiliki profesionalisme. Dalam hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW, “Apabila sebuah urusan diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah saat kehancuran.” (HR. al-Bukhari)

Ahmad Hassan adalah seorang pemikir yang teguh dalam memperjuangkan tegaknya syariah Islam. Ahmad Hassan ingin mengubah masyarakat Islam sampai ke akar-akarnya dan ingin menghancurkan penyakit umat Islam dengan cara yang radikal secara revolusional, secara jelas, tanpa samar-samar dan penuh kepastian. Suka atau tidak suka, menurut Ahmad Hassan, seorang Muslim harus menggunakan hukum Islam di setiap tempat dan setiap hal.
 
Ditulis kembali oleh: Aslan La Asamu

Disadur dari Buku: Al-Wa’ie, No. 116, Gus Uwik, April 2010
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar