Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mahasiswa Kritis, Mahasiswa Ideologis


Topswara.com -- "Maju tak gentar, membela yang benar. Maju tak gentar, hak kita diserang.
Maju serentak, mengusir penyerang. Maju serentak tentu kita menang."

Begitulah penggalan lirik lagu yang diciptakan oleh C. Simanjutak. Ada rasa menggelora untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa, melawan kezaliman yang dilakukan pemimpin negara. Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh para pemuda, terlebih disini adalah mahasiswa yang memiliki potensi untuk bersuara. Bukan mahasiswa jika masih bungkam tidak bersuara, sebab sudah menjadi ciri khas dan tugasnya mahasiswa untuk menilik, mengkritisi kebijakan yang ada. Namun sayang bak singa yang mengaung nampaknya ada yang ketakutan.

Terlepas dari cuitan yang di posting di sosial media oleh BEM UI bertajuk “Jokowi: The King of Lip Service” pada hari Sabtu, 26/6/2021, selang sehari mereka mendapatkan surat panggilan dari pihak kampus. Amelita Lusia sebagai Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi (KIP) UI, menyebutkan bahwa langkah tersebut sebagai bentuk pembinaan. (Kompas.com, 29/06/2021).

Aktivitas Mahasiswa 

Mahasiswa yang identik dengan gelar agen perubahan, maka aktivitasnya pun demikian, menyuarakan kebenaran, melawan kezaliman. Menyatukan suara mahasiswa itu tidak mudah. Mengingat kejadian tempo dulu saat sejarah peristiwa Mei 1998, semangat mahasiswa untuk menjatuhkan Presiden Soeharto dan menuntut adanya reformasi dalam sistem pemerintahan. Mereka perlu strategi untuk menarik perhatian mahasiswa yang lain. Tidak adanya dukungan dari dosen dan ancaman dari pihak kampus tidak menyurutkan semangat mereka. Mahasiswa justru semakin gigih menyelenggarakan berbagai diskusi sampai akhirnya berhasil menarik perhatian mahasiswa lainnya. 

Demo besar-besaran juga terjadi pada beberapa tahun silam. Saat mahasiswa demo ke jalan menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK, kemudian menolak Omnibus Law, dan masih banyak demo lainnya. Mereka akan terus melawan walaupun harus menanggung resiko baik mendapatkan teguran, surat panggilan, maupun di DO (drop out). Tidak menutup kemungkinan hal itu akan terus terjadi selama kezaliman masih merajalela. Namun sayang, adanya aksi seperti itu banyak yang menilai buruk di mata masyarakat, namun ada juga yang memandang baik sebab telah menyuarakan aspirasi dari rakyat. 

Fakta Mahasiswa Saat Ini

Berbeda dengan mahasiswa zaman dulu, mahasiswa saat ini justru mereka bersaing mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi. Persoalan masyarakat abaikan. Mahasiswa dibuat bungkam tidak berkutik, mereka akan diiming-imingi mendapatkan beasiswa dengan syarat tidak mengkritik. Jikapun berpolitik, mereka akan berada di jajaran orang-orang yang licik. Mereka saat ini memilih jalan yang aman walau masyarakat atau bahkan keluarganya sendiri menjadi korban. 

Hal yang nyata bahwa mahasiswa saat ini berada dalam cengkraman para kapital. Mereka akan terus berusaha menumpulkan pemikiran mahasiswa. Terbukti dengan adanya fakta integritas yang harus ditandatangani oleh mahasiswa baru di salah satu universitas ternama di Indonesia, bahwa disana tercatat ada salah satu poin yang menyatakan tidak boleh terlibat dalam politik praktis yang mengganggu tatanan akademik dan bernegara. Ini menjadi salah satu bukti bahwa para kapital sengaja membungkam suara mahasiswa, yang akhirnya pemikiran para mahasiswa menjadi mundur. 

Bagaimana Mahasiswa Bersikap?

Suara mahasiswa, suara yang dinantikan oleh masyarakat sebab mahasiswa satu-satunya harapan masyarakat. Peran penting mahasiswa dalam mengubah tatanan bangsa sangatlah besar. Bahkan masyarakat mendapuk mahasiswa untuk menjadi garda terdepan melawan segala kezaliman yang ada. Terlebih saat ini ada banyak fakta, janji hanyalah sebatas janji tanpa adanya realisasi, justru yang terjadi mencekik rakyatnya sendiri. Bukankah itu sebuah kezaliman yang harus diadili? Maka sangatlah wajar jika ada sebagian masyarakat ataupun mahasiswa yang marah jika hanya mengobral janji. 

Oleh sebab itu, aksi mahasiswa di sini tidak cukup bermodal suara tetapi harus memberikan solusi tuntas terhadap persoalan yang dihadapi. Sikap kritis menanggapi kebijakan yang rusak, maka sikap kritis itupun berlaku pula untuk mencari solusi. Bukan solusi pragmatis yang hanya melakukan perubahan secara tambal sulam, tetapi yang diperlukan adalah solusi tuntas dengan perubahan taghyir (perubahan secara menyeluruh). 

Mahasiswa Ideologis

Terlepas dari adanya gerakan mahasiswa, nyatanya ada berbagai ragam macam gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa, namun ada yang membangkitkan ada pula yang tidak. Gerakan apa yang kemudian mampu menjadikannya sebagai mahasiswa ideologis? 

Pertama, gerakan sosial. Gerakan ini fokus pada isu sentral seputar sosial kemasyarakatan. Gerakan dengan mengadakan agenda aksi tanggap bencana, training motivasi, binaan masyarakat, santunan fakir miskin, jika dilihat bahwa gerakan ini tidak menemukan suatu perubahan yang berarti. 

Kedua, gerakan moral. Gerakan ini banyak membahas seputar akhlak, jujur, sopan, kesatria, damai dan sejahtera. Mereka terus bekerja sepanjang hari, mencurahkan tenaga juga dana yang cukup tinggi, namun sayangnya tidak melahirkan sesuatu yang berarti. Terbentur dengan adanya hedonisme yang mucul dan menyerang masyarakat. Sehingga gerakan ini pula tidak mampu membangkitkan masyarakat. 

Ketiga, gerakan lingkungan. Gerakan lingkungan ini cukup nyaring terdengar. Gerakan dengan kegiatan tanam pohon, ramah lingkungan, pemeliharaan sungai akibat dari keprihatinan terhadap perubahan alam sebagai tempat hidup manusia. Jika hanya sekedar perubahan lingkungan, mampukah gerakan ini membangkitkan masyarakat? 

Keempat, gerakan ilmiah. Gerakan ini berfokus pada riset dan lomba-lomba karya ilmiah dikalangan mahasiswa. Mereka mengekspresikan pemikirannya melalui karya dengan berbagai gagasan-gagasan brilian. Kemudian menjamur pelatihan penulisan karya ilmiah sebagai senjata utama, menjamur pula berbagai lomba, sehingga mereka lupa terhadap misi utamanya. 

Kelima, gerakan spiritual. Gerakan berbasis keagamaan muncul di setiap perguruan tinggi, bahkan sampai mengerucut di setiap fakultas. Hal ini merupakan kemajuan untuk meningkatkan "ghirah" masyarakat supaya lebih dekat lagi dengan Maha Pencipta. Namun sayang, munculnya gerakan ini mereka selalu menyandarkan diri pada aktivitas materi saja, mereka fokus pada dimensi pribadi dengan Allah tanpa melihat dimensi yang lain seperti pembahasan Islam antar makhluk sosial dan kewajiban menerapkan aturan Islam dalam kehidupan. Jika tujuan ingin sholih sendiri, bisakah gerakan ini menjadi gerakan pelopor perubahan negeri? 

Keenam, gerakan ideologi. Gerakan ini nampaknya tidak banyak orang yang menggemari, namun gerakan ini justru mampu melakukan revolusi ke arah yang lebih baik. Mereka tidak hanya melakukan aksi tanggap bencana, tidak hanya memikirkan ibadah sendiri, tetapi mereka akan mengulik, mengkritik jika ada aturan yang mencekik. Gerakan ini tidak hanya memberikan aspirasi tetapi menyuguhkan solusi yang hakiki. Inilah gerakan yang akan membawa perubahan dan membangkitkan. 

Oleh karena itu, janganlah takut menjadi mahasiswa ideologis. Sebab mereka akan selalu menerjang ombak. Mereka akan selalu mendapatkan duri tajam yang menyakitkan, namun kehadirannya selalu diharapkan. Mahasiswa ideologis itulah mahasiswa yang sesungguhnya, mereka tidak hanya memiliki intelektual yang tinggi tetapi peduli terhadap negeri.

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Ninda Mardiyanti YH
(Mahasiwi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar