Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Wabah Masih Bikin Resah, Kebijakan Harus Berubah


Topswara.com-- Wabah sudah dua tahun melanda. Namun belum ada tanda-tanda kapan mereda. Meski yang sembuh ada, namun tingkat kematian juga makin bertambah.  Kehidupan masih diliputi kecemasan, resah dan ketidakpastian. 

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah, menjelaskan kasus aktif merupakan kasus warga terpapar virus Corona yang masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

"Memang dalam enam hari terakhir kita sudah bisa melihat adanya tren kenaikan (kasus positif Covid-19). Jadi kalau biasanya kita mengalami penurunan, di sini dalam seminggu terakhir ada penambahan kasus aktif sebesar 440 kasus," kata Dewi dalam rapat koordinasi daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Pusdalops BNPB, Minggu (23/5).

Bila menengok data harian yang dirilis Satgas Covid-19, tercatat kumulatif mingguan kasus Covid-19 mengalami lonjakan. Pada periode 9-15 Mei misalnya, jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 26.908 kasus. Kemudian dalam sepekan terakhir, 16-22 Mei naik menjadi 33.234 kasus.

Jumlah kasus kematian warga terpapar Covid-19 pun terus naik. Pada periode 9-15 Mei kumulatif kasus kematian sebanyak 1.125 kasus. Kemudian pada periode 16-22 Mei kasus kematian naik menjadi 1.238 kasus. Satgas mencatat per 22 Mei persentase kasus kematian Covid-19 di Indonesia mencapai 2,78 persen. "Angka (kematian)masih cukup tinggi, karena kemarin kita memiliki target kalau bisa diturunkan bahkan jauh di bawah 2,7 persen," ujar Aisyah. (Cnnindonesia, 23/05/2021).

Melihat fenomena tersebut,  kondisi ini bisa disebut darurat bahkan genting. Perlu ada tindakan cepat untuk meminimalkan penyebaran bahkan harus segera dihentikan saat ini juga. 

Namun melihat kebijakan yang selama ini diterapkan, menimbulkan sikap pesimis. Pasalnya sejak wabah masuk ke negeri ini, kebijakan yang diambil sering berubah. Mulai pembentukan satgas Covid, PSBB, protokol kesehatan dan terakhir vaksinansi ternyata tidak efisien dan justru memperpanjang penyebaran wabah.

Masukan berbagai elemen agar kebijakan yang diterapkan adalah lockdown tidak mendapat sambutan, yaitu menutup semua akses keluar masuk lndonesia dan memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Padahal cara inilah yang paling tepat agar wabah segera bisa dihentikan.

Di awal masa pandemi pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Meski demikian, warga diminta tetap produktif dari dalam rumah. 

"Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah," ujar Presiden Jokowi dalam konferensi pers, Minggu (15/3/2020).

Sejak saat itu banyak perkantoran yang menerapkan work from home (WFH) bagi karyawannya, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, dan dilakukan pengurangan kapasitas penumpang transportasi umum. (Kompas.com, 02/03/2021).

Fakta di lapangan menunjukan hal berbeda, kegiatan masyarakat masih banyak dilakukan diluar rumah. Mall, pasar, bandara, wisata, kafe, bioskop dan aktivitas lain yang bergerombol masih banyak dijumpai. Peristiwa yang terbaru mudik lebaran dilarang namun tempat wisata boleh dibuka. Walhasil kondisi demikian akan semakin menambah panjang masa penularan wabah.

Kebijakan yang tebang pilih menjadikan masyarakat tidak menghiraukan bahkan justru berani melanggarnya. Sudah menjadi rahasia umum, jika yang melanggar pejabat maka akan mendapat kata maaf. Namun jika yang melanggar rakyat tindakan tegas segera diberlakukan. Dari kebijakan yang salah ini menelan banyak korban, maka harus segera diuba.

Berbeda dengan lslam, sebagai sebuah sistem kehidupan punya solusi yang efektif dan solutif dalam menangani wabah sejak 13 abad silam.

Pada masa Rasulullah  SAW wabah yang cukup dikenal pes dan lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu," (HR Bukhari dan Muslim).

Inilah metode karantina atau lockdown yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bagi mereka yang bersabar akan mendapat pahala sebagai mujahid di jalan Allah.

Sebagai kepala negara Beliau  juga menjamin kebutuhan masyarakat yang di lokcdown dengan baik dan gratis. Karena kewajiban negara memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mudah. Apalagi jika menyangkut keselamatan nyawa, hal itu sangat diperhatikan dalam Islam. Terbukti wabah dalam waktu yang singkat bisa diatasi, dan warga yang diluar daerah wabah tetap bisa beraktifitas seperti biasa.

Indonesia dan dunia akan segera bebas wabah jika kebijakan yang diterapkan mencontoh apa yang dilakukan Nabi SAW yaitu sistem lslam kaffah. Sebagai aturan yang berasal dari Pencipta manusia pasti cocok untuk diterapkan kapan saja dan dimana saja.
Allahu a’lam


Oleh: Umi Hanifah 
(Komunitas Aktif Menulis).
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar