Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menilik Tawuran di Kota Hujan


Topswara.com -- Dilansir dari Beritasatu.com (9/6/2021) Presiden Joko Widodo melalui  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang akan dilaksanakan pada Juli 2021 mendatang harus dijalankan sangat hati-hati. 

"Presiden menyarankan PTM dijalankan hati-hati, metode pembelajaran terbatas, siswa yang hadir maks 25 persen dari jumlah total siswa di sekolah tersebut, dilakukan 2 hari dalam sepekan selama  2 jam dan guru-guru harus sudah divaksin." Papar Gunadi (7/6). 

Permintaan presiden tersebut ditindaklanjuti Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor Deddy Karyadi meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memetakan sekolah berdasarkan zona kecamatan dan track record sekolah mana yang kerap tawuran dan tidak. Sekolah dengan siswa yang biasa tawuran untuk sementara tidak diperbolehkan melaksanakan PTM.

Kebijakan pemetaan sekolah diambil karena Dedi menilai siswa di dalam sekolah bisa dikontrol, sementara siswa pulang sekolah sulit diawasi lantaran kecenderungan siswa yang bermasalah kerap berkerumun bahkan melakukan tawuran.

Pemerintah Kota Bogor melalui Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Bogor Rudiyana mengatakan, Wali Kota Bogor Bima Arya menyebut tawuran pelajar merupakan permasalahan serius sehingga perlu disikapi bersama.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota Bogor beserta unsur Forkominda akan memanggil dan melakukan pertemuan dengan seluruh kepala SMA dan SMK Negeri dan swasta di kota Bogor. Wali kota ingin seluruh geng pelajar dan pelaku otak tawuran di kota Hujan dibubarkan.

Dilansir dari Pikiran rakyat  pada 25 Januari 2020 dini hari seorang pelajar DA (17) tewas dan lainnya terluka dalam aksi tawuran di Jalan RE. Martadinata Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, sesuai data Polsek Bogor Tengah menyebutkan korban tewas dibacok oleh orang tidak dikenal diduga menggunakan clurit.

Sebelumnya tawuran pelajar juga terjadi pada 22 Januari 2020 pukul 19.30 di Jl. Tumenggung Wiradireja Kecamatan Bogor Utara, tiga pelajar terluka bahkan satu pergelangan tangan korban putus dalam aksi tersebut dan kejadian serupa terjadi pada 24 Januari 2020 di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara dilaporkan 16 pelajar terluka akibat sabetan senjata tajam.

Liberalisme Sebabkan Tawuran

Maraknya tawuran antar pelajar kerap dilakukan siswa sepulang sekolah atau di waktu tertentu. Kasus seperti ini sering terjadi di kota besar seperti Surabaya dan Jakarta, tidak terkecuali Bogor sebagai penyangga ibu kota. Bahkan tidak menutup kemungkinan di kota lain pun terjadi. 

Kenakalan remaja seperti ini seakan sudah menjadi gaya hidup pelajar. Pelakunya tidak hanya sebatas siswa SMA akan tetapi sudah menyasar murid yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Persoalan ini sering dikaitkan dengan perilaku negatif bahkan tak jarang disebut pelanggaran hukum yang berujung pada tindak pidana. Lantas apa penyebab tawuran antar pelajar ini? 

Menurut jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta penyebab terjadinya penyimpangan perilaku remaja antara lain adalah pertama remaja atau pelajar tersebut sedang mengalami krisis identitas, yakni tidak ditemukannya figur yang memberikan nilai-nilai positif ke dalam dirinya sehingga rentan menimbulkan penyimpangan perilaku dan cenderung mencari identitas yang sedang trend. 

Penyebab kedua yaitu karena memiliki ketidakstabilan emosi yakni mudah marah, frustasi dan individualis, sehingga biasanya  memilih cara instan dalam memecahkan masalah. Penyebab berikutnya karena tidak bisa menyesuaikan diri sendiri yakni tidak mampu menerima adanya perbedaan ekonomi, budaya dan pandangan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Selain itu, media mempunyai andil penyebab terjadinya tawuran, kekerasan di media lantaran bermain video game kekejaman mengakibatkan remaja berperilaku agresif dan hal ini dibuktikan berdasarkan sebuah penelitian. 

Ditambah kurangnya pengawasan orang tua yang kurang baik dan permisif mengakibatkan remaja mudah melakukan perilaku agresif atau kriminalitas. Alhasil mereka cenderung  berteman dengan orang yang salah. Akibatnya mereka tidak mempunyai motivasi untuk berprestasi di sekolah bahkan abai dengan masa depan. 

Ide Kebebasan Lahirkan Generasi Tanpa Arah

Adanya penyimpangan perilaku pada remaja tidak lepas karena adanya suatu ide yang membebaskan berbagai hal yang mampu memengaruhi kepribadian remaja yaitu ide liberalisme. Ide ini hadir di negara yang menerapkan sistem demokrasi kapitalisme sebagai aturan hidupnya.

Ide ini sudah melekat pada diri remaja, sehingga kebebasan untuk mengakses tontonan, game dan media sosial boleh dilakukan, akibat dari keleluasaan ini telah membentuk generasi yang suka kekerasan, kecanduan pornografi, generasi tanpa akhlak dan minim adab.

Maka dari itu, tidak dipungkiri sistem ini menghasilkan generasi tanpa arah. Kehidupannya diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan mengarah pada kemaksiatan, lantaran mereka tidak memahami makna yang sebenarnya untuk apa ia hidup di dunia?

Sebaliknya, dalam sejarah Islam diceritakan bagaimana keberadaan pemuda pada zamannya masing-masing. Di usianya yang masih sangat muda mereka mampu menorehkan karya yang luar biasa. Salah satu di antaranya adalah Thalhah bin Ubaidullah saat usianya 16 tahun menjadikan dirinya tameng bagi Rasulullah SAW pada Perang Uhud dan berbaiat untuk mati demi Nabi. 

Pemuda Islam pada zamannya adalah mereka yang mempunyai peran sangat besar dalam agama Islam. Pemuda yang shaleh dan terdidik dengan adab-adab Islam. Mereka senantiasa mendakwahkan Islam baik dengan cara menyebarkannya maupun lewat berjihad di jalan Allah SWT. 

Begitulah gambaran pemuda Islam pada zamannya, lantaran mereka didik dan diatur dengan aturan Islam niscaya akan menghasilkan generasi cemerlang dan luar biasa. 

Terwujudnya pemuda yang sukses tidak terlepas dari aturan yang diterapkan negara yakni sistem Islam. Sistem yang khas dengan pondasi akidah Islam yang kuat dan standar hidup yang terikat dengan seluruh hukum syara' serta dihiasi akhlak yang mulia. 

Akan tetapi, generasi seperti itu tidak akan bisa terlahir di negara yang mengemban sistem demokrasi liberalisme. Sistem yang dalam aturannya negara tidak berperan dalam membentuk generasi yang cemerlang akan tetapi negara berlepas tangan akan rakyatnya. Tidak terkecuali pada remaja. 

Oleh karena itu apabila suatu negara menginginkan generasinya sosok dengan berkepribadian Islam, maka tidak ada pilihan lain selain menerapkan aturan Islam itu sendiri. Karena hanya melalui aturan yang ditetapkan Allah Azza wa Jalla maka pembentukan kepribadian Islam bisa terwujud dalam tatanan keluarga, sekolah, masyarakat dan negara. Yakni sistem Islam kaffah dengan institusinya daulah khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam

Oleh Nurmilati
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar