Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Zainab Wafat


Kisah Rasulullah ï·º Bagian 142 

Zainab Wafat

Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ï·º dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata, 
 
"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami." 
 
Setelah itu Rasulullah ï·º kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ï·º menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al-Qur'an dan menjalankan ajaran agama. 
 
Kemudian Rasulullah ï·º pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshar dan Muhajirin. Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ï·º dengan membebaskan tanah suci. 
 
Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini. 
 
Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ï·º. 
 
Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ï·º wafat.  Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zainab memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ï·º yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia. 
 
Rasulullah ï·º teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ï·º  sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita. 
 
Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ï·º yang sedang berduka. 
 
Kemudian lahirlah putra Rasulullah ï·º dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ï·º. Saat itu Rasulullah ï·º sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim. 
 
Umamah adalah Putri Zainab. Diriwayatkan oleh  Abu Daud dari Abu 
Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ï·º pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah Rasulullah ï·º bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami shalat di belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud,  Umamah diambil lagi. 
 
 
Kelahiran Ibrahim 
 
Rasulullah ï·º memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ï·º menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim. 
 
Hampir setiap hari Rasulullah ï·º mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat 
Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang  menghangatkan hati Rasulullah ï·º. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira  Rasulullah ï·º menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah. 
 
Rasulullah ï·º bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?" 
Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ï·º yang lain. Aisyah dan istri-istri Rasulullah ï·º sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat kegembiraan Rasulullah ï·º menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka. 
 
Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ï·º sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ï·º sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain. Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ï·º. Beliau memisahkan diri dari para istrinya. 
 
Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ï·º hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ï·º menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang menengok Rasulullah ï·º di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ï·º yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ï·º menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya. 
 
Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ï·º sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ï·º menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau. 
 
Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ï·º. Kalau saja Rasulullah ï·º sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala.   
 
Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ï·º. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau. 
 
Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata, 
 
"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ï·º tertawa." 
 
 
Bersambung...

Disadur dari buku Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal

Ditulis kembali oleh: Yusa Deddy
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar