Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kasus Semakin Menanjak, Umat butuh Solusi Tuntas



Hampir 1 tahun Pandemi Covid-19 menyerang negeri ini dan ratusan ribu orang menjadi korban keganasan Covid-19 tidak terkecuali para tenaga medis dan kesehatan. Sudah banyak Nakes yang gugur akibat tertular virus mematikan ini. 

Di Indonesia sendiri sudah mencapai 507 Nakes meninggal dunia akibat Covid-19. Kasus pertambahan terpapar antara pasien dan nakes berbanding lurus. Kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia. Hal ini diungkapkan Adib khumaidi (ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia). Fakta ini membuka mata terkait ketidakseriusan pemerintah dalam menangani wabah sejak awal wabah menyerang negara ini. (antaranews, 16/12/2020)

Firdza Radiany (Inisiator Pandemic Talks) mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia belum maksimal atau sangat buruk. Bahkan, positivity rate atau tingkat penularan di Indonesia konsisten 14-15 persen selama beberapa bulan. "Padahal standar WHO itu maksimal 5 persen," dikutip (Tempo.com 28/12/2020)

Menurut Firdza, kondisi itu terjadi karena pemerintah tidak pernah bsia mencapai standar 3T, yaitu testing, tracing, treatment. Kapasitas testing di Indonesia, kata dia, belum pernah stabil dan masih di bawah standar WHO. (nasionaltempo, 3/12/2020)

Apakah penyebab masalah ini semakin tumbuh dan menggunung padahal semua sudah dikerahkan, mampukah umat bertahan atau adakah solusi penanganan dambaan yang mensejahterakan ?

Penanganan Pandemi ala Kapitalis Melahirkan Kebijakan Absurd

Dalam negara bersistem kapitalisme, memang tak pernah serius mengurusi rakyatnya. Solusi penanganan pandemi dalam sistem kapitalis adalah berdasarkan pertimbangan untung rugi, materi, dan lebih mengutamakan sektor ekonomi. Dibawah ini bukti buruknya penanganan pandemi dibawah kapitalis. 

Kebijakan yang dikeluarkan dinilai plin plan, pemerintah tidak pernah mengambil langkah tegas melockdown wilayah, tetapi hanya mensolusikan dengan PSBB dan bantuan sosial yang juga tidak merata. PSBB dinilai pemerintah akan mengurangi resiko resesi ekonomi yang akan terjadi jika dilakukannya lockdown. Padahal diberlakukan tidaknya lockdown Indonesia tetap mengalami resesi ekonomi dibawah sistem kapitalis. 

Ketidakpastian pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan sistem kesehatan menghadapi Covid-19.  Dalam negara berasas kapitalis fasilitas kesehatan yang diberikan pun tidak bisa gratis untuk seluruh rakyat, semua serba berbayar. Sebelum adanya pandemi pun pemerintah tidak melakukan tindakan pencegahan secepatnya. Sehingga saat ini tidak bisa membendung penyebaran covid-19. Karena dibalik kebijakannya memang selalu ada kepentingan individu/kelompok.

Prioritas penangannya adalah keuntungan , negara bersistem kapitalis akan lebih mementingkan untung rugi, bukan mementingkan keselamatan nyawa rakyat. Karena dalam negara kapitalis hilangnya nyawa manusia tidaklah begitu masalah, seolah menggampangkan persoalan kesehatan masyarakat, dan tak peduli begitulah watak sistem kapitalis. 

Solusi Solutif Islam Mensejahterakn dan Menyelesaikan

Akankah kita bisa menggunakan sistem kapitalisme dalam mensolusikan pandemi?  
Peluang terbukanya justru tidak bisa, karena kita perlu melepas solusi ala kapitalis dan beralih pada solusi yang lebih solutif yaitu sistem Islam dalam sebuah kepemimpinan yaitu Khilafah. Sejarah telah membuktikan keberhasilan khilafah memimpin 2/3 dunia dalam waktub 1300 tahun lamanya, dengan menjamin kesejahteraan bagi rakyat. 

Islam memiliki tata aturan negara atau sistem pemerintahan islam, aturannya lahir dan bersumber dari pencipta serta rujukan pasti seperti alqur’an, sunnah, ijma’ dan qiyas.  Negara dengan sistem islam atau khilafah mampu dengan tuntas dan tegas bertanggung jawab penuh kepada siapa saja yang berada dalam naungan kekuasannya. 

Karena memang khilafah hadir mengfungsikan diri sebagai pengurus dan pengayom rakyat sebagaimana perintah syariat. Khilafah akan menjamin kebutuhan masyarakat dengan sebaik baiknya mulai dari pangan, sandang, papan, pendidikan, keamanan hingga kesehatan. 

Nyawa manusia sangat dijaga dalam Islam, Rosullullah SAW bersabda "Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dari dibunuhnya seorang muslim." (HR. Muslim). Pastilah khilafah mengayomi rakyatnya dengan sebaik baiknya. 

Dalam buku " Al-Hassani, Salim (Ed., 2012): 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization: Official Companion to the 1001 Inventions Exhibition. Pelayanan Kesehatan dalam Sejarah Khilafah Islam bisa kita bagi dalam tiga aspek. 

Pertama, Pembudayaan Hidup Sehat. 

Dengan cara mencontoh panutan kita yaitu Rasulullah saw. Beliau telah banyak memberikan contoh kebiasaan sehari-hari untuk mencegah penyakit. Misalnya: menekankan kebersihan; makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang; lebih banyak makan buah (saat itu buah paling tersedia di Madinah adalah rutab atau kurma segar); mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga air dan sepertiga udara; kebiasaan puasa Senin-Kamis; mengkonsumsi madu, susu kambing atau habatussaudah, dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat akan sadar hidup sehat. 

Pada tahun 800-an Masehi, madrasah sebagai sekolah rakyat praktis sudah terdapat di mana-mana.  Tak heran bahwa kemudian tingkat pemahaman masyarakat tentang kesehatan pada waktu itu sudah sangat baik.

Kedua,  Pemajuan Ilmu dan Teknologi Kesehatan

Pada masa keemasan Islam, Negara Khilafah mendukung aktivitas riset kedokteran untuk kesehatan umat.  Umat yang sehat adalah umat yang kuat, produktif dan memperkuat negara. Kesehatan dilakukan secara preventif (pencegahan), bukan cuma kuratif (pengobatan). 

Anggaran negara yang diberikan untuk riset kedokteran adalah investasi, bukan anggaran sia-sia. Khilafah sangat mendukung kaum muslim unguk melakukan penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara orisinal dan memberikan kontribusi yang luar biasa di bidang kedokteran, sehingga banyak melahirkan ilmuwan kedokteran yg berhasil menemukan pengobatan" yang lebih berkembang.

Misalnya saja, Muslim ilmuwan pertama yang terkenal berjasa luar biasa adalah Jabir al-Hayan atau Geber (721-815 M).  Beliau menemukan teknologi destilasi, pemurnian alkohol untuk disinfektan, serta mendirikan apotik yang pertama di dunia yakni di Baghdad. Banu Musa (800-873 M) menemukan masker gas untuk dipakai para pekerja pertambangan sehingga kesehatan perkerja dapat diperbaiki. Dan masih banyak lagi. 

Dengan ilmu dan teknologi yang semakin maju itu, otomatis kompetensi tenaga kesehatan juga wajib meningkat. Tenaga kesehatan secara teratur diuji kompetensinya.  Dokter Khalifah menguji setiap tabib agar mereka hanya mengobati sesuai pendidikan atau keahliannya.  Mereka harus diperankan sebagai konsultan kesehatan, dan bukan orang yang sok mampu mengatasi segala penyakit.

Penyediaan Infrastruktur & Fasilitas Kesehatan

Pada zaman Pertengahan, hampir semua kota besar Khilafah memiliki rumah sakit.  Di Cairo, rumah sakit Qalaqun dapat menampung hingga 8000 pasien.  Rumah sakit ini juga sudah digunakan untuk pendidikan universitas serta untuk riset.   Rumah Sakit ini juga tidak hanya untuk yang sakit fisik, namun juga sakit jiwa. Semua rumah sakit di Dunia Islam dilengkapi dengan tes-tes kompetensi bagi setiap dokter dan perawatnya, aturan kemurnian obat, kebersihan dan kesegaran udara, sampai pemisahan pasien penyakit-penyakit tertentu.

Negara memfasilitasi dengan membentuk lembaga wakaf (charitable trust) yang menjadikan makin banyak madrasah dan fasilitas kesehatan bebas biaya.  Model ini pada saat itu adalah yang pertama di dunia.

Maka islam dan sistemnya dambaan umat manusia sebagai solusi tuntas persoalan dunia. Islam rahmatanlil’alamin dalam bingkai naungan khilafah / sistem pemerintahan islam.

WalLâhu a’lam bi ash-shawab

Oleh : Elia Iwansyah Putri
Pegiat Literasi Islam
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar