Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Nasib Komodo Tak Se-Wonderful Indonesia


Beragam budaya
Begitu mengagumkan
Keelokan alamya
Oh sungguh mempesona
Indahnya Negriku..
Kucinta aku terpana
Pesona Indonesia..
Anda tahu lagu ini? Benar, lagu yang dipopulerkan Rossa ini adalah lagu untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Pariwisata Indonesia memang sangat menjanjikan. Pemerintah akan lebih menggencarkan sektor pariwisata. Salah satunya dengan membangun proyek Jurassic Park demi memenuhi ambisi menciptakan 10 Bali Baru. Dilansir dari CNN Indonesia, rencananya pariwisata di Labuan Bajo akan dirombak, termasuk di dalamnya Taman Nasional komodo (TN Komodo). Seperti di film Jurassic Park, kawasan tersebut juga bakal dijadikan Taman Nasional Dinosaurus untuk destinasi wisata edukasi dan penelitian.

Namun dibalik proyek besar tersebut, salah satu satwa yang menjadi kebanggaan Indonesia yaitu komodo, nasibnya kini sangat memprihatinkan. Hewan yang jumlahnya hanya sekitar 4000-5000 ekor di dunia ini semakin terusik oleh keberadaan proyek "Jurassic Park". Habitat alaminya akan terancam. Padahal sebelum ada proyek, komodo dan warga setempat hidup berdampingan dengan harmonis. Komodo sangat disayangi warga lokal. Mereka rela hanya bekerja sebagai nelayan dan pelaku usaha kecil demi kelestarian komodo. Mereka juga tidak menanam pohon dan berburu hewan agar komodo memiliki tempat hidup dan berburu alaminya.

Proyek Jurassic Park juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi warga. Mereka takut tidak bisa berjualan lagi karena barang yang mereka jual tidak sesuai dengan wisatawan kelas premium. Akses mobilitas mereka sebagai nelayan dan pemandu wisata semakin sempit. Pembangunan kawasan pariwisata dengan program investasi dikhawatirkan membuat Pulau Komodo, Rinca dan pulau lain di sekitarnya steril untuk penduduk lokal. Dan yang paling parah, pembangunan dikhawatirkan akan merusak lingkungan.

Protes warga nampaknya tak bisa menghentikan proyek ini. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau yang biasa disebut oleh warganet Menteri Segala Urusan, Luhut Binsar Panjaitan menegaskan akan tetap menjual proyek di TN Komodo ini karena memiliki nilai jual tinggi. Para investor pun sangat tergiur dengan TN Komodo ini. Menggenjot sektor pariwisata dianggap sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan. Tak peduli lagi kondisi alam, satwa, dan rakyat di dalamnya. Yang terpenting promosi Wonderful Indonesia jalan terus.

Memang tampak negara abai. Tapi begitulah negara yang menganut sistem kapitalis liberal, memang abai. Negara berlepas tangan dari tanggungjawabnya terhadap alam dan kesejahteraan rakyatnya. Semua diserahkan kepada swasta. Neo liberalisme yang bercokol juga membolehkan kekayaan umum milik semua rakyat dimiliki oleh individu. Diantara harta milik umum adalah tambang migas, batubara, emas, hutan, sungai, hima, dan lain-lain. Sehingga muncul para pemilik modal besar yang bisa memprivatisasi kekayaan alam, termasuk di TN Komodo ini.

Padahal Rasulullah SAW bersabda, "Tempat tinggal yang paling menyenangkan adalah hima, andai saja di sana tak terdapat banyak ular." (HR Nasa’i). Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith Al-Nabawi, hima yang dimaksud dalam hadis itu adalah nama sebuah tempat di zaman Rasulullah yang di dalamnya terdapat padang rumput.

Menurut syariat Islam, hima merupakan wilayah konservasi untuk menjaga keseimbangan alam.  Hima (termasuk TN Komodo) tak boleh disentuh atau digunakan untuk apa pun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar maupun tumbuh-tumbuhan.

Lalu bagaimana cara agar negara memiliki pemasukan tanpa menggencarkan pariwisata? Solusinya menurut Islam bukan dengan menggencarkan pajak. Tetapi dengan mengelola sendiri SDA yang berlimpah ruah, yang sudah Allah SWT sediakan ini. Jangan dijual kepada swasta dengan dalih investasi.

Maka sudah sepatutnya negara ini menerapkan hukum-hukum Islam saja apabila ingin memperoleh kemaslahatan dan keberkahan Allah SWT. Tinggalkan saja sistem kapitalisme liberalisme yang terbukti menyengsarakan manusia dan merusak alam.


Dwi Nesa Maulani (Komunitas Penulis Jombang)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar