Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ibu, Pilar Generasi dan Peradaban


Topswara.com -- Peran seorang ibu dalam Islam itu besar, meski sering orang tidak menyadari hal itu. Ibu bukan cuma yang mengurus rumah atau masak, tetapi sosok yang menentukan ke mana arah generasi dan peradaban bakal berjalan. 

Dari rahim dan didikannya bisa lahir anak-anak yang berani, mempunyai pendirian, dan tidak gampang tunduk sama dunia atau orang lain. Satu-satunya yang mereka takuti hanyalah Allah Subhanahu wa ta'ala. Anak-anak seperti ini tidak cuma hidup untuk hari ini, tetapi punya pandangan jauh ke depan, dengan tujuan akhirat dan surga.

Karna itu, jadi ibu tidak sekadar urusan mengasuh fisik. Ibu juga berperan melahirkan generasi yang sadar ideologi. 

Di sinilah peran keibuan ketemu dakwah. Ibu yang sadar akan paham bahwa hidup umat ini tidak berjalan sendiri, tetapi diatur oleh sistem. Dan sistem itu sangat menentukan baik atau rusaknya generasi. 

Kesadaran ini menjadikan peran ibu jadi lebih bermakna, karena yang ia siapkan bukan cuma anak yang “bisa hidup”, tapi anak yang siap memimpin dan membawa perubahan.

Kalau kita lihat sejarah, generasi terbaik umat Islam tidak muncul dari sistem yang rusak. Mereka lahir dari ibu-ibu yang aqidahnya kuat, visinya jelas, dan sikapnya tegas berpihak pada Islam. 

Dari rumah sederhana seperti itu lahirlah ulama, pemimpin, dan pejuang yang mengubah arah sejarah umat. Semua itu bukan kebetulan, tetapi hasil didikan yang sadar arah sejak awal.

Tetapi sekarang tantangannya beda. Dunia digital makin tak terbendung. Media sosial dan internet bisa jadi tempat anak-anak ketemu hal-hal negatif, dari konten yang merusak moral sampai ide yang bikin jauh dari identitas Islam.

Karena banyak orang tua yang belum siap menghadapi ini, pemerintah akhirnya bikin aturan khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Sistem Elektronik untuk Perlindungan Anak, yang mulai ramai dibahas sejak 13 Desember 2025. Aturan ini mengatur batasan usia anak dalam memakai media sosial dan internet, supaya ruang digital jadi lebih aman untuk mereka.

PP ini menetapkan aturan seperti verifikasi usia, fitur kontrol orang tua, dan klasifikasi konten berdasarkan risiko. Jadi anak-anak tidak gampang terjebak konten yang tidak sesuai. Semua itu supaya anak bisa tumbuh dengan aman di dunia digital, tetapi tetap diawasi dan dibimbing orang tua.

Dalam situasi seperti ini, peran nyata ibu tidak bisa ditunda. Ibu harus punya visi jelas, mendidik anak sebagai hamba Allah, sebagai khalifah di bumi, dan bagian dari umat terbaik. 

Tetapi visi itu enggak cukup diajarkan lewat nasihat. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan cuma dengar. Sikap, pilihan, dan keberpihakan ibu sehari-hari adalah pendidikan paling kuat.

Tetapi perjuangan ibu tidak berhenti di rumah. Masalah hari ini tidak cuma soal individu, tetapi soal sistem. Selama kapitalisme sekuler masih jadi dasar kehidupan, peran ibu akan terus terhimpit dan generasi tetap terancam. 

Oleh karena itu kesadaran ibu juga harus dibarengi upaya mengubah sistem yang rusak jadi sistem yang benar dan menyejahterakan, yaitu sistem Islam.

Kita juga lihat banyak gerakan hari ini muncul tiba-tiba, ramai sebentar, lalu hilang. Aktivisme sering digerakkan emosi dan momentum, bukan visi jangka panjang. Mudah dibajak kepentingan, digiring algoritma, dan terlalu tergantung pada figur populer yang belum tentu punya arah jelas. Akibatnya umat bingung, tidak tahu harus melangkah ke mana.

Di sinilah pentingnya, arahan perjuangan ke kesadaran politik ideologis. Bukan sekadar reaksi, tetapi memahami akar masalah dan tujuan perubahan. Perubahan yang bener tidak bisa instan dan tambal sulam, tetapi harus menyentuh ideologi dan sistemnya sekaligus.

Peran partai Islam ideologis jadi penting. Bukan sekadar alat kekuasaan, tetapi sebagai penunjuk arah, teladan perjuangan, dan peta jalan perubahan umat. Dan pada akhirnya, semua perjuangan besar itu tetap dimulai dari rumah. 

Dari seorang ibu yang sadar tugasnya bukan cuma membesarkan anak, tetapi menyiapkan generasi yang kelak akan memikul amanah besar umat dan peradaban Islam, termasuk menghadapi dunia digital yang makin kompleks seperti sekarang ini.


Oleh: Nilam Astriati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar