Topswara.com -- Akhir-akhir ini, berita tentang kekerasan dalam rumah tangga rasanya tidak pernah berhenti. Setiap buka media sosial, pasti ada saja kisah menyedihkan. Istri dipukul suami, suami balas menyakiti, bahkan anak-anak yang ikut jadi korban. 
Menurut data GoodStats (23 September 2025), kasus KDRT di Indonesia sudah lebih dari 10 ribu perkara , ini bukan hanya sekedar angka, ini adalah peringatan keras bahwa ada yang salah, bukan semata pada individu melainkan pada sistem yg membentuk mereka. 
Hidup dibawah sistem kapitalisme sekuler, terwujudlah sistem pergaulan yg liberal, hubungan laki-laki dan perempuan berlangsung dengan bebas tanpa batasan sehingga mudah sekali terjadinya perselingkuhan. 
Bukan hanya itu yang kian menjadi masalah penghasilan rakyat masih harus disunat dengan berbagai pajak dan pungutan lainnya. 
Berbagai tekanan ini jelas membuat masyarakat stres dan bahkan depresi sehingga mudah tersulut emosi sehingga rawan konflik dirumah tangga. 
Jadi jelas bahwa persoalan dirumah tangga ini sangat berpengaruh terhadap mental anak dan remaja, Banyak remaja yang tumbuh dengan luka dan kehilangan arah. Tidak sedikit yang akhirnya melakukan kekerasan juga. 
Seperti kasus yang sempat ramai diberitakan BeritaSatu pada 22 Oktober 2025, tentang seorang remaja yang membunuh bocah SD di Jakarta. Membacanya saja bikin merinding.
Sistem ini secara nyata memisahkan agama dari urusan kehidupan. Akibatnya, nilai-nilai spritual dan moral tercerabut dari ruang publik tempat generasi di bentuk. 
Dalam kehidupan seperti ini anak-anak dan remaja didorong untuk mengejar standar pencapaian duniawi, seperti nilai akademik tinggi, pencitraan sosial yang baik, dan semua itu tidak dibarengi dengan makna hidup yang utuh dan fondasi spritual yang kuat. 
Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pribadi cerdas secara akademik, tetapi rapuh saat menghadapi tekanan, kegagalan atau kehilangan.
Anak-anak diajarkan untuk “jadi diri sendiri”, tetapi tidak dibimbing bagaimana caranya mengendalikan diri. Akhirnya, tumbuhlah generasi yang mudah tersinggung, gampang marah, dan tidak peduli dengan sekitar.
Dan yang lebih menyedihkan lagi, negara pun tidak banyak hadir sebagai pelindung dan pengayom. 
Jika kita serius ingin mengatasi darurat kesehatan mental generasi, tidak cukup hanya dengan menyediakan layanan konseling atau terapi medis, perlu adanya perubahan mendasar pada sistem yang menjadi fondasi kehidupan kita hari ini. 
Selama kehidupan sekuler, kapitalistik, individualistik, dan materialistik masih terus berada di kehidupan ini krisis demi krisis akan terus bermunculan. 
Memang ada Undang-Undang PKDRT (Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga), tetapi fokusnya masih sebatas hukuman. Padahal, kekerasan ini tidak akan berhenti kalau sistem kehidupan yang rusak tidak diperbaiki.
Padahal, Islam sudah punya solusi yang menyeluruh. Dalam Islam, pendidikan bukan cuma untuk mencari nilai atau pekerjaan, tetapi untuk membentuk manusia yang bertakwa. Anak-anak dididik untuk paham tujuan hidup dan tanggung jawab sebagai hamba Allah.
Keluarga dalam Islam juga diatur jelas. Suami punya peran sebagai pemimpin dan pelindung, istri sebagai pendamping dan pengatur rumah tangga. Dua-duanya berjalan sesuai aturan Allah, bukan keinginan pribadi. Kalau sistem seperti ini dijalankan, kekerasan bisa dicegah bahkan sebelum muncul.
Negara dalam sistem Islam juga bukan penonton. Negara wajib melindungi rakyatnya dengan memastikan kesejahteraan, keadilan, dan keamanan berjalan seimbang. 
Kalau pun ada yang berbuat kekerasan, hukum Islam ditegakkan bukan hanya untuk menghukum, tetapi juga untuk memperbaiki dan mendidik masyarakat agar sadar.
KDRT dan kekerasan remaja ini bukan sekadar masalah moral. Ini cermin dari sistem hidup yang rusak. Selama nilai agama masih disingkirkan dari keluarga, pendidikan, dan negara, kasus seperti ini akan terus berulang. 
Di tengah gempuran gaya hidup sekuler yang menuhankan kebebasan dan materi, keluarga dan generasi muda jadi korban paling nyata. Sudah saatnya kembali ke aturan Islam karena Islam sebagai sistem hidup yang sempurna memberikan solusi ketika diterapkan secara kaffah.
Sistem Islam juga mampu melahirkan individu berkepribadian kokoh dengan akidah, Islam juga menjamin kebutuhan hidup serta menciptakan lingkungan yang sehat secara spritual dan sosial. Inilah jalan menuju generasi tangguh yang akan melahirkan peradaban mulia dan penuh berkah. 
Wallahualam bissawab.
Oleh: Nilam Astriati 
Aktivis Muslimah 

0 Komentar