Topswara.com -- Beberapa hari lalu media sosial ramai banget dengan kabar soal aksi solidaritas untuk Sumud Flotilla. Di Bandung, komunitas SJP Bandung ikut menyuarakan protes karena kapal-kapal Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza malah dicegat dan diculik oleh Israel.
Padahal kapal itu hanya membawa obat, makanan, dan harapan untuk rakyat Gaza yang sudah berbulan-bulan hidup dalam penderitaan akibat blokade. Tetapi begitulah, kemanusiaan lagi-lagi dibungkam di depan mata dunia.
Menurut laporan Kompas.com pada 4 Oktober 2025 dalam artikel berjudul “Populer Global: Tuntutan Gen Z Maroko, Demo Flotilla Dicegat Israel” pencegatan kapal ini menjadi pemicu munculnya gelombang protes di berbagai negara.
Kapal-kapal tersebut seharusnya menjadi simbol harapan baru bagi rakyat Gaza, tetapi ternyata justru ditangkap oleh Zionis. Dunia pun bereaksi cepat. Dari London, Paris, Roma, sampai Brussel, masyarakat turun ke jalan untuk menolak kesewenang-wenangan Israel.
Di Maroko, para Gen Z juga ikut protes setelah mendengar kabar bahwa kapal flotilla itu dicegat. Generasi muda di sana menunjukkan kepedulian dan keberanian mereka untuk bersuara membela Palestina.
Yang menarik, banyak orang mulai sadar bahwa masalah Palestina ini bukan sekadar isu kemanusiaan, tetapi soal penjajahan yang nyata. Kita sudah terlalu sering mendengar janji perdamaian, tetapi kenyataannya setiap kali ada pembicaraan damai, Israel malah menambah permukiman ilegal, mengebom rumah warga, dan menewaskan anak-anak tidak berdosa.
Dari sini kita bisa melihat bahwa Zionis tidak pernah paham bahasa damai. Yang mereka mengerti hanya kekuatan dan peperangan.
Jadi, masih mau percaya dengan solusi dua negara atau two state solution? Konsep itu sejak dulu hanya menjadi alat untuk menenangkan umat Islam agar berhenti melawan.
Padahal faktanya, wilayah Palestina semakin lama semakin menciut, sementara Israel terus meluas. Two state solution bukanlah jalan keluar, tetapi jebakan yang membuat kita diam di tengah penjajahan.
Sebagai muslim, kita harus berani mengatakan bahwa solusi dua negara itu haram. Karena hal itu sama saja dengan mengakui penjajahan. Solusi yang benar hanya satu, yaitu membebaskan Palestina melalui jihad dan menyatukan umat di bawah satu kepemimpinan Islam, yaitu khilafah.
Dulu umat Islam pernah berjaya dan bisa melindungi Baitul Maqdis karena memiliki satu pemimpin dan satu arah perjuangan. Sekarang, tanpa itu, kita hanya bisa marah dan berdoa dari jauh.
Gen Z hari ini harus sadar, perjuangan Palestina bukan hanya tugas orang tua kita atau generasi sebelum kita. Ini juga perjuangan kita. Karena selama Al-Quds masih dijajah, selama itu pula kita belum benar-benar merdeka. Jangan hanya membagikan postingan atau mengganti profil dengan bendera Palestina, tetapi pahami akar masalahnya.
#FreePalestine bukan tren, tetapi panggilan nurani. Dan tugas kita sebagai Gen Z adalah melanjutkan perjuangan ini, bukan dengan menerima solusi palsu, tetapi dengan menolak penjajahan dalam bentuk apa pun.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Nilam Astriati
Aktivis Muslimah
0 Komentar