Topswara.com -- Beberapa waktu lalu, program MBG yang dijalankan pemerintah mengalami masalah, sehingga mengguncangkan publik. Bagaimana tidak, terdapat siswa-siswa dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas mengalami keracunan dengan gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap makanan yang dibagikan.
Kejadian seperti ini tidak hanya menjadi kepanikan masyarakat, tetapi mununjukkan betapa lemahnya pengawasan serta rendahnya kesadaran atas higienitas terhadap makanan.
Sebanyak 20 santri di Pondok Pesantren Al Islah, Kabupaten Lampung Timur, dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut diduga akibat keracunan setelah mereka menikmati Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Beberapa santri putra maupun putri, masih menjalani perawatan, dan sebagian lagi sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya dinyatakan telah membaik. Kemudian Polres Lampung Timur segera menyelidiki penyebab utana keracunan tersebut. (Kompas.com, 28/8/25)
Program (MBG) Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu program yang dikampanyekan Presiden dengan maksud dan tujuan yang baik, yaitu menurunkan kasus malnutrisi khususnya pada anak sekolah dan meningkatkan SDM sedini mungkin.
Program ini sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, namun lagi-lagi muncul kasus keracunan makanan (MBG) di sejumlah daerah. Ketidakseriusan dan kelalaian negara dalam penyelenggaraan SOP menjadi akar permasalahan yang terjadi.
Di samping itu, tidak ada standar yang jelas dalam kualitas bahan baku makanan, proses pendistribusian, dan penyajian makanan sehingga membuat potensi keracunan. Dalam kasus ini justru menunjukkan bahwa nyawa siswa dipertaruhkan akibat kelalaian negara dalam keamanan pangan.
Alih-alih ingin meningkatkan kualitas SDM di Indonesia, justru masyarakat kehilangan kepercayaan pada program-program pemerintah. Selain itu, bisa menjadi sumber masalah bagi kesehatan jika tidak segera diperbaiki.
Sebenarnya program MBG diarahkan untuk meningkatkan gizi sekolah dan ibu hamil, namun faktanya lebih menguntungkan pihak tertentu saja. Anggaran program MBG yang sangat besar akan membuka peluang kerjasama dengan penyedia jasa ketring atau perusahaan tertentu.
Anak-anak sekolah dan ibu hamil yang seharusnya mendapatkan nutrisi yang baik, melainkan makanan dengan kualitas rendah. Banyaknya biaya (APBN) yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Lagi dan lagi masyarakat kecil yang dijadikan bahan percobaan kebijakan, sedangkan penguasa dan para politik elite yang bermain di belakang proyek ini.
Program MBG jelas memperlihatkan bagaimana sebuah kebijakan pemerintah yang bisa membungkus kepentingan bisnis elite dengan alasan menyejahterakan masyarakat. Dengan begitu, MBG layak disebut proyek ekonomi politik daripada program solusi perbaikan gizi.
Dari sinilah nampak rapuhnya sistem Kapitalisme Demokrasi dalam memenuhi kesehatan dan keselamatan masyarakat. Negara hanya berperan sebagai pembuat kebijakan, namun tidak dapat merealisasikannya secara tepat.
Di sisi lain, hanya mempertahankan citra baik negara seolah memihak pada rakyat. Padahal justru sebaliknya, pihak swasta mendapat keuntungan sedangkan kesehatan rakyat tergadaikan, tidak mendapat jaminan keselamatan. Perencanaan yang kurang matang menjadikan rakyat sebagai korbannya.
Dalam Islam, keamanan, kualitas, dan nutrisi makanan diperhatikan sebagai tanggung jawab negara, mulai dari produksi makanan, distribusi hingga pengawasan.
Negara juga wajib memfasilitasi setiap induvidu masyarakat terhadap akses makanan bergizi secara langsung dan berkelanjutan, tidak hanya bantuan semata dikarenakan Negara islam merupakan Ra'in yang menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Imam (pemimpin) adalah ra’in (penggembala) dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam sistem Islam (khilafah) mempunyai jaminan yang nyata untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya, karena memiliki sumber pemasukan negara yang sangat besar melalui ghanimah, sumber daya alam yang dikelola negara untuk kepentingan rakyatnya dan juga dari zakat yang disalurkan kepada orang miskin.
Berbanding terbalik dengan sumber pendapatan pada sistem kapitalisme, seringkali mengandalkan utang luar negeri berbasis riba dan pungutan pajak yang menyusahkan rakyat.
Dengan jaminan Islam inilah masyarakat akan bebas dari masalah gizi, dan masalah lainnya. Masyarakat benar-benar merasakan perlindungan, keamanan dan kesejahteraan yang hakiki.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Nuril Ma'rifatur Rohmah
Muslimah Peduli Generasi
0 Komentar