Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lemahnya Perlindungan Negara terhadap Anak


Topswara.com -- Sungguh Miris! Raya, balita (4 tahun) dari Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat meninggal dunia karena infeksi cacing atau lebih dikenal dengan istilah askariasis. 

Tubuhnya dipenuhi cacing hingga membuatnya tak bisa lagi bertahan hidup. Kisah Raya pun muncul di media sosial dan menjadi viral juga menjadi keprihatinan publik, setelah diunggah di akun Instagram @rumah_Teduh_sahabat_Iin pada 14 Agustus 2025. 

Akun ini memperlihatkan bagaimana mereka menemukan Raya dan membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. 

Sebagaimana yang diberitakan liputan6.com, (20/8/2025), menurut Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH dokter Irfanan Nugraha Triputra, Raya tiba di IGD dalam kondisi tidak sadar, dengan tekanan darah yang tidak stabil, saat observasi dokter melihat cacing keluar dari hidungnya. 

Awalnya, dokter menduga ketidaksadaran Raya dipicu meningitis tuberculosis (TBC) atau komplikasi TBC paru, mengingat kedua orang tuanya tengah menjalani pengobatan TBC. 

Namun dugaan berubah setelah ditemukan cacing dari tubuh Raya. Setiap hari dari tubuh Raya mengeluarkan cacing dan mirisnya cacing yang keluar tersebut kebanyakan masih dalam keadaan hidup. Walaupun berbagai upaya intensif medis dilakukan, nyawa Raya tak tertolong, ia meninggal pada 22 Juli 2025.

Jika dilihat latar belakang kondisi keluarganya, pantas saja Raya mengalami penyakit seperti itu. Kondisi tempat tinggalnya jauh dari kata layak dan support system keluarga lemah. 

Lingkungan tempat tinggalnya terbilang tidak sehat. Ia hidup di sebuah rumah bilik dengan bagian bawahnya dipenuhi dengan kotoran ayam. Sejak kecil, Raya hidup bersama dengan ayam-ayam tersebut dan kerap bermain di kolong rumahnya. 

Bahkan, kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anak pun kurang. Ayah Raya, Udin (32 tahun) mengidap tuberkulosis (TBC), dan Ibu Raya, Endah (38 tahun) menderita gangguan jiwa (ODGJ). 

Respons pemerintah, para pejabat dan pihak terkait pun mengenai kasus Raya baru muncul setelah kabarnya mencuat ke publik. Ke mana mereka selama ini?

Semua yang terjadi menjadi bukti, pelayanan kesehatan di negeri ini belum mampu memberikan jaminan kesehatan bagi rakyatnya termasuk anak-anak. Tragedi Raya merupakan potret buram layanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah masih jauh dari kata layak. 

Mekanisme layanan kesehatan yang ada masih sebatas formalitas, prosedur yang rumit membuat layanan tidak bisa diakses oleh setiap orang. Ini membuat rakyat kecil semakin sulit mengakses layanan kesehatan. 

Ini semua bentuk abainya negara memberikan perlindungan bagi rakyat miskin dan lemah. Raya dan keluarganya dibiarkan hidup di lingkungan yang tidak layak dihuni dan tidak sehat. 

Kondisi buruk ini sebagai dampak penerapan sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Kapitalisme telah menciptakan ketimpangan yang tajam. 

Mereka yang punya privilege yang bisa mendapatkan akses kesehatan dengan layak, sedangkan rakyat kecil dibiarkan tetap sengsara tanpa adanya rasa peduli terhadap nasib mereka.

Seharusnya negara ada sebagai pelayan masyarakat, tidak menjual layanan kesehatan kepada rakyatnya. Bahkan, sebenarnya kesehatan merupakan tanggung jawab negara dan harus menjamin kesejahteraan dan menyantuni kalangan yang lemah. Semua mendapatkan pelayanan yang sama tanpa melihat si skaya dan si miskin.

Namun lain halnya dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, ada kepedulian dari masyarakat. Kepedulian di antara masyarakat terbangun sehingga seorang Muslim tidak akan membiarkan tetangga atau saudaranya berada dalam kesulitan, mereka akan bersegera menolong. 

Ditambah pula kesehatan juga dijamin negara, negara akan menyediakan layanan kesehatan dengan fasilitas terbaik, gratis serta prosedur yang mudah sehingga dapat diakses oleh semua kalangan sebagaimana sudah pernah terjadi di masa khilafah Islam. 

Pasalnya, pemimpin di dalam sistem Islam tunduk taat dan mengatur urusan rakyat. Serta memastikan tiap-tiap individu rakyat mendapat layanan kesehatan. Keadaan seperti ini pernah terjadi di masa Abbasiah, banyak dibangun rumah sakit besar dengan fasilitas memadai, kamar yang banyak, juga dokter-dokter yang mumpuni. Kesehatan diakses gratis tanpa memandang agama, suku, status sosial karena Islam mengajarkan seperti itu. 

Begitulah ketika Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara, semua yang menjadi kebutuhan rakyat atau masyarakatnya akan senantiasa diperhatikan oleh negara, salah satunya dalam layanan kesehatan sehingga tidak ada kasus yang dialami Raya dan keluarganya.[]


Oleh: Rima
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar