Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pembakaran Al-Qur'an dan Islamofobia


Topswara.com -- Aksi kebencian terhadap Islam kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh seorang politisi AS dalam kampanyenya. 

Valentina Gomez, kandidat kongres AS Partai Republik di Texas membakar salinan Al-Qur’an sebagai bagian dari kampanye. Ia lalu mengunggah video pembakaran Al-Qur’an di X pada Selasa, 26 Agustus 2025. 

Valentina menyebut Islam sebagai teroris dan bersumpah menghentikan Islam selamanya. Pendukung setia Trump itu diketahui memiliki rekam jejak yang membenci Islam dengan mendukung kebijakan anti-Islam Cina terhadap muslim Uighur. 

Valentina juga kerap kali melontarkan taktik yang tidak menyenangkan dan retorika kebencian terhadap muslim, orang kulit hitam, dan imigran dalam mendapatkan popularitas di dunia politik, padahal dia sendiri sebenarnya adalah imigran dari Kolombia. (cnbcindonesia.com, 29-8-2025)

Tindakan Gomez telah melampaui batas. Demi meraih popularitas, ia membakar Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam. Alih-alih berkampanye dengan positif, Gomez malah melakukan aksi pembakaran Al-Qur’an dan menyulut amarah umat Islam. 

Pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan Gomez merupakan bentuk Islamofobia. Kebenciannya terhadap Islam begitu nyata. Tak mengherankan mengingat ia tinggal di negara yang kebijakannya cenderung anti-Islam. 

Presiden AS saat ini, Donald Trump, juga kerap kali mengeluarkan pernyataan atau sikap yang menyudutkan Islam dan umatnya. 

Islamofobia tak hanya melanda AS, tetapi negara-negara di Benua Eropa. Banyak aksi Islamofobia yang terjadi di benua biru ini. Ada Prancis yang melarang penggunaan hijab bagi muslimah di tempat umum. 

Negeri ini juga melahirkan penghina Nabi melalui kartun Charlie Hebdo yang melecehkan. Kita tidak lupa dengan Greet Wilders dan Rasmus Paludan, dua politisi yang begitu membenci Islam, dalam ucapan maupun aksi-aksinya. 

Kebencian Barat terhadap Islam telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Hal ini berakar dari ideologi kapitalisme Barat yang melihat Islam sebagai ancaman terbesarnya. Barat menyadari bahwa hegemoninya akan terancam bila umat Islam bersatu dalam menerapkan ideologi Islam.

Karena itulah, Barat melakukan berbagai upaya untuk melemahkan umat Islam. Islamofobia adalah salah satu senjata yang digunakan untuk itu. Dengan melancarkan war on terrorism dan war on radicalism, memberi stigma negatif terhadap simbol-simbol Islam, melarang penggunaan hijab dan pakaian muslim, dan melakukan serangan ke negeri muslim merupakan cara Barat mengoyak persatuan umat Islam.  

Tak hanya menyerang secara fisik, Barat juga menggencarkan serangan pemikiran dan budaya untuk menjauhkan umat Islam dari ideologinya. 

Generasi muda Islam dijejali dengan budaya dan gaya hidup Barat yang melenceng dari Islam. Serangan tersebut dilakukan secara masif dan sistemis sehingga generasi Islam menjadikan Barat sebagai kiblatnya. 

Serangan dari berbagai sisi tersebut membuat sebagian dari umat Islam tak hanya meninggalkan ideologinya, tetapi juga menganggapnya sebagai biang masalah sebagaimana yang diinginkan Barat. 

Muncullah sebagian umat Islam yang malah membenci agamanya sendiri dan sukarela ‘mendakwahkan’ idologi asing yang sangat bertentangan dengan Islam. Islamofobia menjangkiti umat Islam sendiri.

Menguatnya islamophobia tak bisa dilepaskan dari ketiadaan negara yang menerapkan ideologi Islam. Sejak runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah di Turki, umat Islam tak lagi memiliki institusi yang melindungi mereka. 

Tanpa negara ini, umat Islam tercerai berai.dan lemah sehingga menjadi sasaran Barat. Ketiadaan institusi pelindung telah membuat umat Islam hidup dalam aturan kufur yang menimpakan masalah dan penderitaan. 

Kehormatan dan harta umat Islam tak terjaga. Dijajah, dihina, dirampas hartanya hingga dihilangkan nyawanya tanpa hak. Umat Islam benar-benar berada dalam kondisi terburuknya. 

Sudah cukup semua itu. Umat Islam tak boleh diam saja. Kondisi buruk ini harus segera diakhiri. Islamofobia yang menimpa umat Islam merupakan satu dari sekian bencana akibat meninggalkan aturan Allah. 

Untuk itu, menghilangkan islamofobia dan keterpurukan umat Islam hanyalah dengan kembali pada aturan-Nya, yakni menerapkan ideologi Islam secara kaffah. 

Penerapan Islam ini hanya dapat terlaksana tatkala ada institusi negara bernama Daulah Khilafah. Negara inilah yang akan menjalankan perannya sebagai raain atau pengatur urusan umat sekaligus junah atau pelindung.

Negara Khilafah tidak akan membiarkan kehormatan Islam dan umatnya ternoda atau disinggung sedikit pun. Sejarah pernah mencatat ancaman keras kekhilafahan Utsmani kepada Prancis yang hendak mementaskan pertunjukan yang isinya menghina Rasulullah Saw. 

Khalifah mengancam akan menyerukan jihad fi sabilillah hingga akhirnya pentas tersebut dibatalkan. Ketegasan negara mampu menggentarkan musuh.

Negara inilah yang kita perjuangkan untuk hadir kembali. Bukan semata agar umat terjaga dari segala ancaman, tetapi sebagai upaya untuk memenuhi janji-Nya.


Oleh: Nurcahyani 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar