Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kalau Enggak Mau Dinasihati, Siap-Siap Dihajar Peristiwa


Topswara.com -- Tau enggak Sob? Orang pintar belajar dari pengalaman, orang bijak belajar dari nasihat, orang bebal belajar setelah dihajar keadaan. Nah, masalahnya, kalau udah dihajar keadaan itu seringnya sakitnya bukan main, kayak ditampar sandal jepit swallow basah di depan umum, perih, malu, tetapi ya siapa suruh enggak mau dengerin nasihat?

Allah SWT udah kasih warning dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 89, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia tidak mau kecuali ingkar.”

Artinya, nasihat itu udah disediain di mana-mana. Gratis, tinggal ambil. Tetapi banyak yang sok-sokan ngegas, “Ah, aku sudah tau kok, enggak usah dinasihatin.” Lah, giliran hidupnya kepleset, baru drama, “Kenapa hidupku jadi gini ya Allah?”

Contoh klasik si Fir’aun. Fir’aun udah dikasih warning sama Nabi Musa a.s. berkali-kali. Tugasnya Musa cuma ngajak, “Bro, ayo tobat. Sembahlah Allah, jangan ngaku-ngaku Tuhan.” Tetapi Fir’aun tetep ngeyel. Endingnya? Tenggelam di Laut Merah, sambil nyesel banget,

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” (QS. Yunus: 92).

Tuh kan, nasihat udah ditolak, akhirnya dinasihati sama air laut. Bukan cuma nyesek, tetapi tenggelam beneran.

Nabi SAW sudah kasih reminder. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari nasihat orang lain. Dan orang yang celaka adalah orang yang hanya bisa belajar dari pengalaman dirinya sendiri” (HR. Ahmad).

Jelas banget, Nabi Saw ngajarin, kalau bisa belajar dari orang lain, kenapa nunggu hidupmu jadi bahan tontonan? Jangan kayak orang yang baru sadar pentingnya sabuk pengaman setelah kecelakaan.

Imam Ibnul Qayyim pernah bilang, “Nasihat itu ibarat obat. Kalau kamu minum sebelum sakit, kamu selamat. Tapi kalau udah sakit parah baru nyari obat, ya siap-siap lebih lama sembuhnya.”

Nah, masalah kita sekarang, banyak yang lebih suka jadi “penonton film tragedi kehidupan” orang lain ketimbang ambil pelajaran. 

Dikasih nasihat beli yang dibutuhkan, bukan keinginan malah dituduh iri. Ujungnya sekolah anak jadi korban karena ibunya egois, nuruti hawa nafsu dan enggak bisa manajemen keuangan. 

Lihat temen bangkrut karena judi online? Malah ikut daftar. Udah kena tipu investasi bodong? Masih nyari yang versi baru. Kayak kebo dicucuk hidung, jalan aja terus walau jelas-jelas ke jurang.

Penyesalan Itu Telat Datang

Coba perhatiin fenomena, orang baru sadar pentingnya sehat pas opname di RS. Baru sadar arti keluarga pas udah ditinggal mati. Baru sadar mahalnya waktu pas hidup berjauhan. Baru sadar agama penting pas lihat liang kubur.

Penyesalan itu datangnya belakangan, kayak trailer film. Bedanya, kalau film masih bisa diulang, tetapi hidup enggak ada tombol replay.

Allah SWT bahkan udah wanti-wanti, “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa beramal shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak!” (QS. Al-Mu’minun: 99-100).

Jelas, penyesalan di ujung itu percuma. Udah tutup buku, Sob.

Ngaji Islam Kaffah dan Dengarkan Nasihat

Oleh karena itu, kalau kita nggak mau dihajar keadaan, simple aja,

Pertama, diri harus mau buka hati buat nasihat dari Al-Qur’an, hadis, ulama, atau pengalaman orang lain.

Kedua, stop gengsi. Gengsi dengerin orang itu mahal harganya. Kadang tukang parkir aja bisa kasih nasihat lebih dalam daripada influencer.

Ketiga, ngaji serius. Kesempatan ngaji gunakan serius, jangan ngantuk dan izin melulu dengan alasan ini itu. Ngaji itu penting, biar kamu paham mana jalan hidup yang bener. Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 56 udah jelas,

“Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk ibadah.” 

Kalau lupa tujuan hidup, ya siap-siap “Dinasihati” pakai tragedi.

Jangan Tunggu Dihajar Peristiwa Baru Nurut

Hidup itu nggak lama. Kalau nasihat masih bisa didengar, seraplah baik-baik. Karena kalau enggan, bersiaplah, hidup sendiri yang bakal jadi “guru killer” buat kita. Dan kalau udah masuk fase penyesalan, percuma nangis segunung pun nggak bakal ngubah keadaan.

Jadi, Sob, pilih mana, mau belajar dari nasihat dengan santai, atau nunggu ditampar peristiwa sampai mata bengkak?

Karena yang enggak bisa dinasihati dengan lisan, pada akhirnya akan dinasihati oleh kejadian. Dan waktu itu, penyesalan udah enggak ada artinya. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar