Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hati Hanya untuk Allah: Benteng Tak Terkalahkan


Topswara.com -- Kadang hidup menuntut kita melewati luka yang dalam, dikhianati oleh orang yang paling kita percayai, atau menghadapi rasa sakit yang tampaknya tak tertahankan. Namun, Allah mengingatkan kita, hati yang menempel pada dunia akan rapuh, tapi hati yang menempel pada-Nya akan kokoh tak tergoyahkan. 

Saat kita memilih untuk melayani hanya karena Allah, kita membebaskan diri dari belenggu manusia, dari rasa sakit yang timbul akibat khilaf dan kepedihan dunia.

Syaikh Ibn ‘Ata’illah al-Iskandari pernah menekankan bahwa kunci kebahagiaan sejati adalah meneguhkan hati dalam ikhlas dan mengosongkan diri dari selain Allah. Beliau menulis, “Barang siapa yang menaruh hatinya kepada selain Allah, hatinya akan lelah, gundah, dan tersiksa, barangsiapa menaruh hatinya kepada Allah, hatinya akan tenang, meskipun ujian datang menghampiri.”

Maka membangun hati yang teguh bukan sekadar menahan rasa sakit, tetapi menyalurkan setiap tindakan, niat, dan perhatian hanya untuk Allah SWT.

Ketika kita menghadapi manusia yang mengecewakan, bukan berarti kita membenci mereka, tetapi kita mengingatkan diri sendiri bahwa tanggung jawab kita bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk taat kepada Sang Pencipta.

Melayani orang lain dengan ikhlas karena Allah adalah bentuk jihad hati. Tak perlu mencari pengakuan, tak perlu menuntut rasa hormat, dan tak perlu berharap dibalas. Karena ketika niat kita murni, setiap senyum yang kita berikan, setiap bantuan yang kita hulurkan, dan setiap kata yang kita ucapkan menjadi amal yang diterima oleh Allah SWT, bukan manusia.

Serinkali dunia menawarkan “balasan instan” berupa perhatian, pujian, atau cinta, tapi semuanya fana. Kita belajar dari pengalaman, dari rasa sakit, dari pengkhianatan bahwa manusia tidak selalu menepati janji, tidak selalu paham atau menghargai pengorbanan kita. 

Maka dinding beton yang kita bangun untuk hati kita bukanlah untuk menutup diri dari kasih sayang, tetapi untuk menjaga hati agar tak larut oleh tipu daya duniawi.

Syaikh Ibn ‘Ata’illah juga menekankan pentingnya “mengenal diri sendiri” dalam hubungannya dengan Allah. Ia berkata, “Barangsiapa mengenal dirinya, ia mengenal Rabb-nya. Barangsiapa mengenal Rabb-nya, ia menyingkirkan segala selain-Nya dari hatinya.” 

Dengan kata lain, setiap luka, setiap khilaf, dan setiap kekecewaan adalah sarana untuk memperkuat ikatan hati dengan Allah SWT.

Ketika kita mampu menegakkan hati yang bersih, ketika kita mampu membedakan cinta dunia dari cinta hakiki, maka kita akan menemukan kebahagiaan yang tak tergoyahkan. Kita akan bisa tersenyum tanpa terikat pada pengakuan manusia. Kita bisa memberi tanpa berharap kembali. Kita bisa menghormati tanpa harus jatuh cinta. Kita bisa mencintai diri sendiri, karena Allah-lah yang menilai, bukan manusia.

Hidup kita menjadi ibadah yang terus mengalir. Setiap keputusan, dari menjaga diri agar tidak tergoda drama dunia, hingga menahan emosi yang ingin meledak karena sakit hati, menjadi jalan kita mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. 

Tidak ada yang sia-sia ketika hati kita lurus hanya untuk-Nya. Bahkan sakit hati terbesar sekalipun bisa menjadi amal yang mulia jika kita tetap menempatkan Allah sebagai tujuan.

Inilah hati yang teguh, bukan karena kita keras terhadap manusia, tapi karena kita lembut hanya kepada Allah. Benteng yang kita bangun bukan untuk memutus hubungan dengan dunia, tetapi untuk menjaga kita agar tetap suci dalam niat dan kuat dalam iman. 

Di dalam hati yang hanya untuk Allah, rasa sakit dunia menjadi ringan, godaan menjadi mudah dilewati, dan damai sejati menjadi milik kita.

Biarlah setiap tindakan, setiap kata, setiap senyum, dan setiap pengorbanan hanyalah untuk Allah. Biarlah dinding beton ini menjadi pengingat bahwa hati yang teguh tak pernah runtuh, karena ia berpegang pada yang abadi, bukan yang fana. Maka siapa pun yang mencoba menggores luka, kita tetap berdiri tegak. Siapa pun yang berharap merusak kedamaian hati, kita tetap tersenyum.

Karena kita tahu, kebahagiaan sejati, kehormatan sejati, dan ketenangan sejati hanyalah ketika hati bersih dan lurus hanya untuk Allah.[]


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar