Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Demo: Seharusnya Jadi Ajang Penyadaran, Bukan Perusakan


Topswara.com -- Setiap kali ada demo besar di negeri ini, berita yang muncul hampir selalu diwarnai dua hal, yaitu pertama, tuntutan massa yang sejatinya lahir dari keresahan nyata dan kedua, kerusakan fasilitas umum yang jadi korban.

Pos Polisi dibakar, kaca halte bis dibakar, bahkan kadang motor masyarakat ikut hancur. Sayangnya, kerusakan inilah yang seringkali lebih menonjol di media ketimbang isi aspirasi yang ingin disuarakan.

Padahal, merusak fasilitas umum sama saja merugikan diri sendiri dan rakyat kebanyakan. Pos polisi, halte, pagar kantor Gubernur itu semua dibangun dari uang rakyat lewat pajak. Kalau rusak, siapa yang menderita? Tetap rakyat juga.

Maka, penting untuk diingat bahwa menyampaikan aspirasi itu boleh, bahkan dijamin. Tapi jangan sampai aspirasi mulia tercoreng oleh tindakan anarkis yang justru menghilangkan simpati publik.

Islam Cinta Damai

Islam datang sebagai rahmat, bukan sebagai sumber kerusakan. Allah Ta’ala menegaskan, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya” (QS. Al-A’raf: 56).

Ayat ini mengingatkan bahwa tindakan merusak baik harta pribadi maupun fasilitas umumtermasuk bentuk kerusakan (fasad) yang dilarang dalam Islam. 

Rasulullah SAW pun bersabda, “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari lisan dan tangannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya, seorang Muslim sejati tidak boleh menyakiti orang lain, baik fisik maupun harta benda. Merusak properti umum dalam demo jelas bertentangan dengan semangat hadis ini, karena itu berarti tangan kita tidak selamat dari menyakiti sesama.

Aspirasi dalam Islam: Dakwah Pemikiran, Bukan Kekerasan

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menegaskan bahwa perubahan dalam Islam dilakukan dengan jalan dakwah pemikiran (as-sirah ad-da’wiyyah), bukan dengan kekerasan. Beliau menjelaskan bahwa Rasulullah Saw ketika berdakwah di Mekah tidak pernah menggunakan jalan anarkis untuk melawan Quraisy. Rasul hanya berpegang pada penyampaian ide, hujah, dan penjelasan yang menyingkap kebatilan.

Dalam kitab Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, Syaikh Taqiyuddin menekankan, “Sesungguhnya metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah metode pemikiran, yakni menghadapi kebatilan dengan hujjah, menyampaikan Islam dengan jelas, hingga manusia memahami kebenaran."

Inilah mengapa Islam menolak cara-cara brutal. Demonstrasi atau aksi turun ke jalan pada dasarnya boleh dilakukan untuk menyampaikan aspirasi, tetapi harus dalam bingkai damai. Jika berubah menjadi anarkis, itu tidak lagi sejalan dengan manhaj dakwah Rasulullah SAW.

Demo yang damai bisa jadi sarana penyadaran publik. Orang-orang berkumpul, menyuarakan kebenaran, lalu memberi tekanan moral pada penguasa. Tapi jika demo dicampuri kekerasan, pesan dakwah akan hilang. Yang muncul justru stigma buruk, “Massa radikal, massa kasar.”

Padahal yang kita perjuangkan adalah kebenaran. Maka, kontrol diri dan menjaga adab dalam demo menjadi penting. Tidak membalas provokasi dengan emosi. Tidak merusak fasilitas yang bukan milik pribadi. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan,

“Sesungguhnya Allah itu lembut, menyukai kelembutan dalam setiap perkara” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika Allah menyukai kelembutan, maka keras kepala apalagi anarkis bukanlah jalan yang diridhai.

Islam Memberikan Jalan Perubahan

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengingatkan bahwa jalan perubahan bukan lewat aksi fisik atau pengrusakan, melainkan lewat perjuangan ide dan dakwah politik Islam. Ketika ide Islam disampaikan dengan konsisten, masyarakat akan tercerahkan. Dari sini lahir opini umum yang kuat, lalu perubahan sistemik bisa terjadi dengan ridha Allah.

Perubahan hakiki bukan dengan menghancurkan gedung atau fasilitas, melainkan dengan menghancurkan pemikiran batil dan menggantinya dengan ide-ide Islam. Inilah yang dilakukan Rasulullah Saw di Mekah. Beliau tidak pernah merusak berhala secara sembunyi-sembunyi, tapi terus mengkritik ide syirik Quraisy hingga akhirnya masyarakat menerima Islam.

Jadi, demo memang salah satu cara menyuarakan aspirasi. Tetapi mari kita ingat, aspirasi akan lebih kuat jika disampaikan dengan cara damai dan elegan. Merusak fasilitas umum bukan hanya melanggar aturan, tapi juga menyalahi ajaran Islam.

Islam mencintai kedamaian. Dakwah Islam bukanlah jalan kekerasan, melainkan jalan pemikiran yang menyingkap kebatilan dan menghadirkan kebenaran. 

Seperti kata Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, kita wajib meneladani Rasulullah Saw dalam berdakwah bahwa menyampaikan Islam dengan hujah, bukan dengan anarkis. Dengan cara itulah aspirasi benar-benar didengar, dakwah terjaga, dan Islam dipandang sebagai rahmat bagi semesta alam. []


(Nabila Zidane)
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar