Topswara.com -- Beberapa waktu terakhir, berita mengiris hati terus aja berulang. Dilansir dari kompas.id (5/9/2025) seorang ibu di Bandung tega membunuh anaknya lalu bunuh diri. Alasannya? Ekonomi. Serius deh, kalau hidup manusia ditimbang-timbang cuma sebatas isi dompet, bukankah itu tanda sistem yang kita jalani benar-benar rusak?
Menurutku, akar masalahnya bukan cuma “Ekonomi sedang sulit” atau “Keluarga itu stres pribadi”. Bukan. Lebih dalam lagi, ada sistem yang ngatur seluruh hidup kita, kapitalisme. Sistem ini sukses mencetak jurang kaya-miskin selebar lautan. Yang kaya makin gampang flexing barang branded di TikTok, sementara yang miskin bingung buat beli beras.
Parahnya lagi, negara seolah cuci tangan. Teorinya manis banget, rakyat ideal itu mandiri, enggak tergantung pada negara. Kedengarannya keren, kan? Tetapi kenyataannya, yang bisa mandiri cuma para sultan dan oligarki.
Rakyat kecil disuruh mandiri, tetapi aturannya berat sebelah. Persis kayak main game, tetapi cheat-nya cuma boleh dipakai akun premium. Kita? Ya nasib jadi tumbal aja.
Dari sini jelas kelihatan, kalau aturan hidup enggak pakai hukum Allah, ujungnya pasti kesengsaraan. Kapitalisme itu kayak GPS nyasar, arahnya bukan menuju kesejahteraan, tetapi jurang penderitaan.
Islam Bukan Cuma Doa, tetapi Jaminan Hidup
Islam hadir bukan cuma ngajarin shalat dan doa, tetapi juga bawa konsep lengkap tentang bagaimana negara harus ngurus rakyat. Dari kebutuhan primer seperti makan, pakaian, rumah, sampai kebutuhan kolektif seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Semua diurus sama khalifah.
Tetapi jangan salah paham, bukan berarti rakyat bisa leha-leha sambil nunggu jatah bulanan. Islam tetap mewajibkan laki-laki dewasa yang sehat buat bekerja. Bedanya, kalau kerjaan nggak ada, negara nggak diem doang kayak penonton. Khalifah bakal turun tangan.
Petani yang enggak punya lahan akan dikasih lahan plus bibit gratis. Petani yang punya lahan tetapi nggak bisa garap akan dikasih pelatihan gratis.
Rakyat ingin dagang, tetapi enggak punya modal akan dikasih modal tanpa riba. Punya modal tapi nggak bisa kelola akan dikasih mentor bisnis.
Coba bandingin sama kondisi sekarang, yang pengusaha kecil aja sering dicekik utang bank atau dipalak pajak. Jomplang banget kan?
Dan kalau ada orang sehat tetapi malas kerja? Nah, Islam enggak kasih ruang buat benalu. Ada sanksi tegas. Jadi, negara adil, bantu yang butuh, tetapi enggak pelihara pemalas.
Ada juga orang yang memang enggak bisa kerja, seperti cacat, sakit parah, atau udah uzur. Buat yang kayak gini, Islam punya mekanisme non-ekonomi.
Meraka akan ditanggung negara dari Baitulmal, dari zakat, atau dibantu kerabat terdekat. Intinya, nggak ada yang ditelantarkan. Sementara kebutuhan kolektif kayak sekolah, rumah sakit, keamanan, jalan raya, pasar, masjid, bahkan fasilitas rekreasi, semuanya dijamin negara dan bukan sekadar ada, tetapi kualitasnya harus terbaik.
Bayangin sekolah gratis dengan fasilitas setara internasional, atau rumah sakit gratis dengan layanan sekelas VIP. Itulah standar dalam Islam.
Kapitalisme versus Islam
Coba kita tarik garis perbandingan.
Kapitalisme: rakyat miskin makin terpinggirkan, negara jadi penonton, oligarki jadi raja.
Islam: rakyat diurus detail, negara jadi pelindung, dan hukum Allah jadi fondasi.
Enggak heran kalau di sistem kapitalisme, tragedi bunuh anak dan bunuh diri karena faktor ekonomi bisa terus berulang. Karena memang sistem ini nggak pernah didesain buat melindungi manusia. Kapitalisme itu cuma bikin segelintir orang hidup mewah, sisanya jadi korban.
Sementara Islam, dengan konsep pengurusan rakyatnya, justru bikin hidup manusia lebih tenang. Ada jaminan nyata, bukan janji-janji manis kampanye
Jadi, kalau ada yang masih bilang, “Udahlah, semua sistem sama aja, yang penting kitanya kerja keras,” aku cuma pengen jawab, please, buka mata. Kapitalisme itu kayak tambal ban bocor terus, sementara Islam itu ganti ban baru sekalian plus kasih garansi seumur hidup.
Tragedi demi tragedi ini harusnya bikin kita sadar bahwa kita butuh sistem alternatif yang bukan hanya adil, tapi juga sesuai dengan fitrah manusia. Dan sistem itu ya Islam. Cuma Islam yang bisa bikin orang tua nggak lagi putus asa sampai nekat bunuh diri.
Islam bukan cuma ngurus akhirat, tetapi juga bikin dunia tetap waras. Kalau negara bener-bener pakai aturan Allah, yakin deh, tragedi tragis kayak gini nggak bakal terus berulang. Karena Islam itu solusi, bukan sekadar wacana. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar