Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme Perusak Generasi, Siapa Penyelamat Hakiki?


Topswara.com -- Kita sedang menyaksikan potret buram generasi muda yang semakin hari kian memprihatinkan. Di berbagai daerah, kasus-kasus mengerikan melibatkan pelajar terus bermunculan. 

Kasus di Tangerang misalnya, sebagaimana dilansir kompas.com (9/8/2025), pihak kepolisian mengamankan 54 pelajar di bawah umur asal Serpong dan Gunung Sindur yang diduga akan terlibat tawuran di kawasan Kedaung, Tangerang Selatan. 

Aksi mereka terungkap berkat laporan warga yang curiga terhadap kerumunan remaja tersebut. Dari tempat kejadian, polisi berhasil mengamankan enam cerulit, sebuah bom molotov, serta 25 unit sepeda motor. Meski bukan bagian dari geng tertentu, mereka mengaku memang berniat melakukan tawuran.

Berbeda dengan kasus di Tangerang, di Jakarta Utara lima remaja yang masih berstatus pelajar nekat melakukan pembegalan dan merampas barang milik sopir truk ekspedisi saat melintas menuju gerbang Tol Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara (beritasatu.com, 8/8/2025). 

Lebih miris lagi di Bandung, diduga lantaran cemburu, pelajar SMK tewas ditusuk temannya sendiri. Ketegangan antara korban dan pelaku sempat memuncak dalam cekcok, yang akhirnya berujung pada tindakan penusukan. Korban ditemukan di pelataran bengkel Jalan Cikuda, Kelurahan Pasir Biru, Bandung (beritasatu.com, 4/8/2025).

Melihat rentetan kejadian ini, kita sebagai bagian dari masyarakat tentu terenyuh dan prihatin. Bagaimana mungkin pelajar yang seharusnya sibuk menimba ilmu dan membangun masa depan malah terjerumus dalam tindakan brutal dan kriminal? 

Tawuran, pembegalan, bahkan pembunuhan bukan lagi cerita asing, melainkan kenyataan yang terus berulang. Semua ini bukan sekadar kenakalan remaja biasa, tapi cerminan dari sistem yang gagal membentuk karakter dan arah hidup generasi. 

Kita sedang menyaksikan generasi yang kehilangan pegangan, tumbuh dalam lingkungan yang minim nilai, dan dibiarkan mencari jalan sendiri di tengah arus kehidupan yang semakin keras. Jika ini terus dibiarkan, maka kerusakan akan semakin meluas dan masa depan bangsa pun ikut terancam.

Sekularisme Kapitalisme Gagal Membentuk Kepribadian Mulia

Sumber dari semua kerusakan ini bukan semata-mata pada individu, tapi pada sistem yang menaungi mereka. Sistem pendidikan sekuler kapitalis lebih menitikberatkan pada prestasi akademik dan keterampilan kerja, sementara aspek pembentukan karakter dan penguatan spiritualitas terabaikan.

Kehidupan generasi dalam sistem kapitalisme dipenuhi berbagai kemaksiatan. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang mendorong gaya hidup bebas, mengejar kesenangan sesaat, dan minim kontrol diri. Ketika menghadapi tekanan hidup, kecemasan, atau ketakutan, mereka tak tahu harus bersandar pada siapa atau nilai apa. 

Akibatnya, pelampiasan emosi sering berujung pada kekerasan dan kriminalitas. Generasi yang lahir dari sistem ini tidak mengenal jati dirinya sebagai Muslim. Mereka tidak tahu bahwa hidup ini punya misi yaitu menjadi hamba Allah dan membawa kebaikan di muka bumi. Tanpa pemahaman ini, mereka kehilangan arah dalam berpikir dan bertindak.

Lingkungan sosial pun tidak membantu. Media saat ini leluasa menayangkan konten yang berdampak buruk, mulai dari kekerasan, pornografi, hingga pola hidup hedonis. Tidak ada kontrol, tidak ada batasan. Akibatnya, generasi tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai kebaikan.

Sistem kapitalisme juga menempatkan materi sebagai tujuan hidup. Segala hal diukur dengan untung-rugi, bukan benar-salah. Maka tak heran jika generasi lebih memilih jalan pintas demi kesenangan, meski harus mengorbankan akhlak dan masa depan.

Islam Sistem Penyelamat Generasi

Kerusakan generasi saat ini tidak bisa diperbaiki hanya dengan solusi setengah-setengah saja. Negara perlu sebuah sistem yang mampu menjangkau akar permasalahan sekaligus menghadirkan solusi yang komprehensif. 

Islam, sebagai sistem hidup yang sempurna, mampu menjawab tantangan ini tentu dengan penerapan secara menyeluruh di bawah institusi negara khilafah.

Negara dalam sistem Islam bukan hanya pengatur urusan duniawi, tapi juga penjaga moral dan spiritual masyarakat. Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk kepribadian Islam yang kuat. Generasi dibina agar memahami makna tujuan hidup, berakhlak mulia, serta senantiasa taat kepada Allah SWT.

Media di dalam negara khilafah akan diarahkan dan diawasi agar berfungsi sebagai sarana pendidikan dan penyebaran dakwah, bukan sebagai alat yang merusak akhlak. Lingkungan sosial akan dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam, sehingga generasi tumbuh dalam suasana kebaikan dan ketakwaan.

Dengan sistem Islam, generasi akan memiliki arah hidup yang jelas, kontrol diri yang kuat, dan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter mulia. Inilah solusi sejati untuk menyelamatkan generasi dari kehancuran yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. []


Oleh: Syahroma Eka suryani
(Aktivis Dakwah di Yogyakarta)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar