Topswara.com -- Hidup ini singkat. Betapa banyak orang menunggu “waktu yang tepat” untuk taat, padahal kematian tidak pernah menunggu. Syariat Allah bukan untuk ditunda, tetapi untuk segera dilaksanakan demi keselamatan dunia dan akhirat.
Orang kaya mati, orang miskin juga bakal mati. Bahkan orang kafir pun juga mati. Orang kenal Al-Qur’an atau orang yang enggak mau kenal Al-Qur’an juga mati. Ada yang lagi maksiat mati, sebaliknya yang lagi taat di jemput malaikat pencabut nyawa di saat ia taat.
Maka tiada lain, jangan tunda ketaatan bersegeralah melaksanakan syariat, dan bersegera mendapatkan ampunan-Nya. Karena Allah akan sediakan surga yang luasnya seluas bumi dan langit. Allah Maha Pengampun kepada kita kaum muslimin.
Sebenarnya seorang muslim tidak mau mengerjakan perbuatan yang dilarang. Tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan juga tipu daya setan, akhirnya bisa terjerumus kepada perbuatan maksiat.
“Di sistem sekuler yang merusak ini, pahala yang kita kumpulkan pun mudah terkikis oleh dosa jariyah.” Tetapi ada kekuatan dahsyat dari iman atas firman Allah SWT sebagai berikut:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, Q.S. Āli 'Imrān : 133.
Kunci meraih taat berpegang teguh kepada taat itu, berdasar pada keyakinan bahwa hukum Allah adalah satu-satunya aturan hidup. Bukan hanya ikut-ikutan semata, bukan hanya ritual juga, tetapi menyeluruh (kaffah).
Menegaskan bahwa taat itu bukan sekadar ibadah ritual (Shalat, puasa, zakat, naik haji), tapi juga mencakup seluruh aspek hidup mulai dari ekonomi, politik, pendidikan, sosial, bahkan negara.
Menggiring taat, perlu menyiapkan waktu khusus, serius, berkomitmen, istiqomah menjalani rutinitas, dan butuh teman berkomunitas.
Begini waktu khusus, menjadikan pribadi yang bertakwa butuh kiat khusus, waktu khusus untuk penggemblengan diri. Kesediaannya agar murni mengabdi pada pembentukan jiwa takwa. Karena taat tidak menunggu waktu yang tepat.
Serius punya niat yang kuat, mengingat mati dan akhirat satu-satunya tempat kembali. Surga hanya diperuntukkan bagi hamba yang taat syariat.
Lalu, komitmen, untuk belajar dan berilmu. Ini bentuk dari komitmen taat untuk tunduk patuh kepada Allah, konsisten dalam amal, dan berjuang agar syariat-Nya terwujud dalam seluruh aspek kehidupan, baik pribadi maupun masyarakat.
Cara lain menjaga di samping terus belajar syariat, adalah Istiqomah menjalankan rutinitas mempelajari Islam kaffah supaya manisnya taat dapat dirasakan. Kemudian ini belum cukup, sebab kondisi lingkungan yang tak kondusif.
Maka kita butuh teman saleh untuk menjaga, mengingatkan kita apabila kita tergelincir ke dalam goda dunia. Ini penting sebagai alarm segala tindak yang melenceng dari koridor syariat.
Nah, mana mungkin kita bisa taat syariat sendirian, karena “Taat syariat adalah kewajiban umat, bukan cukup pribadi. Karena aturan Allah diturunkan untuk mengatur seluruh kehidupan, bukan hanya ibadah personal.”
Sendiri? Jangan merasa Ge-Er bahwa kita sudah merasa taat. Penuhi dahulu kriteria yang menjadi syarat, itu pun kita belum punya kartu garansi taat yang pasti.
Komitmen taat secara syariat adalah jalan menuju keberkahan hidup dan rezeki yang luas. Taat bukan hanya urusan pribadi, tapi juga amanah kolektif umat.
Mari bersama-sama bersegera dalam taat, agar hidup kita penuh pertolongan Allah, hidup di dunia penuh rahmat sampai kelak di akhirat. “Jangan tunda taat. Jangan tunggu nanti. Jangan tunggu tua. Jangan tunggu siap. Karena kematian lebih dekat dari rencana-rencana kita.”
Wallahualam.
Titin Hanggasari
(Jurnalis)
0 Komentar