Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Z10n1s Makin Berulah, Umat Butuh Islam Kaffah


Topswara.com -- Gaza. Sampai hari ini masih dengan segala riuhnya. Hari demi hari nyatanya serangan tidak mengenal henti. Rabu 2 juli lalu, serangan Israel menewaskan seorang direktur rumah sakit Indonesia di Gaza yang beliau juga berprofesi sebagai seorang dokter. 

Marwan Al Sulthan yang juga ikut tewas bersamanya istri dan beberapa anaknya. Menurut kementerian kesehatan Gaza jumlah korban tewas dalam 24 jam sebelum tengah hari pada hari Rabu sebanyak 139 orang. (BBCnews 3/7/25)

Kondisi Gaza benar-benar sangat mengiris hati. Menyaksikan anak anak kecil menangis karena terluka. Atau melihat anak anak menangis karna kehilangan keluarga. 

Setiap sudut, tidak ada tempat aman. Seakan akan mereka diberi dua pilihan. Mati karena berdiam diri kelaparan. Atau mati tertembak saat mencoba mencari makanan. 

Sungguh sama sekali tidak mudah menjadi warga Gaza. Hidup ditengah peperangan yang panjang tanpa tau kapan akhirnya. Anak-anak Gaza berharap terbunuh, hanya supaya bisa berkumpul dengan orang tuanya yang telah syahid. Atau bahkan hanya supaya mereka bisa memperoleh makanan dan air. 

Di tengah terik Gaza dalam beberapa waktu terakhir, orangtua dan anak-anak berusaha keras untuk bisa terasa sejuk walau tanpa listrik dan pendingin apapun.

Terhitung sejak genosida ini terjadi Oktober 2023 silam, sebanyak 57.000 warga yang didominasi perempuan dan anak-anak telah syahid akibat serangan Israel. Hampir seluruh warga Gaza telah mengungsi. Tetapi krisis air dan pangan masih dan tetap terjadi. PBB memang telah mengirim bantuan, dan pusat distribusi bantuan pun sudah dibuka. 

Tetapi, apa yang bisa diharapkan ? Truk-truk pembawa bantuan berulangkali dijarah. Orang-orang yang berusaha keras mencari makanan dengan menunggu di lokasi distribusi bantuan pun harus siap dengan resiko terburuk yaitu tidak akan kembali ke keluarga lagi selamanya. (DW 4/7/2025)

Serangan zionis ini merupakan kejahatan yang melanggar perikemanusiaan dan menunjukkan perilaku biadab yang luar biasa. Mereka bisa tertawa diatas darah-darah anak Gaza tanpa terlihat masih memiliki hati nurani sedikitpun. Tetap bangga atas tangis dan luka Gaza meski seluruh dunia turut mengecam tindakannya. 

Dunia memang bersuara. Dengan latar belakang agama yang berbeda-beda, turun menyuarakan solidaritas atas dasar kemanusiaan untuk Gaza. Dunia nyata bergerak, dunia maya membela. 

Namun seluruh berisik kita tentang Gaza, nyatanya sampai hari ini tidak cukup mampu menyadarkam penguasa dunia. Wabilkhusus, penguasa negeri muslim. 

Realita sampai hari ini penguasa negri muslim asyik bergandengan tangan menjalin kerjasama dengan zionis. Bukan karena lupa atas rekam jejak. Tetapi mereka memilih menutup mata dan hati dengan kecintaan mereka terhadap kekuasaan dan keduniawian. 

Mereka lalai terhadap kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Mereka menggadaikan iman mereka untuk ditukar dengan kekuasaan dan kedudukan dunia.

Ala kulli hal, sebagai pengemban dakwah kita punya tugas besar yang harus makin kita perjuangkan. Yakni upaya penyadaran umat. Menyadarkan tentang akar permasalahan yang terjadi. Dan menyadarkan penyelesaian paling solutif dalam pemecahan problematika Gaza ini. 

Nyatanya, donasi, boikot, dan doa hanyalah bagian dari support kita yang sampai kapan pun tidak akan mengantarkan kepada pembebasan palestina secara nyata. Kita harus terus menggaungkan opini, menyuarakan kebenaran, mengikuti perkembangan, meramaikan media dengan tanpa pernah lelah. Makin keras lagi agar makin banyak umat yang sadar. 

Sebab jika berbicara tentang lelah, rasanya justru saudara kita di Gaza lah yang layak merasa lebih lelah melewati hari demi hari. Makin banyak suara, makin banyak umat yang sadar. Maka dengan begitu umat akan menuntut para penguasa untuk bergerak sesuai tuntunan syari'at Islam. 

Tidak ada solusi terbaik yang mampu menyelesaikan genosida ini. Kecuali dengan jihad dan khilafah. Palestina butuh dibebaskan. Dan yang mampu membebaskan adalah para pejuang yang maju atas perintah komando dari amirul mukminin.

Allahu A'lam Bishowab.


Oleh: Nabilah Rohadatul 'Aisy, S.Ag.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar