Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mencari Perlindungan Hakiki untuk Anak


Topswara.com -- Anak adalah amanah untuk orang tua. Tugas orang tua tidak hanya melahirkan anak, tetapi juga mengasuh dan memberikan perlindungan. Namun, apa jadinya bila buah hati yang harusnya dilindungi malah disakiti orang tuanya sendiri?

Inilah yang terjadi pada MK (7). Gadis cilik ini ditemukan sendirian tak berdaya di lantai kios Ramayana Pasar Kebayoran Lama Utara. Tubuhnya kurus dan terdapat banyak luka bakar. Ia menjadi korban penganiayaan dan penelantaran oleh ayah kandungnya sendiri. 

Saat ini, MK dirawat intensif di RS Kramat Jati setelah melalui sejumlah operasi. MK juga mendapatkan pendampingan dari Direktorat PPA-PPO Bareskrim Polri, Dinas Sosial, hingga Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTDPPA). Pihak kepolisian masih terus menelusuri keluarga korban, khususnya sang ayah untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. (kumparan.com, 20-6-2025) 

Kasus kekerasan pada anak seolah tak pernah berhenti. Anak-anak sering menjadi korban tindak kekerasan orang dewasa. Mirisnya, pelaku kekerasan adalah orang terdekat anak seperti orang tua atau kerabat. 

Kekerasan di lingkungan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti minimnya kesadaran tentang pola asuh yang benar, kontrol emosi yang lemah, kesulitan ekonomi, lingkungan yang permisif pada kekerasan, dan kerusakan moral akibat lemahnya iman.

Tekanan Ekonomi

Faktor ekonomi kerap kali menjadi biang keladi kekerasan terhadap anak. Kondisi ekonomi yang buruk membawa tekanan pada orang tua sehingga anak menjadi pelampiasan. Orang tua tega menyakiti dan menyiksa buah hatinya sendiri perkara stres dengan masalah ekonomi yang tak ada ujungnya. 

Kesulitan hidup yang seakan tak ada ujungnya juga membuat orang tua stres dan mudah tersulut emosi. Terpantik sedikit, meledaklah emosi dan anak yang berada di dekatnya menjadi korban.

Pola Asuh dan Pendidikan

Minimnya kesadaran tentang pola asuh yang benar ini berkaitan dengan pendidikan. Dalam tatanan kehidupan saat ini, pola asuh dipengaruhi oleh nilai-nilai sekuler yang tertanam melalui pendidikan berbasis sekularisme kapitalisme. Inilah yang menjadi dasar dalam membangun kepribadian anak sehingga akidah dan keimanan menjadi terkikis. 

Visi pendidikan dalam keluarga berfokus pada pencapaian materi dan mengesampingkan pemahaman Islam yang benar. Orang tua tak memiliki pemahaman yang cukup tentang pola asuh anak dalam Islam. Alih-alih mampu melindungi dari berbagai ancaman dan bahaya, orang tua malah melakukan kekerasan terhadap buah hatinya sendiri.

Sekularisme Biang Masalah

Semua itu akibat dari penerapan sekularisme kapitalisme. Sistem ini tak hanya memandulkan fungsi keluarga, tetapi juga merusak masyarakat. Pemikiran sekuler liberal melingkupi masyarakat sehingga fungsinya sebagai kontrol sosial tak berjalan. Masyarakat juga menjadi permisif dengan segala bentuk kebebasan, termasuk kekerasan.

Sistem ini juga merapuhkan peran negara sebagai pelindung. Negara tak hanya gagal dalam memberikan jaminan perlindungan hakiki bagi setiap jiwa, tetapi juga menjerumuskan rakyatnya pada kerusakan dan penderitaan.

Perlindungan Hakiki

Perlindungan hakiki bagi setiap jiwa hanya dapat diwujudkan ketika Islam diterapkan. Hal ini lantaran Islam memiliki mekanisme menyeluruh yang mampu menjamin terjaganya akal, jiwa, darah, dan kehormatan secara utuh. Perlindungan terhadap anak tidak hanya menjadi tugas keluarga, tetapi juga masyarakat dan negara.

Keluarga sebagai tempat anak lahir dan tumbuh harus memberikan perlindungan. Orang tua harus memiliki pola pengasuhan berbasis keimanan dan ketakwaan kepada Sang Pencipta. Sebagai madrasah pertama dan utama, keluarga juga berfungsi membentuk anggotanya agar memiliki kepribadian yang bertakwa. Ketika ketakwaan terjaga dalam keluarga, maka anak-anak akan aman di bawah naungannya.

Masyarakat memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak dengan penerapan sistem sosial Islam. Suasana ketakwaan akan senantiasa terbangun di tengah masyarakat sehingga aktivitas amar makruf nahi mungkar juga berjalan dengan baik. Fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial akan mampu mencegah munculnya bibit-bibit kekerasan atau ancaman yang membahayakan anak.

Penegakan sistem sanksi akan menciptakan rasa aman. Setiap pelanggaran terhadap aturan akan dikenai sanksi sesuai ketentuan. Kekerasan terhadap anak, terlepas siapa pun pelakunya, akan dikenai sanksi sebagaimana ketetapan syariat.

Semua itu dapat terwujud ketika Islam menjadi satu-satunya aturan hidup yang diterapkan negara. Islam menjadi dasar negara dalam menjalankan pendidikan, mengatur ekonomi, menata pergaulan masyarakat, dan menegakkan hukum. 

Dengan demikian, negara menjadi pengurus dan perisai rakyat dari segala kejahatan dan kemaksiatan sebagaimana sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya imam itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR Muslim)

Inilah perlindungan hakiki yang diberikan Islam untuk setiap jiwa.

Wallahu a’lam bishshawab.


Oleh: Nurcahyani 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar