Topswara.com -- Salah satu rukun iman dalam Islam adalah iman kepada kitabullah, Al-Qur’an. Iman berarti yakin, menyakini 100 persen bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui malaikat Jibril. Dan sebagai huda bagi seluruh muslim khususnya, di penjuru dunia ini.
Ada 6236 ayat, yang lengkap dan sempurna dalam indexnya, dari A sampai Z apa yang kita butuh kan dan bingung kan semua ada solusinya. Al-Qur’an mengandung perintah maupun larangan yang sangat relevan bagi aturan seluruh alam. Cukup dengan Al-Qur’an sudah sempurna tidak perlu ada aturan yang lain, tidak usah di tambah ayat lagi atau di kuranginya.
Di dalamnya ada akidah akhlak, lalu syariah dengan kesempurnaan aturan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Ada perintah Shalat, puasa, berpakaian, jual beli, usaha, warisan, bertetangga, pergaulan, membangun masyarakat, sampai bernegara dan siapa ulil amrinya, termasuk keputusan pengadilan dan sanksinya yang tegas, juga Yahudi dan perang.
Dari sini, sudahkah seluruh muslim mengenalnya dan membelai ayat cinta-Nya menjadikan Hudan? Sampai merasakan, ini adalah pedoman hidup agar tidak terjerat hidup cacat yang sesat? Padahal kehidupan manusia itu yang paling ideal adalah hidup sehat penuh rahmat, karena menerapkan hukum syariat, adalah Al-Qur’an.
Inilah sesungguhnya dari konsekuensi iman, menerima untuk menerapkan seluruh isi Al-Qur’an agar enggak salah jalan. Iman bukan sekedar pengakuan. Juga bukan seperti prasmanan, sesuai dengan kebutuhan mengambil perintah sesuai keperluan dan meninggalkan sebagian. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqarah:208).
Dan inilah sesungguhnya challenge 1.8 M muslim di bumi ini. Are you moeslem? Masih muslim, Beriman? Maka konsekuensinya adalah masuk ke dalam Islam secara kaffah. Bila tidak Allah nyatakan secara tegas, manusia tersebut mengikuti langkah setan.
Lalu kenapa konsekuensi tersebut tidak jalan? Hanya ada sebagian saja yang menjalankan berkat hidayah ilmu yang diperjuangkan. Nah tanyakan kepada iman. Apakah dengan kesungguhan akidah Islamnya sebagai pondasi menjalankan konsekuensi tersebut sudah mapan? Memutajasat di badan?
Pahami dan Koreksi
Tiap diri dikaruniai akal. Untuk mengkokohkan iman sebagai tumpu han dasar untuk memahami tugas sebagai makhluk, yang kecuali tugasnya hanya taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Tetapi dengan segala kelemahannya bisa menjadi makhluk lebih sempurna karena akalnya ingin meraih kesempurnaan iman karena takut dan bertanggung jawab dari akal yang diberikan.
Jadi konsekuensi berjalan tergantung kuat lemahnya iman. Iman yang kuat tentu tampak dari akal yang sehat untuk berpikir bagaimana dirinya selamat dunia akhirat.
Satu-satunya jalan ia akan belajar mencari dan mendapatkan tingkat keimanan agar terjaga dan mengikat. Tentu dengan ilmu dan komunitas mengkaji Islam secara menyeluruh, satu-satunya jalan menuju iman, karena iman tidak cukup hanya mengandalkan akal saja.
Pada titik ini akan mendorong diri seiring pengetahuannya bertambah, karena komunitas yang mendukung imannya, sehingga masing-masing diri sadar akan kebutuhan pemenuhan ruhiyahnya, karena manusia dikaruniai gharizah tentu membutuhkan aturan. Agar dirinya tidak berada dalam kerugian. Q.S. Al ‘Asr:1-3.
Dengan komunitas kita bersemangat menempa iman, saling mengingatkan untuk mencapai tujuan. Bagaimana seluruh aturan Allah ditegakkan baik dalam diri, keluarga, masyarakat sampai meminta negara untuk menerapkan.
Kenapa? Bila konsekuensi menerapkan hukum Allah tidak jalan, maka tunggulah kerusakan, kemaksiatan dan azab yang akan menggantikan. Benarkah demikian? Faktanya sudah tampak di depan mata kerusakan di depan kita korupsi, pencurian, perzinaan, perampokan kekayaan alam, penjajahan dan perang bukan karena Allah. (Q.S. Muhammad:7).
Ini terjadi karena ra’in dan sistemnya menganut hukum Allah lebih baik dari konstitusi. Buktinya muncul aturan baru memberikan alat kontrasepsi kepada pelajar.
Di tambah luas lagi ini bukti ketiadaan persatuan umat. Dunia dipecah menjadi negara-negara yang bebas mensekulerisasi wilayahnya masing-masing.
Hukum semau kepentingan pembuat penguasanya. Akhirnya hukum tumpul ke atas tajam ke bawah akibatnya nestapa di mana-mana dan hukum menjadi bisnis yang bernilai harga. Adakah di situ keadilan dan jera?
Korupsi yang diuangkan tampak berkapal-kapal uangnya hanya dihukum 6 tahun penjara, namun nenek-nenek miskin mencuri karena lapar ditangkap diadili berat. Padahal ini tugas kepala negara terhadap kemiskinan, meriayahnya di tengah kekayaan alam yang berlimpah.
Andai hukum dalam Al-Qur’an ditegakkan, penzina di rajam di saksikan orang banyak(Q.S. An-Nur:2), pencuri di potong tangan (Q.S. Al-Maidah:38, Q.S. Al-Baqarah:178), dan seluruh nya aturan syariat Allah dijalankan, tidak mengambilnya secara prasmanan(Q.S. An-nisa: 150) maka akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Tetapi apa katanya? Kejam hukum Islam itu! Alih-alih ini hanya ranah opini bela diri kerakusan kekuasaan. Lalu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya terjaga dan ada ulil amri yang bertanggung jawab kepada umat (Q.S. An-Nisa:59), maka tidak seperti sekarang umat kocar-kacir mencari dan menerapkan hukum sendiri.
Seperti kesadaran taat secara individu contoh: ada umat yang khilaf melakukan zina kemudian sadar dan minta di rajam oleh keluarganya saking takutnya karena tidak ada penegakan hukum Islam oleh penguasa. Namun walau secara simbolis dilakukan, tetapi belum menggugurkan adanya ulil amri yang bakal menerapkan hukum Allah secara keseluruhan(kaffah).
Dampak besarnya ketiadaan pemimpin seperti sekarang yang menimpa negeri2 muslimin. Seperti Suriah, Uighur, Rohingya, sampai ke Palestina. Berapa bantuan dikerahkan, boikot dilakukan, fatwa didengungkan, banyak negara mengirim kutukan, sampai long march dunia mengikhtiarkan, namun hampa enggak bakal menggentarkan musuh sedikipun.
Padahal Al-Qur’an 1400 tahun lalu mengabarkan harus ada pemimpin Ulil amri tunggal dan jihad solusinya(Q.S. Al-Baqarah:216)
Maka sudah saatnya kita memahami, mengoreksi diri, amar ma’ruf nahi munkar, dan hijrah. Mengakhiri semua kerusakan dan nestapa dunia dengan berdakwah menyampaikan kebenaran Islam, menegakkan hukum Al-Qur’an, menciptakan persatuan umat untuk bersama-sama menegakkan hukum syariat, mencari dan mengangkat satu pemimpin umat, agar seluruh muslim bisa kembali kepada kehidupannya sesuai habitat dan sesuai kodrat.
Nah ternyata muslim membutuhkan seorang pemimpin layaknya Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mendirikan sebuah negara. Mengemban dan menerapkan Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia.
Wallahu a’lam bishawab.
Titin Hanggasari
(Jurnalis)
0 Komentar