Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Demokrasi Penyebab Penghinaan Terhadap Nabi Terus Berulang


Topswara.com -- Otoritas Turki menangkap kartunis utama Majalah LeMan, Dogan Pahlevan dan tiga rekannya. Mereka telah menerbitkan ilustrasi yang dianggap menggambarkan Nabi Muhammad saw. dan Nabi Musa as. Perbuatan itu memicu kecaman luas dari pemerintah dan kelompok konservatif. 

Meski Majalah LeMan sudah meminta maaf dan mengklarifikasi bahwa kartun tersebut tidak dimaksudkan untuk menghina Nabi Saw. 

Namun hal itu tidak berhasil meredakan amarah massa yang berdemo. Di sisi lain ada sejumlah ormas sipil yang mengecam penangkapan tersebut, karena dinilai sebagai bentuk tekanan kebebasan berekspresi dan memperburuk iklim kebebasan pers di negara tersebut. (cnbcindonedia.com, 5/7/2025)

Kasus ini bukan pertama kali terjadi. Motif penggambaran kartun Nabi Muhammad saw. tidak jauh berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya. Dulu ada majalah ateis Charlie Hebdo yang sengaja menerbitkan karikatur yang menghina Rasulullah saw., bahkan mereka menggelar perlombaan membuat kartun yang mengejek Tuhan. 

Disusul Kemudian oleh surat kabar di Denmark, Swedia dan Belanda. Kejadian yang berulang ini benang merahnya adalah islamofobia. Sementara bagi muslim hal itu dianggap telah memvisualkan utusan Allah, tentu hal ini sangat sensitif dan merupakan pelecehan, apa pun dalihnya.

Dunia berkali-kali menjadi saksi bagaimana kebebasan berekspresi di Barat. Kini terjadi di Turki, negeri mayoritas muslim dijadikan tameng untuk menyerang Islam. 

Karikatur, komik dan film yang melecehkan Nabi Muhammad saw. dan ajaran Islam terus bermunculan, dilegalkan atas nama kebebasan dalam berpikir dan berkarya yang dijamin oleh sistem demokrasi. Yang lebih menyakitkan penghinaan itu terus terjadi di tengah-tengah dunia yang mengaku menjunjung tinggi toleransi dan kemanusiaan. 

Namun faktanya, itu semua seolah hanya berlaku untuk mereka. Ketika Islam dihina, umat diminta untuk tenang dan memaafkan. Padahal bagi seorang muslim, mencintai Nabi adalah bagian dari iman. Maka wajar jika setiap pelecehan terhadap Rasulullah Saw. akan melukai hati umat yang paling dalam.

Sayangnya, di negara penganut demokrasi yang menjamin kebebasan setiap individu, berbagai ekspresi dianggap sah, sekalipun menyakiti keyakinan orang lain. Nilai-nilai liberal telah mengaburkan batas antara kritik dengan penghinaan, anti kebebasan dengan kezaliman. 

Akibatnya Islam terus dijadikan target pelecehan. Kebencian terhadap agama ini terus digaungkan. Sejarah mencatat bagaimana propaganda anti Islam terus diproduksi oleh mereka yang takut terhadap kebangkitan umat. 

Saat ini mereka melanjutkan misi itu lewat media, seni dan hukum yang memihak mereka. Selama sistem batil ini diterapkan, selama itu pula agama ini menjadi bulan-bulanan orang-orang kafir liberal.

Selain itu, sistem ini juga meniscayakan sulitnya memberantas kasus penghinaan terhadap Nabi saw. Karena sanksi yang berlaku tidak membuat jera para pelakunya. Tidak semestinya hal ini dibiarkan terus terjadi. Sudah saatnya kita menyadari bahwa penghinaan ini bukan sekedar ulah segelintir individu, tapi ini adalah buah dari sistem sekuler yang membuang agama dari kehidupan.

Oleh karena itu, solusi mendasar bukan hanya mengecam dan berdemo, tapi membangun kembali kehidupan Islam yang kafah. Sebuah sistem yang akan menjaga kehormatan agama, melindungi kemuliaan Nabi Saw. dan tidak memberi ruang sedikit pun bagi musuh-musuh yang akan melecehkannya. 

Sebuah perisai yang hanya bisa diwujudkan dengan tegaknya institusi pelindung umat, yakni khilafah. Rasulullah Saw. besabda: "Sesungguhnya imam/khalifah itu perisai di mana orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung dengannya." (HR Muslim dan Ahmad)

Dalam sistem khilafah, negara akan menjadi pelindung umat, termasuk dari penghinaan agama dan nabinya. Para ulama sepakat bahwa menghina Rasul saw. adalah kejahatan besar. Siapa pun baik muslim atau kafir yang menghina Nabi Saw. wajib dihukum mati. Ini juga merupakan pendapat Imam Malik, Ahmad, Syafi'i dan mayoritas ulama lainnya. 

Hukuman ini tidak hanya berlaku bagi individu, tapi juga komunitas atau negara. Jika pelecehan ini terjadi, maka khilafah tidak akan ragu untuk memberi respon terhadapnya bahkan jika perlu dengan jihad. 

Sejarah mencatat bagaimana Sultan Abdul Hamid II mengultimatum Inggris dan Prancis agar membatalkan pertunjukan teater yang melecehkan Nabi Saw. dan mereka tunduk.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa satu-satunya solusi tuntas untuk menghentikan penghinaan terhadap Nabi Saw. adalah dengan menegakkan kembali khilafah. Sebuah sistem yang benar-benar menjaga kemuliaan Islam dan nabinya serta tidak membiarkan musuh-musuh Allah berbuat semena-mena atas nama kebebasan. 

Maka dari itu, agenda besar yang seharusnya menjadi fokus perjuangan kaum muslim saat ini adalah menegakkannya kembali. Hal ini bukan pilihan tapi merupakan kewajiban kolektif umat yang bisa diraih hanya dengan berjuang bersama kelompok yang mengikuti metode dakwah Rasulullah Saw.

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Ooy Sumini
Member Akademi Menulis Kreatif
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar