Topswara.com -- Menanggapi pernyataan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan, Kalau mau banyak duit, jangan banyak anak, Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar, mengatakan, pemikiran seperti ini sudah ada dari zaman jahiliah.
"Pemikiran kayak gini ini, pemikiran sudah ada dari zaman jahiliah. Jadi kalau sekarang Muncul lagi berarti masih jahiliah," ungkapnya di kanal YouTube Cinta Qur'an Foundation, Betulkah Anak Penyebab Kemiskinan?, Rabu (7/5/2025).
Ia berkisah sebelum datangnya Islam orang-orang jahiliyah kalau mendapat kabar memiliki anak, langsung stress, kenapa? Karena hitung-hitungan, nanti si anak akan memakan jatah orang tuanya.
"Jadi jatah kita ini jatah makan, uang kita ini bisa-bisa jadi berkurang dimakan sama anak, makanya kemudian mereka bunuh, bukan cuma anak perempuan, tetapi juga anak laki-laki, banyak orang jahiliah dulu begitu, punya anak mereka takut anaknya ngabisin jatah hidup mereka, rezeki, harta mereka maka mereka bunuh," terangnya.
Ia mengutip Qs. al-Isra 31
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
"Padahal Allah mengatakan Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. di situ takut miskin berarti apa yang disebut oleh Allah dalam ayat ini dia sebetulnya orang kaya, cuman begitu punya anak takut kekayaannya dihabisin sama anaknya, Allah tegasnya jangan mikir anak menghabiskan jatahmu, jangan mikir begitu apalagi sampai kamu bunuh," tegasnya.
Ia menjelaskan bahwasanya berbicara rezeki sesuatu yang di luar manusia. "Lagi pengen makan ini tau-atau ada yang ngirim makanan, kita enggak ikhtiar tahu-tahu datang itu makanan, itulah sesuatu yang diluar kuasa kita dari Allah, maka ingat hati-hati ini masalah iman, tauhid, akidah kalau sampai ragu dengan rezeki dari Allah jadi masalah," ungkapnya.
Ia mengingatkan kembali, sebagai Muslim pegangannya Al-Qur’an, wahyu Allah. "Muslim itu patokannya perintah Nabi Saw, dan Allah sudah sampaikan Qs. Hud 6
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْ
Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah," jelasnya.
Sehingga, rezeki adalah pemberian, gif, pemberinya Allah SWT, di antara Asmaul husna ada yang namanya Al-Razzaq Maha Pemberi Rezeki, Allah Al-Ghaniy Maha Kaya.
"Kita sebagai Muslim jangan lupa ini masalah iman, tauhid, kalau orang ngaku beriman tetapi enggak yakin Allah pemberi rezeki berarti ada sesuatu imannya, ada yang harus diluruskan, dibenahi dulu, dia Muslim dia ngaku beriman dia baca syahadat tetapi enggak yakin Allah pemberi rezeki, padahal dalam ayat tadi jelas dalam Quran surat hud ayat 6 dak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah," ulasnya.
Ia membandingkan kondisi kekayaan Indonesia dengan negara Singapura. "Singapura sama Indonesia lebih kaya mana sumber daya alam? Singapura enggak ada pertambangan di sana, enggak ada sawah, tanah juga segitu-gitunya, tetapi secara income per kapita lebih tinggi, kenapa? Pertama, dia punya akal, inovasi, dia didik keluarganya, kampusnya masuk jajaran 10 atau 20 besar dunia, kemudian ekonominya menjadi seperti itu, padahal sumber daya alamnya tidak ada, jangan lupa bahwa manusia itu diberikan akal, dia bisa inovasi," contohnya.
"Jepang tuh enggak ada tambang pertambangan besi, mineral, tetapi punya pabrik mobil di mana-mana coba, kalau kita lihat di jalan motor mobil buatan Jepang dari mana besinya bajanya diambil di negara lain, ini kan satu fakta bahwasanya Ini bukan masalah sumber daya alam tapi satu akalnya harus jalan," tambahnya.
Kedua rezeki dari Allah SWT. "Penting banget tentang iman, bahwa Allah mengingatkan jangan bunuh anakmu karena takut miskin, orang miskin Allah juga ditegur jangan bunuh anakmu karena miskin, kalau tadi takut miskin, kalau yang ini karena miskin artinya keluarga ini memang miskin tetapi punya anak, zaman dulu jahiliah bunuh, daripada pikir macam-macam bunuh aja, tetapi kata Allah enggak begitu karena yang rizki kepada kamu kepada mereka bukan kamu yang ngasih rezeki," terangnya.
Sehingga ia mengatakan, secara fakta enggak ada korelasi antara jumlah anak dengan status miskin atau kaya. "Yang masih bujangan miskin juga banyak, mungkin logikanya tetapi kan kalau kondisinya miskin kalau nambah anak kan juga jadi malah tambah susah, mungkin kalau orang itu dalam keadaan di ekonominya lemah kalau punya anak secara ya itung-itungan atau kalkulasi ekonomi mungkin jadi tambah berat beban ekonominya," jelasnya.
"Kita ngomong fakta dulu banyak kok orang yang start rumah tangga itu dalam keadaan memang berat ekonominya, lemah, punya anak pula, anak mudah sakit-sakitan tetapi enggak sedikit yang ternyata lama-lama mereka bisa membangun ekonomi lebih baik lagi, banyak, saya punya beberapa kawan kenalan yang mereka itu awalnya memang berat dalam kehidupan rumah tangga, tetapi Masyaallah sekarang ekonominya lebih tinggi daripada teman-teman yang lain, itu fakta, bukan cuma satu dua, banyak orang-orang yang secara ekonomi itu awalnya membangun keluarga itu berat tapi kok tahu-tahu naik ekonominya," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar