Topswara.com -- “Karena ruh pun perlu disiram. Semangat pun perlu dihidupkan kembali.”
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” (QS. Adz-Dzariyat: 55).
Sahabat, kapan terakhir kali engkau duduk? Bukan duduk untuk menyerah, apalagi berputus asa. Tetapi untuk sekedar menghela napas panjang, sebagai tanda bahwa jalan dakwah ini memang terjal, penuh tantangan, dan melelahkan, tapi hanya jalan inilah satu-satunya yang sangat layak kau jalani.
Pernahkah engkau merasa, di tengah padatnya agenda dakwah, semangat yang dulu berkobar perlahan mulai meredup? Bukan karena hilangnya niat, bukan karena padamnya tekad, tapi karena ruh perjuangan yang mulai kehausan. Lalu engkau bertanya dalam diam: “Apakah ini hanya lelah biasa, atau aku memang butuh sejenak rehat?”
Wahai sahabatku sang pengemban risalah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا"
"Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim).
Lantas mengapa kita enggan untuk saling menguatkan dalam ruang yang ringan namun sarat akan makna?
Terkadang kita butuh duduk bersama. Bukan untuk mendengarkan keluh kesah. Tetapi untuk menyambung ruh. Untuk saling menyiram iman yang kelihatannya sudah mulai retak. Untuk saling meneguhkan satu sama lain bahwa perjuangan ini belumlah usai, dan tak boleh diselesaikan dengan alasan kelelahan.
Kita butuh ruang seperti itu sahabatku. Ruang yang tidaklah mewah. Tak perlu fasilitas lengkap seperti hotel berbintang.
Ruangan itu bisa jadi hanya di teras rumah seorang sahabat, atau di taman sederhana, atau bahkan di sudut masjid selepas shalat berjamaah. Di sana kita saling menyapa dengan kalimat tulus:
"Apa kabar imanmu, hari ini?"
"Apa yang paling membuatmu resah di medan dakwah akhir-akhir ini?"
“Adakah yang bisa aku bantu wahai sahabatku?”
Ruang itu bukanlah forum resmi, tak ada nara sumber ataupun moderator, ia bukan pula majelis tanya jawab fikih praktis. Tetapi majlis tadzakkur dan tafakkur, tempat kita menyuarakan keresahan atas promblematika umat, tempat yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan besar, dan menyegarkan kembali cita-cita perjuangan. Tempat kita bergandangen tangan, berpeluk erat dalam nilai-nilai keimanan.
Karena kita sedang berada di jalan yang sama, jalan panjang perjuangan, jalan penuh tikungan-tikungan tajam, penuh tanjakan, dan rasa lelah yang tak terkira.
Pertanyaannya adalah, apakah langkah kaki ini akan terus berlari tanpa pernah beristirahat sejenak untuk sekedar mengisi ulang tenaga? Apakah kita terlalu sibuk hingga lupa bahwa terkadang semangat pun perlu diasah dalam kebersamaan?
Sahabatku, hadirkan ruang itu.
Kadang kita hadir di ruang itu dengan sekotak kue buatan istri, sebungkus keripik yang kita beli di warung dekat rumah, atau sekantong gorengan hangat.
Tetapi yakinlah, pertemuan itu bukanlah soal rasa ataupun harga. Tetapi soal keletihan yang ingin kita bagi, soal keresahan tentang nasib saudara seiman yang masih terzalimi, soal harapan dan rasa hangat itu hanya bisa dibagi dalam lingkaran orang-orang yang satu visi.
Di ruangan itu, tak ada basa-basi. Hanya kita, teman seperjuangan yang duduk bersila, saling bertukar cerita, kadang tertawa lepas, kadang diam dengan mata berkaca. Karena ternyata, di balik tumpukan agenda dakwah, kita juga manusia yang butuh dipeluk oleh kalimat dari saudara dan sahabat tercinta, dikuatkan oleh tatapannya, dan ditenangkan oleh doa teman seperjuangan.
Sahabatku, saudaraku,
Camilan hanya alasan. Kehadiranmulah yang kami tunggu. Bukan hanya untuk menambah energi, tetapi untuk menyambung ruh. Sebab ketika kita duduk bersama, kita saling mengisi. Yang lelah jadi bersemangat. Yang bimbang jadi yakin. Yang hampir tumbang, kembali berdiri.
Inilah nikmat yang tak bisa ditakar oleh uang ataupun gelar: kebersamaan yang menghidupkan ruh dan ukhuwah yang menyambung nyawa dakwah.
Sebab bisa jadi, dari celah obrolan sederhana itu, Allah hidupkan kembali semangat dakwah yang mulai meredup.
"إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ"
"Sesungguhnya serigala hanya akan memangsa kambing yang terpisah dari kelompoknya." (HR. Abu Dawud, hasan shahih).
Maka sahabatku, saudaraku, janganlah engkau menjauh dari barisan dakwah. Jangan menjauh dari kebersamaan. Karena akupun membutuhkan dirimu.
Karena kadang bukan ilmu yang kita butuhkan, tapi pelukan ukhuwah dan tatapan mata yang menguatkan.
Mari duduk bersama. Rehat sejenak. Lalu bangkit kembali. Untuk melanjutkan perjuangan suci ini: demi melanjutkan kehidupan Islam menuju cahaya peradaban mulia.
Oleh: Hamzah Abu Shofiyah
Aktivis Dakwah
0 Komentar