Topswara.com -- Islam tidak melarang Muslim untuk menjadi kaya, asal cara mendapatkan harta sesuai syariat.
Islam justru memotivasi umatnya agar bekerja, bukan mengharapkan sedekah dari orang lain untuk hidup. Karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.
Dengan harta, kita bisa menunaikan amanah dakwah, bisa menghadiri berbagai macam majelis taklim, bisa membeli pakaian syar'i demi bisa menutup aurat dengan sempurna, menafkahi keluarga, membayar zakat, bersedekah atau bahkan menunaikan umrah dan haji.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang salih” (HR. Bukhari dalam al Adab al Mufrad: 299, dishahihkan al Albani).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Engkau akan menjadi budak harta jika menahan harta tersebut. Akan tetapi, jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah menjadi milikmu” (Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 443).
Dengan hartanya, seorang Muslim akan lebih leluasa dalam mencari ilmu dan lebih tenang saat beribadah. Begitupun hubungannya dengan antarsesama, ia akan dengan mudah mempererat hubungan persaudaraan dan pergaulan, seperti dengan saling memberi hadiah, makanan, minuman, pakaian, membiayai berbagai kebutuhan dakwah, dan menolong sesama manusia yang kekurangan (miskin) atau masih banyak lagi amalan-amalan berpahala lainnya sebagai bekal di dunia dan akhirat bukan sebagai tujuan di dunia semata.
Nabi SAW telah memperingatkan,
“Siapa saja yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan membuat perkaranya berantakan, kemiskinan berada di depan kedua matanya, dan dunia tidaklah datang, kecuali yang telah ditentukan bagi dirinya saja. Siapa saja yang menjadikan akhirat (sebagai) niatnya, niscaya Allah akan memudahkan urusannya dan menjadikan rasa kecukupan tertanam dalam hatinya dan dunia akan mendatanginya dan dunia itu remeh” (HR. Ibnu Majah).
Dari sisi yang lain, Allah sering mengingatkan, bahwa harta adalah fitnah. Sebagaimana dengan sebab harta manusia bisa beribadah, dengan sebab harta pula manusia bisa dengan mudah berbuat kemungkaran.
Inilah di antara hikmah mengapa Allah membatasi rizki-Nya kepada sebagian manusia. Agar manusia tidak melakukan perbuatan melampaui batas. Allah berfirman,
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat” (QS. Asy-Syura [42]: 27).
Penyakit cinta dunia dan takut mati yang menghinggapi diri seorang Muslim mampu menghantarkan mereka kepada kekufuran, na'udzubillah. Ada yang berislam abangan, yaitu mereka keislamannya keren saat ia diberi ujian nikmat dunia.
Namun, jika diberi ujian musibah, ia pun mudah berputus asa dari rahmat Allah hingga berujung murtad. Inilah keadaan orang-orang yang keislamannya berada di pinggiran jurang.
Jika dunia telah memenuhi hati seorang Muslim, maka pikirannya pun hanya tertuju pada nikmat dunia saja. Akibatnya, ia akan menjadi budak harta, tidak memedulikan cara memperoleh harta, apakah dengan jalan yang halal ataupun haram, semua akan diterobos asal bisa memiliki harta sebanyak-banyaknya.
Semoga kita bukan bagian dari Muslim yang diperbudak harta. Sebaliknya, kita menjadikan harta yang dimiliki sebagai sarana untuk lebih dekat kepada Allah Ta'ala, karena itulah fungsi harta yang sebenarnya. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar