Topswara.com -- Menanggapi terkait perjodohan yang dilakukan sebagian orang tua, Khadim Ma'had Syaraful Haramain K.H. Hafidz Abdurrahman, MA., mengatakan, menjodohkan adalah salah satu langkah (pernikahan) tetapi harus dikomunikasikan.
"Menjodohkan ini sebagai salah satu langkah (pernikahan) tetapi harus dikomunikasikan," ungkapnya di akun Instagram @har.030324, Jumat (18/5/2025).
Perjodohan yang dilakukan orang tua, jelas dia, sebaiknya tidak ada unsur paksaan kepada masing-masing anak. Karena mereka punya kemauan yang boleh jadi kemauan itu akan berbeda (dengan orang tua).
"Ketika kemauan itu berbeda kemudian bisa dikomunikasikan semua bisa diterima dengan baik maka itu cara yang terbaik untuk bisa menjadikan perjodohan tadi itu menjadi langkah yang akhirnya mengarah kepada pernikahan," terangnya.
Ia mengutip hadis:
الثَّيِّب أحقُّ بنفسها مِن وَلِيِّها، والبِكر تُسْتَأمَر، وإذْنُها سُكُوتها»
"Wanita janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya. Sementara wanita perawan harus dimintai persetujuan dan persetujuannya adalah diamnya."
[HR. Muslim]
"Dari hadis ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa bagaimana kalau perempuan itu belum punya pengalaman? Bagaimana kalau perempuan itu belum pernah menikah? Maka hadis ini memberikan isyarat orang tuanya punya hak, orang tuanya tentu lebih tau meskipun sifat dalam hal ini bukan merupakan sesuatu yang wajib sehingga anak kemudian dipaksa harus mengikuti kemauan orang tua," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia menjelaskan, tidak ada masalah ketika orang tua menjodohkan anaknya dengan anak temannya, karena mungkin dia lebih tau, tau latar belakang orang tuanya, anaknya.
"Beda masalah ketika anak mencari sendiri. Apalagi kemudian misalnya tidak pernah pacaran dan sebagainya. Di tengah situasi seperti hari ini mungkin orang tuanya tidak jelas, dia juga mungkin tidak diketahui seperti apa karakternya. Ditambah dengan mungkin karena istilahnya 'cinta buta'. Ini yang seringkali akhirnya justru pernikahan itu tidak akan berumur panjang karena biasanya mereka tidak membangun dengan pemahaman, kesadaran, konsekuensi-konsekuensi yang panjang," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar