Topswara.com -- Pakar Kedokteran Keluarga dan Konselor, Dr. Ruziah Ibrahim menyatakan bahwa membina generasi pemimpin bukanlah sebuah pilihan, melainkan perintah demi menyelamatkan generasi dan umat.
“Mengapa kita harus repot-repot melakukan ini? Karena ini adalah perintah. Apa yang kita lakukan ini akan menyelamatkan generasi mendatang dan juga diri kita, karena merekalah yang akan menjadi pemimpin kita kelak,” ujarnya dalam Forum Muslimah Ideal, Seni Membentuk Generasi Pemimpin di Putrajaya, Ahad (27/4/2025).
Ia menyampaikan hal tersebut karena melihat bahwa realitas yang dihadapi saat ini bukanlah yang terbaik tantangan sosial, mental, dan kerusakan akhlak makin parah.
“Jadi, apa yang kita pikirkan sekarang? Apa emosi kita saat melihat bahwa hidup kita ini bukan kehidupan terbaik? Bagaimana perasaan ibu-ibu? Saat kita sadar bahwa sebenarnya hidup kita bisa jauh lebih baik, tetapi kenyataannya tidak demikian tentu kita merasa stres, sedih, dan sebagainya,” tuturnya.
Menurutnya, umat Islam tidak seharusnya pasrah begitu saja tanpa usaha. Sebaliknya, harus bangkit menciptakan perubahan dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah dan melakukan tindakan nyata dengan sungguh-sungguh.
“Jangan hanya jalani hidup dengan pasrah ibarat RnR, redah dan redha (terobos dan pasrah). Umat Islam bukanlah seperti itu. Ketergantungan kita adalah kepada Allah SWT, pemilik seluruh alam semesta, seluruh kekayaan, dan seluruh kebahagiaan. Itulah sandaran kita,” tegasnya.
Ia pun membagikan beberapa langkah konkrit yang bisa dilakukan bersama untuk membangun generasi yang beriman dan memiliki akhlak kepemimpinan. Pertama, menguatkan keimanan anak-anak dengan selalu melibatkan mereka dalam proses berpikir tentang keberadaan Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
“Bagaimana caranya? Gunakan akal dan petunjuk, bukti-bukti yang terlihat di alam semesta agar mereka terus merasakan kebesaran Allah dan tidak mudah putus asa,” jelasnya.
Kedua, membantu anak memahami konsekuensi dari keimanan. Bantu mereka mengerti tanggung jawab dari keimanan yang benar. Kalau mereka percaya Allah adalah pencipta mereka, maka mereka akan terdorong untuk berperilaku sesuai dengan pemahaman itu.
Ketiga, mendidik anak menjadikan syariat Islam sebagai jalan hidup, bukan sesuatu yang ditakuti. Ceritakan kepada mereka tentang apa itu syariat Allah. Beri mereka pemahaman bahwa syariat Islam adalah jalan hidup terbaik.
"Jangan sampai anak-anak kita atau diri kita sendiri menjadi orang yang takut terhadap syariat,” pesannya.
Keempat, meluruskan pola pikir dan perilaku anak sesuai dengan perintah Allah. Ajarkan tentang lima hukum dalam Islam: wajib, sunnah, makruh, mubah, dan haram. Dan ketika mereka melihat suatu perkara, beri tahu bahwa itu karena Allah, bukan karena orang tuanya.
Kelima, menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ciptakan suasana yang mendukung. Laksanakan amar makruf nahi munkar—ajak kepada kebaikan dan cegah kemaksiatan.
Lebih lanjut, ia menyerukan pentingnya kerja sama dan komitmen semua pihak demi terbentuknya kepemimpinan Islam yang dapat mengatur dan melindungi umat secara menyeluruh.
“Kita harus sepakat membangun kepemimpinan, negara, atau institusi pemerintahan yang bersifat ra’in (pengurus) dan junnah (pelindung) yang akan mengatur dan melindungi kita, anak-anak kita, generasi kita, keturunan kita, dan seluruh umat. Soal berhasil atau tidak, itu bukan urusan kita. Yang penting kita yakin dan berusaha sesuai dengan aturan Allah. InsyaAllah, Allah akan memberikan keberhasilan kepada kita,” pungkasnya.[] Rahmah
0 Komentar