Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akidah dan Kecerdasan Manusia

Topswara.com -- Apa itu akidah?
Akidah berasal dari kata aqoda yang berarti ikatan. Sebagai seorang muslim kita harus mengikatkan diri secara menyeluruh apa yang didawuhkan(diperintahkan) oleh Islam. 

Maka jelas, jika akidah kita Islam ya aturan yang mengatur kehidupan kita ya Islam. Ini sudah satu paket yang tidak bisa di tawar lagi, tidak bisa di tambah atau di kurangi lagi. Dan harus di jaga kekuatannya.

Kenapa demikian? Karena akidah merupakan rukun iman. Tentu di sini Iman seorang muslim harus kuat. Iman adalah yakin, dan kita harus yakin dulu! Yakin dengan semua petunjuk Islam akan berujung sampai ke surga.

Sekarang saja kita mau mencari alamat butuh map agar tidak sesat di tujuan. Sedang tujuan hidup muslim adalah jelas surga! Petunjuk kita adalah jelas, dengan menjalankan seluruh aturan dan larangan-Nya. Yaitu dengan Al-Qur’an dan Sunah.

Tinggallah bagaimana seseorang tersebut menjalankannya untuk amalnya. Melakukan amal saleh ini, bisa di ibaratkan dengan sebuah pohon. Dalam sebuah pohon ada akar, batang, cabang, buah juga daun. 

Apabila akar dari pohon tersebut (digambarkan sebagai akidah) kuat maka akan tumbuh pohon yang sehat. Batang yang sehat mempunyai ranting yang kuat, sehingga apabila terguncang angin hebatpun ia akan tetap terjaga di tempat.

Akidahnya di akar, batangnya amanu, perkara banyaknya cabang tidak menjadi pengaruh/pertentangan, karena tetap berasal dari akidah (akar) dan peraturan Allah amanu (batang) yang kuat tadi. Sehingga menjadi satu rangkaian amanu wa’amilus shalih’.

Ini lo ternyata tugas kita di dunia itu. Ternyata Allah menciptakan kita itu tidak main-main. Tetapi kebanyakan orang kenapa tidak mengerti? Dan memilih hidup di dunia ini semaunya? Membuat aturan seenaknya, berkuasa semena-mena kapilahlah orang lain mau menderita, mengeruk kekayaan alam tanpa rasa iba, korupsi meraja lela, kemaksiatan itu hal biasa. Mereka pikir nanti mati itu tidak terasa? Padahal Allah memanggil seluruh manusia di bumi ini dengan ayat-Nya:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُون

Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

Tetapi berbeda, jika keyakinan itu sudah sangat melekat ke dalam diri seorang muslim, akan mudah mendeteksinya. Caranya tinggal di lihat saja perbuatannya. Jika perbuatannya sudah sesuai aturan yang Allah turunkan, maka keimanannya sudah tidak diragukan lagi. 

Keimanan itu dibarengi dengan tindakan nyata berupa amal saleh sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT dan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat nanti.

Nah bagaimana apabila ada orang yang korupsi, orang zalim, pemerkosa, zina, pemabuk, sok berkuasa, ini orang kafir? Islam. Lalu salahnya di mana? Islamnyakah ataukah orangnya? Salahnya tadi di akar dan batangnya yang lemah.

Kesalahan lagi, mereka tidak mau menjadi manusia yang cerdas. Karena seluruh manusia yang ada di bumi ini sudah di seru, sama, dengan seruan lengkap dengan tuntunannya agar sampai ke terminal tujuan supaya tidak salah jalan. Melalui Nabi dan Rasul terakhir, Nabi besar Muhammad SAW. Tetapi mereka kebanyakan memilih jalan lain.

Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Ahzāb : 36)

Pilihannya sudah jelas bukan? Ketika siapa pun itu apabila dalam urusannya tidak mengambil jalan yang di perintahkan Allah, aturan atau berhukum dengan ketetapan Allah, maka mereka memilih jalan yang sesat sesesat-sesatnya.

Dan di situlah amalan seseorang terlihat dari tingkah lakunya. Apabila dengan cahaya imannya ia sadar bahwa senantiasa akan merasa diawasi oleh Allah SWT. Maka terpancarlah sikapnya tersebab ia menaati aturan Allah dan Rasul-Nya. 

Tetapi sebaliknya mereka akan tersesat. Atau kalau enggak dia suruh memilih dari 3 golongan manusia yang tinggal di dalam neraka, yaitu orang kafir, orang zalim, atau orang fasik. (Q.S. Al-Maidah: 44,45,47)

Oleh karena itu agar kita tidak sesat kelak di hari pertimbangan kebenaran nan agung mulai dari sekarang saatnya kita harus menjadi orang yang cerdas. Orang yang cerdas itu adalah orang yang memikirkan kematian.

Dengan cara apa? Belajar, memperdalam Islam, mengamalkan dan mendakwahkannya. Segera cari guru yang mengajak kita ke surga dengan mengkokohkan akidah kita dahulu. Kalau enggak, enggak cerdas dong


Titin Hanggasari 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar